Tuesday, 1 December 2015

MAKALAH TAMAK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Pada hakikatnya, jiwa manusia terdapat dua sifat yang bertentangan, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Meskipun demikian dalam makalah ini tidak serta merta membahas semua pokok kajian tentang akhlak yang berkaitan dengan akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah, melainkan dalam makalah ini akan lebih spesifik membahas topik yang berkenaan dengan akhlak madzmumah. yakni meliputi akhlak madzmumah terhadap Allah SWT, akhlak madzmumah terhadap dirinya sendiri maupun akhlak madzmumah terhadap orang lain dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Sebagai salah satu contoh akhlak madzmumah adalah tamak atau serakah.
Makalah ini dibuat  berdasarkan fenomena atau realita yang ada disekitar kita. Kini banyak orang yang sudah terlena akan dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilaku manusia, baik ia sebagai manusia yang beragama ataupun tidak. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai materil, sehingga manusia lebih mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai  spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
      Bercermin dari fakta diatas, dalam makalah ini dibahas tentang pengertian tamak, ciri-ciri, penyebab, dan cara menghindari sifat tamak.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari tamak (serakah) ?
2.      Bagaimana dalil dari Al-Qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang tamak (serakah) ?
3.      Apa saja ciri-ciri dan penyebab tamak (serakah) ?
4.      Bagaimana cara dan manfaat menghindari tamak (serakah) ?
5.      Apa urgensi menghindari tamak (serakah) dan contohnya dalam kehidupan  masyarakat ?



BAB II 
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tamak (Serakah)
      Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya. Sedang menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar.
      Serakah dalam bahasa arab disebut tamak, yaitu sikap yang selalu ingin memperoleh sesuatu yang banyak untuk diri sendiri. Orang tamak selalu mengharap pemberian orang lain, namun dia sendiri justru bersikap pelit atau bakhil. Ia ingin mengumpulkan harta untuk kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan aturan[1].  Orang yang tamak selalu merasa bahwa harta kekayaan yang dimilikinya selalu kurang dan tidak mau bersyukur kepada Allah SWT. Pada hakikatnya bersyukur kepada Allah SWT adalah dengan menafkahkan harta kepada orang lain yang berarti menafkahkan kepada dirinya sendiri.
      Rakus atau tamak berasal dari bahasa arab Al-Hirshu atau Ath-Thama’u yaitu suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain. Hal ini, termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qonaa’ah) dan merupakan akhlak buruk terhadap Allah, karena melanggar ketentuan larangan-Nya[2].
      Dari definisi diatas bisa kita fahami, bahwa tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya, yang kemudian pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah SWT, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama


B.     Dalil-Dalil yang Menjelaskan tentang Tamak (Serakah)

      Dalam Al-Qur’an, banyak terdapat  keterangan masalah rakus atau tamak, antara lain pada surah Al-Baqarah ayat 96 yaitu :  
ولتجنهم احرص الناس علي حيوة ومن الذين اشركوا يود احدهم لو يعمر الف سنة وما هو بمزحزحه من العذاب ان يعمر والله بصيربما يعملون ( البقرة :96 )
Artinya :  “ Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari pada orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”  (QS. Al-Baqarah : 96)
Dalam surah Al-Muddatsir juga dijelaskan tentang tamak (serakah) yaitu :
ثم يطمع ان ازيد ( المدثر: 15 )
Artinya : “Kemudian dia ingin sekali supaya aku menambahnya.”
Begitu juga dalam hadits, antara lain disebutkan:
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : ايها الناس, اجملوا في الطلب, فانه ليس  لعبد الا ما كتب له. (الحديث)
Artinya : “ Rasulullah SAW bersabda: Hai manusia, berbaik-baiklah dalam mencari (nafkah); karena sesungguhnya hamba tidak mendapatkan (sesuatu), kecuali apa yang telah ditakdirkan padanya.” (Al-Hadits)

Allah melarang hambanya melakukan tindakan yang rakus, dan termasuk akhlak buruk terhadap-Nya, karena perbuatan ini dapat menyebabkan seseorang lupa menyembah kepada-Nya, dapat berlaku kikir, memeras serta merampas hak-hak orang lain. Maka, agama islam memberikan tuntutan kepada manusia, agar tidak terlalu mengejar nafkah yang seharusnya bukan ia yang pantas memilikinya. Selain tidak iman terhadap qadha dan qadar Allah, orang yang tamak ini juga akan menanam benih hasud terhadap orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:
عليك بالاياس بما في ايدي الناس واياك والطمع فانه الفقر الحاضر. ( رواه البيهقي )
“Hendaklah kamu berputus asa dari segala apa yang ada pada tangan orang lain, dan jauhilah tamak karena sesungguhnya tamak adalah suatu kefakiran yang nyata.” (HR. Bukhari)


