BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
hakikatnya, jiwa manusia terdapat dua sifat yang bertentangan, yaitu akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah. Meskipun demikian dalam makalah ini tidak serta
merta membahas semua pokok kajian tentang akhlak yang berkaitan dengan akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah, melainkan dalam makalah ini akan lebih spesifik
membahas topik yang berkenaan dengan akhlak madzmumah. yakni meliputi akhlak
madzmumah terhadap Allah SWT, akhlak madzmumah terhadap dirinya sendiri maupun
akhlak madzmumah terhadap orang lain dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.
Sebagai salah satu contoh akhlak madzmumah adalah tamak atau serakah.
Makalah ini dibuat berdasarkan
fenomena atau realita yang ada disekitar kita. Kini banyak orang yang sudah
terlena akan dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini, tidak sedikit
dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilaku manusia, baik ia sebagai
manusia yang beragama ataupun tidak. Dampak negatif yang paling berbahaya
terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan
adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan
hidupnya adalah nilai materil, sehingga manusia lebih mengejar materi, tanpa
menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk
memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Bercermin dari fakta diatas, dalam makalah ini dibahas
tentang pengertian tamak, ciri-ciri, penyebab, dan cara menghindari sifat
tamak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari tamak (serakah)
?
2.
Bagaimana dalil dari Al-Qur’an dan
Hadits yang menjelaskan tentang tamak (serakah) ?
3.
Apa saja ciri-ciri dan penyebab
tamak (serakah) ?
4.
Bagaimana cara dan manfaat
menghindari tamak (serakah) ?
5.
Apa urgensi menghindari tamak
(serakah) dan contohnya dalam kehidupan masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tamak (Serakah)
Secara bahasa tamak
berarti rakus hatinya. Sedang menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta)
terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang
mengakibatkan adanya dosa besar.
Serakah
dalam bahasa arab disebut tamak, yaitu sikap yang selalu ingin memperoleh
sesuatu yang banyak untuk diri sendiri. Orang tamak selalu mengharap pemberian
orang lain, namun dia sendiri justru bersikap pelit atau bakhil. Ia ingin
mengumpulkan harta untuk kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan aturan[1].
Orang yang tamak selalu merasa bahwa harta kekayaan yang dimilikinya
selalu kurang dan tidak mau bersyukur kepada Allah SWT. Pada hakikatnya
bersyukur kepada Allah SWT adalah dengan menafkahkan harta kepada orang lain
yang berarti menafkahkan kepada dirinya sendiri.
Rakus
atau tamak berasal dari bahasa arab Al-Hirshu atau Ath-Thama’u
yaitu suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin
menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.
Hal ini, termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qonaa’ah) dan merupakan akhlak
buruk terhadap Allah, karena melanggar ketentuan larangan-Nya[2].
Dari definisi diatas bisa kita
fahami, bahwa tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan
tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini sebagai sebab
timbulnya rasa dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar
lainnya, yang kemudian pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada
Allah SWT, kehidupan akhirat
serta menjauhi kewajiban agama
B.
Dalil-Dalil yang Menjelaskan tentang
Tamak (Serakah)
Dalam Al-Qur’an, banyak
terdapat keterangan masalah rakus atau tamak, antara lain pada surah
Al-Baqarah ayat 96 yaitu :
ولتجنهم
احرص الناس علي حيوة ومن الذين اشركوا يود احدهم لو يعمر الف سنة وما هو بمزحزحه
من العذاب ان يعمر والله بصيربما يعملون ( البقرة :96 )
Artinya
: “ Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba
kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari pada orang musyrik.
Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang
itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 96)
Dalam
surah Al-Muddatsir juga dijelaskan tentang tamak (serakah) yaitu :
ثم يطمع ان ازيد ( المدثر: 15 )
Artinya
: “Kemudian dia ingin sekali supaya aku menambahnya.”
