Malaysia
Malaysia adalah sebuah negara federasi[6]
yang terdiri dari tiga
belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara
dengan luas 329.847 km persegi.[7][8]
Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya
menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27
juta jiwa.[8]
Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan — Malaysia Barat
dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna,
wilayah Indonesia di Laut Tiongkok Selatan.[8]
Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia,
Singapura,
Brunei, dan Filipina.[8]
Negara ini terletak di dekat khatulistiwa
dan beriklim tropika.[8]
Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong[9]
dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana
Menteri.[10][11]
Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminster.[12]
Malaysia sebagai negara
persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan
oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan bagian barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah.
Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania
hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya.
Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai
Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus
1957.[13][14]
Sejarah
Terdapat banyak kerajaan Tiongkok
dan India pada abad ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak
30 buah menurut sumber Tiongkok. Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha
(menurut I-Ching), atau Kataha di dalam tulisan Palawa atau bahasa Sanskerta
kuno—berada di jalur serbuan pedagang dan raja India. Rajendra Chola, Kaisar Tamil kuno yang diduga berada di sekitar Kota
Gelanggi, menjadikan Kedah tunduk pada 1025,
tetapi penggantinya, Vira
Rajendra Chola, harus melumpuhkan pemberontakan
Kedah untuk mengatasi para penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam
keagungan Sriwijaya, yang memberi pengaruh besar kepada Kedah dan Pattani bahkan
sampai ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil
kendali Kedah segera setelahnya, dan rajanya, Chandrabhanu menggunakan tempat ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka
pada abad ke-11, sebuah peristiwa yang dipahat di atas prasasti batu di
Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa. Selama milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya
mengadopsi Hindu dan Buddha dan
penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari wilayah
lain yang lebih tua dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara,
di sekitar Beruas di Perak, mendorong
sejarah Malaysia lebih jauh ke belakang. Jika itu belum cukup, sebuah puisi
Tamil, Pattinapillai, dari abad ke-2 M, menjelaskan barang-barang dari
Kadaram menumpuk di jalanan ibukota Chola. Sebuah drama sanskerta dari abad
ke-7, Kaumudhimahotsva, merujuk Kedah sebagai Kataha-nagari. Agnipurana
juga menyebutkan sebuah daerah yang dikenal Anda-Kataha dengan salah satu
batasnya menggambarkan sebuah puncak gunung, yang diyakini para sarjana sebagai
Gunung Jerai. Kisah-kisah dari Katasaritasagaram menjelaskan kemewahan
hidup di Kataha.
Gedung Sultan Abdul Samad
di Kuala Lumpur, kompleks Pengadilan
Tinggi Malaysia dan Pengadilan Perdagangan. Kuala
Lumpur adalah ibukota Negara-negara Melayu Bersekutu dan ibukota Malaysia saat
ini.
Pada permulaan abad ke-15, Kesultanan Melaka
didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara,
pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kerajaan Sriwijaya. Penaklukan memaksa
dia dan pendukungnya melarikan diri dari Palembang. Untuk menghindari
penganiayaan, Parameswara berlayar ke Temasek demi
mendapatkan perlindungan Temagi, seorang penghulu Melayu dari Pattani yang
ditunjuk oleh Raja Siam sebagai bupati Temasek.
Beberapa hari kemudian, Parameswara membunuh Temagi dan mengangkat dirinya
sendiri sebagai bupati. Kira-kira lima tahun kemudian, dia meninggalkan Temasek
karena ancaman dari Siam. Selama periode ini, Temasek juga diserang oleh
serombongan armada Jawa dari Majapahit.
Dia kemudian memimpin ke utara untuk
mendirikan permukiman baru. Di Muar, Parameswara berkehendak mendirikan kerajaan barunya di
Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar tidaklah cocok, dia
meneruskan perjalanannya ke utara. Di sepanjang jalan, dia mengunjungi Sening
Ujong (nama lama untuk Sungai Ujong modern) sebelum sampai di sebuah
perkampungan nelayan di bibir Sungai Bertam (nama lama untuk Sungai Melaka
modern). Tempat itu lambat laun berkembang menjadi lokasi Melaka masa
kini. Menurut Sejarah Melayu, di situlah dia menyaksikan kancil mengecoh anjing ketika
berteduh di bawah pohon Melaka. Dia mengambil apa yang dia lihat sebagai
pertanda yang baik dan kemudian dia mendirikan sebuah kerajaan yang disebut
Melaka, kemudian dia membangun dan memperbaiki fasilitas untuk tujuan
perdagangan.