C.  Ciri-Ciri dan Penyebab Tamak (Serakah)
Ada dua orang tamak dan masing-masing tidak akan kenyang. Pertama, orang tamak untuk menuntut ilmu, dia tidak akan kenyang. Kedua, orang tamak memburu harta, dia tidak akan kenyang.
Ciri-ciri orang yang tamak terhadap harta antara lain:
1.      Terlalu mencintai harta yang dimiliki.
2.      Terlalu semangat mencari harta tanpa memperhatikan waktu dan kondisi tubuh.
3.      Terlalu hemat dalam membelanjakan harta.
4.      Merasa hemat untuk mengeluarkan harta demi kepentingan agama dan social.
5.      Mendambakan kemewahan dunia.
6.      Tidak memikirkan kehiduan akhirat.
7.      Semua perbuatannya selalu bertendensi pada materi.
Adapun penyebab hati seseorang terjangkit penyakit ini adalah sebagai berikut:
1.      Cinta dunia
2.      Bodoh dalam memahami arti hidup bermasyarakat, yang di dalamnya ia berkewajiban saling menolong, bukan saling iri hati antara sesama.
3.      Tidak mengimani qadha dan qadar Allah atas nasib dirinya, sesuai dengan kadar usahanya.

Selain penyebab diatas, tamak juga disebabkan tidak pernah merasa puas dengan apa yang dicapainya, menginginkan seperti apa yang didapat orang lain, berangan-angan tidak sesuai dengan kemampuannya.

D.  Manfa’at dan Cara Menghindari Tamak ( Serakah )
Harta itu mengandung manfaat dan bahaya. Manfaat dari harta jika dapat menyelamatkan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Sedangkan bahaya harta jika menghancurkan duniawi dan akhiratnya. Membedakan harta buruk dan harta baik tidaklah mudah. Hanya orang-orang yang memiliki hati dalam agama saja yang mampu melakukannya. Mereka itu misalnya para ulama dan orang-orang yang tajam mata hatinya[6].
Manfaat menghindari tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan dunia. Sebab itu, orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan senantiasa mengejar kemewahan hidup.
Sabda Rasulullah SAW: “Hari kiamat telah hampir dan manusia masih lagi bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada Allah.” (Hadits Riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).
 Ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara dan usaha.
 Untuk menghindari sifat tamak dapat dilakukan dengan selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari sifat serakah, sederhana dalam memenuhi kebutuhan hidup dan hemat dalam biaya hidup, jangan merasa cemas berlebihan terhadap kejadian di masa datang, puas terhadap apa yang dimiliki meneladani orang-orang yang mulia yang mampu menjauhi sifat serakah, dan melihat orang yang keadaannya lebih miskin.
Agar hati kita selamat dari penyakit ini, hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan segala yang dicita-citakan.
2. Meyakinkan diri bahwa berapa pun hasil yang didapat adalah pilihan Allah yang terbaik atas diri kita, dan tidak ada kebatilan atau kekurangan sedikitpun, apalagi kerugian.
3. Tidak mempersoalkan segala sesuatu yang telah Allah pilihkan bagi orang lain.
4. Setelah itu, memagari hati dengan tafwid, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, agar senantiasa memelihara diri kita dengan kemaslahatan dan keberkatan dari apa yang telah kita miliki.

Mengobati rakus dan tamak tersusun dari tiga dasar, yaitu kesabaran, ilmu, dan amal. Pertama, amal. Kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Maka, barang siapa yang menghendaki kemuliaan qona’ah, hendaklah ia mengurangi pengeluaran dan belanja. Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder. Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung dalam sifat qana’ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta, serta mengetahui kehinaan ketamakan. Maka dengan cara ini ia akan terbebas dari ketamakan.

E.     Urgensi Menghindari Tamak (Serakah) dan Contohnya dalam Kehidupan  Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat. Dengan menghindari sifat tamak, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah atas segala rizeki yang telah diberikan-Nya, menghindari sifat egois, dan menumbuhkan sifat kedemawanan. Harta yang diberikan Allah kepada kita adalah semata-mata ujian dan cobaan. Dapatkah kita menafkahkan ke jalan Allah dengan sebaik-baiknya. Atau bahkan sebaliknya dengan kekayaan itu kita menjadi kikir dan serakah. Yang berarti kekayaan itu bertambah tetapi perasaan kita selalu kurang dan tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan semua itu.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Pengertian Tamak (Serakah)
Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya. Sedangkan menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram.
2.      Dalil-Dalil yang Menjelaskan tentang Tamak (Serakah)
ولتجنهم احرص الناس علي حيوة ومن الذين اشركوا يود احدهم لو يعمر الف سنة وما هو بمزحزحه من العذاب ان يعمر والله بصيربما يعملون ( البقرة :96 )
Artinya :  “ Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari pada orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”  (QS. Al-Baqarah : 96)

3.      Ciri-Ciri dan Penyebab Tamak (Serakah)
a.       Terlalu mencintai harta yang dimiliki.
b.      Terlalu semangat mencari harta tanpa memperhatikan waktu dan kondisi tubuh.
c.       Terlalu hemat dalam membelanjakan harta.

4.      Manfa’at dan Cara Menghindari Tamak (Serakah)
Manfaat menghindari tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan dunia. Sebab itu, orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan senantiasa mengejar kemewahan hidup.
5.      Urgensi Menghindari Tamak (Serakah) dan Contohnya dalam Kehidupan Masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.

No comments:

Post a Comment