Begitu
juga dalam hadits, antara lain disebutkan:
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : ايها الناس, اجملوا
في الطلب, فانه ليس لعبد الا ما كتب له. (الحديث)
Artinya
: “ Rasulullah SAW bersabda: Hai manusia, berbaik-baiklah dalam mencari
(nafkah); karena sesungguhnya hamba tidak mendapatkan (sesuatu), kecuali apa
yang telah ditakdirkan padanya.” (Al-Hadits)
Allah
melarang hambanya melakukan tindakan yang rakus, dan termasuk akhlak buruk
terhadap-Nya, karena perbuatan ini dapat menyebabkan seseorang lupa menyembah
kepada-Nya, dapat berlaku kikir, memeras serta merampas hak-hak orang lain.
Maka, agama islam memberikan tuntutan kepada manusia, agar tidak terlalu
mengejar nafkah yang seharusnya bukan ia yang pantas memilikinya. Selain tidak
iman terhadap qadha dan qadar Allah, orang yang tamak ini juga akan menanam
benih hasud terhadap orang lain.
Rasulullah
SAW bersabda:
عليك بالاياس بما في ايدي الناس واياك والطمع فانه الفقر
الحاضر. ( رواه البيهقي )
“Hendaklah
kamu berputus asa dari segala apa yang ada pada tangan orang lain, dan jauhilah
tamak karena sesungguhnya tamak adalah suatu kefakiran yang nyata.” (HR.
Bukhari)
C.
Ciri-Ciri dan Penyebab Tamak (Serakah)
Ada
dua orang tamak dan masing-masing tidak akan kenyang. Pertama, orang tamak
untuk menuntut ilmu, dia tidak akan kenyang. Kedua, orang tamak memburu harta,
dia tidak akan kenyang.
Ciri-ciri
orang yang tamak terhadap harta antara lain:
1.
Terlalu mencintai harta yang
dimiliki.
2.
Terlalu semangat mencari harta tanpa
memperhatikan waktu dan kondisi tubuh.
3.
Terlalu hemat dalam membelanjakan
harta.
4.
Merasa hemat untuk mengeluarkan
harta demi kepentingan agama dan social.
5.
Mendambakan kemewahan dunia.
6.
Tidak memikirkan kehiduan akhirat.
7.
Semua perbuatannya selalu
bertendensi pada materi.
Adapun penyebab hati seseorang terjangkit
penyakit ini adalah sebagai berikut:
1.
Cinta dunia
2.
Bodoh dalam memahami arti hidup
bermasyarakat, yang di dalamnya ia berkewajiban saling menolong, bukan saling
iri hati antara sesama.
3.
Tidak mengimani qadha dan qadar
Allah atas nasib dirinya, sesuai dengan kadar usahanya.
Selain
penyebab diatas, tamak juga disebabkan tidak pernah merasa puas dengan apa yang
dicapainya, menginginkan seperti apa yang didapat orang lain, berangan-angan
tidak sesuai dengan kemampuannya.
D. Manfa’at dan Cara
Menghindari Tamak ( Serakah )
Harta itu
mengandung manfaat dan bahaya. Manfaat dari harta jika dapat menyelamatkan
seseorang dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Sedangkan bahaya harta jika
menghancurkan duniawi dan akhiratnya. Membedakan harta buruk dan harta baik
tidaklah mudah. Hanya orang-orang yang memiliki hati dalam agama saja yang
mampu melakukannya. Mereka itu misalnya para ulama dan orang-orang yang tajam
mata hatinya[6].
Manfaat menghindari
tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan
jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-Nya.
Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka
mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan dunia. Sebab itu,
orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan senantiasa
mengejar kemewahan hidup.
Sabda Rasulullah SAW: “Hari kiamat telah hampir dan
manusia masih lagi bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada
Allah.” (Hadits Riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).
Ketamakan terhadap harta
hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan
memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang
sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak
mungkin dengan segala cara dan usaha.