Peralihan agama Parameswara ke Islam tidaklah jelas. Sabri Zain mengemukakan, Parameswara
menjadi seorang Muslim ketika dia menikahi seorang Puteri Samudera Pasai
dan menyertakan gelar bergaya Persia
"Syah", dengan menyebut dirinya Iskandar Syah [38].
Juga ada referensi yang menunjukkan bahwa beberapa anggota kelas penguasa dan
komunitas saudagar yang menetap di Melaka telah menjadi Muslim. Kisah-kisah
Tiongkok menyebutkan bahwa pada 1414, putera penguasa pertama Melaka
mengunjungi Ming untuk
mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera Parameswara diakui secara
resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Tiongkok dan bergelar Raja Sri
Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka dan dia dikenal sebagai
tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah atau Sultan Megat Iskandar Syah, dan dia menguasai Melaka dari 1414 sampai 1424. [3] [4] Kerajaan ini menguasai wilayah yang sekarang ini disebut Semenanjung Malaya, selatan Thailand (Pattani, dan
pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung selama lebih dari satu abad, dan
dalam periode tersebut menyebarkan Islam ke seluruh Nusantara.
Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan penting, terletak hampir di
tengah-tengah rute perdagangan Tiongkok dan India.
Pada 1511, Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang
mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan Melaka.
Tetapi, Sultan terakhir
melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir
mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan
Perak di utara, dan Kesultanan Johor
(mulanya kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di
selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka:
Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh.
Konflik ini berlangsung sampai tahun 1641, ketika Belanda
(bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan
dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan nama Kesultanan Johor,
yang masih ada sampai sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga
negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka:
Portugis (di
Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh;
dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda
(bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
Politik
dan Pemerintahan
Federasi Malaysia adalah sebuah monarki konstitusional. Kepala negara
persekutuan Malaysia adalah Yang
di-Pertuan Agong, biasa disebut Raja Malaysia. Yang
di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh sembilan Sultan Negeri-Negeri
Malaya, untuk menjabat selama lima tahun
secara bergiliran; empat pemimpin negeri lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak
turut serta di dalam pemilihan.[62]
Sumber
daya alam
Malaysia diberkati dengan sumber
daya alam semisal sektor pertanian,
kehutanan,
dan pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia adalah salah satu pengekspor
terbesar karet alam dan minyak sawit,
yang bersama-sama dengan damar dan kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit
juga merupakan pembangkit utama perdagangan internasional Malaysia.
Salah satu kebun teh di Malaysia.
Tentang sumber daya hutan, diketahui
bahwa usaha penggelondongan dimulai untuk membuat kontribusi berarti bagi ekonomi Malaysia
pada abad ke-19. Kini, ditaksir 59% daratan Malaysia masih berupa hutan.
Perluasan industri damar yang cepat, khususnya setelah era 1960-an, telah
menghasilkan masalah erosi di hutan-hutan negara ini. Tetapi, dengan adanya komitmen
pemerintah untuk melindungi lingkungan
dan sistem ekologi, sumber daya hutan dikelola pada landasan yang
berkelanjutan, dampak ikutannya adalah menurunnya laju penebangan pohon.
Sebagai tambahan, sejumlah wilayah
yang substansial diperlakukan sebagai hutan produksi (silvikultur)
dan upaya penghutanan kembali terhadap lahan hutan sudah dilakukan. Pemerintah
Malaysia merencanakan pengayaan tanah seluas 312,30 kilometer persegi dengan rotan di bawah kondisi hutan alami dan di sela-sela tanaman karet
alami sebagai komoditas panen perantara. Untuk terus memperkaya sumber-sumber
hutan, spesies damar
yang cepat-tumbuh seperti meranti tembaga, merawan dan sesenduk
juga ditanam. Pada saat yang sama, penuaian pohon-pohon berharga tinggi seperti
jati dan pohon
lainnya untuk dijadikan pulp dan kertas juga dianjurkan. Karet, pernah menjadi arus utama ekonomi Malaysia, kini
digantikan oleh minyak sawit sebagai komoditas
ekspor utama pertanian Malaysia.