Untuk menghindari sifat tamak
dapat dilakukan dengan selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari
sifat serakah, sederhana dalam memenuhi kebutuhan hidup dan hemat dalam biaya
hidup, jangan merasa cemas berlebihan terhadap kejadian di masa datang, puas
terhadap apa yang dimiliki meneladani orang-orang yang mulia yang mampu
menjauhi sifat serakah, dan melihat orang yang keadaannya lebih miskin.
Agar hati kita selamat dari penyakit ini, hal yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Berusaha dengan maksimal untuk
mendapatkan segala yang dicita-citakan.
2. Meyakinkan diri bahwa berapa pun
hasil yang didapat adalah pilihan Allah yang terbaik atas diri kita, dan tidak
ada kebatilan atau kekurangan sedikitpun, apalagi kerugian.
3. Tidak mempersoalkan segala sesuatu
yang telah Allah pilihkan bagi orang lain.
4. Setelah itu, memagari hati dengan tafwid,
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, agar senantiasa memelihara diri kita
dengan kemaslahatan dan keberkatan dari apa yang telah kita miliki.
Mengobati
rakus dan tamak tersusun dari tiga dasar, yaitu kesabaran, ilmu, dan amal. Pertama,
amal. Kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Maka, barang siapa
yang menghendaki kemuliaan qona’ah, hendaklah ia mengurangi pengeluaran
dan belanja. Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut
dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder. Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa
yang dikandung dalam sifat qana’ah berupa kemuliaan dan terhindar dari
meminta-minta, serta mengetahui kehinaan ketamakan. Maka dengan cara ini ia
akan terbebas dari ketamakan.
E.
Urgensi Menghindari Tamak (Serakah)
dan Contohnya dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat saat ini,
banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka
hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang
lebih kekal yaitu akhirat. Dengan menghindari sifat tamak, akan menumbuhkan
rasa syukur kepada Allah atas segala rizeki yang telah diberikan-Nya,
menghindari sifat egois, dan menumbuhkan sifat kedemawanan. Harta yang
diberikan Allah kepada kita adalah semata-mata ujian dan cobaan. Dapatkah kita
menafkahkan ke jalan Allah dengan sebaik-baiknya. Atau bahkan sebaliknya dengan
kekayaan itu kita menjadi kikir dan serakah. Yang berarti kekayaan itu
bertambah tetapi perasaan kita selalu kurang dan tidak bersyukur kepada Allah
yang telah memberikan semua itu.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Pengertian Tamak (Serakah)
Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya.
Sedangkan menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta)
terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang
mengakibatkan adanya dosa besar.
Tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa
memperhitungkan mana yang halal dan haram.
2. Dalil-Dalil
yang Menjelaskan tentang Tamak (Serakah)
ولتجنهم احرص الناس علي حيوة ومن
الذين اشركوا يود احدهم لو يعمر الف سنة وما هو بمزحزحه من العذاب ان يعمر والله
بصيربما يعملون ( البقرة :96 )
Artinya : “ Dan sungguh kamu akan mendapati
mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih
loba lagi) dari pada orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur
seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya
dari siksa Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS.
Al-Baqarah : 96)
3.
Ciri-Ciri dan Penyebab Tamak
(Serakah)
a.
Terlalu mencintai harta yang
dimiliki.
b.
Terlalu semangat mencari harta tanpa
memperhatikan waktu dan kondisi tubuh.
c.
Terlalu hemat dalam membelanjakan
harta.
4.
Manfa’at dan Cara Menghindari Tamak
(Serakah)
Manfaat menghindari tamak antara
lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya,
orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya,
mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan
seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan dunia. Sebab itu, orang tamak
biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan senantiasa mengejar kemewahan
hidup.
5. Urgensi Menghindari Tamak (Serakah)
dan Contohnya dalam Kehidupan Masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat saat ini,
banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka
hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang
lebih kekal yaitu akhirat.
No comments:
Post a Comment