PENDUDUK MALAYSIA
Penduduk Malaysia terdiri dari
berbagai kelompok suku, dengan Suku Melayu
sejumlah 50,4% menjadi ras terbesar dan bumiputra/suku
asli (aborigin) di Sabah dan Sarawak sejumlah 11% [74]
keseluruhan penduduk. Menurut definisi konstitusi Malaysia, orang Melayu adalah
Muslim,
menggunakan Bahasa Melayu, yang menjalankan adat dan budaya Melayu. Oleh karena itu,
secara teknis, seorang Muslim dari ras manapun yang menjalankan kebiasaan dan
budaya Melayu dapat dipandang sebagai Melayu dan memiliki hak yang sama ketika
berhadapan dengan hak-hak istimewa Melayu seperti yang dinyatakan di dalam
konstitusi. Melebihi separo bagian dari keseluruhan penduduk, bumiputra
non-melayu menjadi kelompok dominan di negara bagian Sarawak (30%-nya adalah Iban), dan mendekati 60% penduduk Sabah (18%-nya adalah Kadazan-Dusun,
dan 17%nya adalah Bajaus).[74]
Bumiputra non-Melayu itu terbagi atas puluhan kumpulan ras tetapi memiliki
budaya umum yang sama. Hingga abad ke-20, kebanyakan dari mereka mengamalkan
kepercayaan tradisional tetapi kini telah banyak yang sudah memeluk Kristen atau Islam. Masuknya ras lain sedikit banyak mengurangi persentase
penduduk pribumi di kedua negara bagian itu. Juga terdapat kelompok aborigin dengan
jumlah sedikit di Semenanjung, mereka biasa disebut Orang Asli.
23,7% penduduk adalah Tionghoa-Malaysia,
sedangkan India-Malaysia sebanyak 7,1% penduduk.[74]
Sebagian besar komunitas India adalah Tamil (85%), tetapi berbagai kelompok lainnya juga ada, termasuk Malayalam,
Punjab, dan Gujarat. Sebagian
lagi penduduk Malaysia berdarah campuran Timur Tengah,
Thailand, dan Indonesia.
Keturunan Eropa dan Eurasia termasuk
Britania yang menetap di Malaysia sejak zaman kolonial, dan komunitas Kristang yang kuat di Melaka. Sejumlah
kecil orang Khmer dan Vietnam menetap
di Malaysia sebagai pengungsi Perang Vietnam.
Sebaran penduduk sangat tidak
merata, dengan lebih dari 17 juta penduduk menetap di Malaysia Barat,
sedangkan tidak lebih dari 7 juta menetap di Malaysia Timur.
Karena tumbuhnya industri padat tenaga kerja, Malaysia memiliki 10% sampai 20%
pekerja imigran dengan besarnya ketidakpastian jumlah pekerja ilegal, terutama
asal Indonesia.
Terdapat sejuta pekerja imigran yang legal dan mungkin orang asing ilegal
lainnya. Negara bagian Sabah sendiri memiliki hampir 25% dari 2,7 juta
penduduknya terdaftar sebagai pekerja imigran ilegal menurut sensus terakhir.
Tetapi, gambaran 25% ini diduga kurang dari setengah gambaran yang diperkirakan
oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat.[75]
Sebagai tambahan, menurut World
Refugee Survey 2008, yang diterbitkan oleh Komisi Pengungsi dan Imigran
Amerika Serikat, Malaysia menampung pengungsi dan pencari suaka mendekati angka
155.700. Dari jumlah ini, hampir 70.500 pengungsi dan pencari suaka berasal dari
Filipina, 69.700
dari Myanmar, dan
21.800 dari Indonesia.[76]
Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat menamai Malaysia sebagai salah
satu dari sepuluh tempat terburuk bagi pengungsi karena adanya praktik
diskriminasi negara kepada pengungsi. Petugas Malaysia dilaporkan memulangkan
pendatang secara langsung kepada penyelundup manusia pada 2007, dan Malaysia
menugaskan RELA, milisi sukarelawan, untuk menegakkan undang-undang imigrasi
negara itu.[76]
Pendidikan
Sebagian besar anak-anak Malaysia
mulai bersekolah pada usia tiga sampai enam tahun, di Taman Kanak-Kanak.
Sebagian besar taman kanak-kanak dijalankan pihak swasta, tetapi ada sedikit
taman kanak-kanak yang dijalankan pemerintah.
Anak-anak mulai bersekolah dasar
pada usia tujuh tahun selama enam tahun ke muka. Terdapat dua jenis utama
sekolah dasar yang dijalankan atau berbantuan pemerintah. Sekolah berbahasa
asli (Sekolah Jenis Kebangsaan) menggunakan bahasa Tionghoa
atau bahasa Tamil sebagai bahasa pengantar. Sebelum melanjutkan ke tahap
pendidikan sekunder, siswa-siswi di kelas 6 dipersyaratkan untuk mengikuti
Ujian Prestasi Sekolah Dasar (Ujian
Pencapaian Sekolah Rendah,
UPSR). Sebuah program yang disebut Penilaian Tahap Satu, PTS digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa-siswi yang cerdas, dan memungkinkan mereka naik
dari kelas 3 ke kelas 5, meloncati kelas 4.[87]
Tetapi, program ini dihapus pada 2001.
Pendidikan tahap dua di Malaysia
dilaksanakan di dalam Sekolah Menengah Kebangsaan (setara SMP+SMA di Indonesia) selama lima tahun. Sekolah Menengah
Kebangsaan menggunakan bahasa Malaysia sebagai bahasa pengantar. Khusus mata
pelajaran Matematika dan Sains juga bahasa non-Melayu, ini berlaku mulai tahun
2003, dan sebelum itu semua pelajaran non-bahasa diajarkan di dalam bahasa Malaysia.
Di akhir Form Three, yaitu kelas tiga, siswa-siswi diuji di dalam Penilaian Menengah Rendah, PMR. Di kelas lima pendidikan tahap dua (Form Five),
siswa-siswi mengikuti ujian Ijazah Pendidikan Malaysia (Sijil
Pelajaran Malaysia, SPM),
yang setara dengan bekas British Ordinary pada tahapan 'O'. Sekolah
tertua di Malaysia adalah Penang
Free School, juga sekolah tertua di Asia
Tenggara.
Pendidikan tahap dua nasional
Malaysia dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu National Secondary School
(Sekolah Menengah Kebangsaan), Religious Secondary School (Sekolah
Menengah Agama), National-Type Secondary School
(Sekolah Menengah Jenis Kebangsaan) yang juga disebut Mission School (Sekolah
Dakwah), Technical School (Sekolah Menengah Teknik), Sekolah Berasrama Penuh,
dan MARA Junior Science College (Maktab Rendah Sains MARA).
Juga terdapat 60 Chinese Independent High School di Malaysia, yang sebagian besar di antaranya berbahasa
pengantar bahasa Tionghoa. Chinese Independent High School dipantau dan
distandardisasi oleh United Chinese School Committees' Association of
Malaysia (UCSCAM, lebih lazim disebut di dalam bahasa Tionghoa, Dong Zong 董总), tetapi, tidak seperti sekolah
pemerintah, tiap-tiap sekolah independen bebas menentukan keputusan. Belajar di
sekolah independen memerlukan waktu 6 tahun untuk tamat, terbagi ke dalam Tahap
Junior (3 tahun) dan Tahap Senior (3 tahun). Siswa-siswi akan mengikuti uji
standardisasi yang diadakan oleh UCSCAM, yang dikenal sebagai Unified
Examination Certificate (UEC) (Ijazah Pengujian Bersama) di Menengah Junior
3 (setara Penilaian Menengah Rendah) dan Menengah Senior 3 (setara tahap A).
Sejumlah sekolah independen mengadakan kelas-kelas berbahasa Malaysia dan
berbahasa Inggris selain berbahasa Tionghoa, memungkinkan siswa-siswi mengikuti
Penilaian Menengah Rendah dan Sijil Pelajaran Malaysia juga.
Sebelum perkenalan sistem matrikulasi, siswa-siswi yang hendak memasuki universitas publik harus
menyelesaikan 18 bulan tambahan sekolah sekunder di Form Six (kelas 6)
dan mengikuti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia, STPM; yang setara British Advanced atau tahap 'A'.
Karena perkenalan program matrikulasi sebagai alternatif bagi STPM pada 1999,
siswa-siswi yang menamatkan program 12 bulan di perkuliahan matrikulasi (kolej
matrikulasi di dalam bahasa Malaysia) dapat mendaftar di universitas lokal.
Tetapi, di dalam sistem matrikulasi, hanya 10% dari bangku yang tersedia bagi
siswa-siswi non-Bumiputra dan sisanya untuk siswa-siswi Bumiputra.
Terdapat universitas publik seperti Universitas Malaya, Universitas
Sains Malaysia, Universitas
Putra Malaysia Universitas
Teknologi Malaysia, Universitas
Teknologi Mara, dan Universitas
Kebangsaan Malaysia. Universitas swasta juga
mendapatkan reputasi yang cukup untuk pendidikan bermutu internasional dan
banyak siswa-siswi dari seluruh dunia berminat memasuki universitas-universitas
itu. Misalnya Multimedia
University, Universitas
Teknologi Petronas, dan lain-lain. Sebagai tambahan,
empat universitas bereputasi internasional telah membuka kampus cabangnya di
Malaysia sejak 1998. Sebuah kampus cabang dapat dilihat sebagai ‘kampus lepas
pantai’ dari universitas asing, yang memberikan kuliah dan penghargaan yang sama
seperti kampus utamanya. Siswa-siswi lokal maupun internasional dapat meraih
kualifikasi asing identik ini di Malaysia dengan biaya rendah. Kampus cabang
universitas asing di Malaysia adalah: Monash University Malaysia Campus, Curtin University of Technology Sarawak Campus, Swinburne University of Technology Sarawak Campus, dan University of Nottingham Malaysia Campus.
Siswa-siswi juga memiliki opsi untuk
mendaftar di lembaga tersier swasta setelah menamatkan pendidikan sekunder.
Sebagian besar lembaga memiliki pranala
pendidikan dengan universitas-universitas seberang lautan semisal di Amerika Serikat,
Britania Raya, dan Australia,
memungkinkan mahasiswa menghabiskan periode perkuliahannya dengan mendapatkan
kualifikasi seberang lautan. Satu contoh adalah SEGi College yang
bermitra dengan University of Abertay Dundee.[88]
Mahasiswa Malaysia belajar di luar negara seperti di Indonesia, Britania Raya,
Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru,
Kanada, Singapura,
Jepang dan negara-negara di Timur-Tengah seperti Yordania dan Mesir. Ada juga mahasiswa Malaysia di beberapa universitas di Korea Selatan,
Jerman, Perancis, Republik
Rakyat Tiongkok, Irlandia, India, Rusia, Polandia, dan Republik Ceko.
Sebagai tambahan untuk Kurikulum
Nasional Malaysia, Malaysia memiliki sekolah internasional. Sekolah
internasional memberi para siswa kesempatan untuk mempelajari kurikulum dari
negara lain. Sekolah-sekolah ini utamanya dibuka karena bertambahnya penduduk
ekspatriat di negara ini. Sekolat internasional termasuk: Sekolah
Indonesia (kurikulum Indonesia), Australian International School, Malaysia (kurikulum Australia), Alice
Smith School (kurikulum Britania), elc International school
(kurikulum Britania), Garden International School (kurikulum Britania), Lodge International School
(kurikulum Britania), International School of Kuala Lumpur (kurikulum Amerika dan Sarjana Muda Internasional), Japanese
School of Kuala Lumpur (Kurikulum Jepang), The Chinese Taipei School,
Kuala Lumpur and The Chinese Taipei School, Penang (Kurikulum
Taipei), International School of Penang (Kurikulum Britania dan Sarjana
Muda Internasional), Lycée
Français de Kuala Lumpur (Kurikulum
Perancis), dan lain-lain.
Kewarganegaraan
Sebagian besar orang Malaysia
diberikan kewarganegaraan oleh lex soli.[90]
Kewarganegaraan di negara bagian Sabah dan Sarawak di Malaysia Timur
berbeda dengan kewarganegaraan di Malaysia Barat
untuk tujuan imigrasi. Setiap warga negara diberi selembar kartu
identitas biometric smart chip, yang
biasa disebut MyKad,
pada umur 12 tahun, dan harus membawa kartu itu kapanpun.[91]
Ekonomi
Semenanjung Malaya dan pastinya Asia Tenggara
menjadi pusat perdagangan di kawasan selama berabad-abad. Berbagai komoditas
seperti keramik dan rempah aktif
diperdagangkan bahkan sebelum Kesultanan Melaka
dan Singapura
mengemuka.
Menara Petronas di Kuala Lumpur.
Pertumbuhan cepat ekonomi dan kemakmuran Malaysia dicirikan oleh Menara Petronas,
kantor pusat raksasa minyak nasional.
Pada abad ke-17, mereka didirikan di
beberapa negara bagian. Kemudian, sejak Britania Raya
mulai mengambil alih sebagai administrator Malaya Britania,
pohon karet dan kelapa sawit
diperkenalkan untuk tujuan komersial. Di dalam waktu lama, Malaya menjadi
penghasil timah, karet, dan minyak sawit terbesar di dunia.[92] Tiga
komoditas ini, beserta bahan mentah lainnya, mengatur tempo ekonomi Malaysia
lebih baik sampai abad ke-20.
Sebagai ganti kebergantungan pada
Suku Melayu sebagai sumber tenaga kerja, Britania membawa Tionghoa dan orang
India untuk bekerja di pertambangan, perkebunan, dan mengisi kekosongan ahli
profesional. Kendati banyak dari mereka kembali ke negara asal mereka setelah
kontrak dipenuhi, beberapa di antaranya menetap di Malaysia.
Ketika Malaya bergerak ke arah
kemerdekaan, pemerintah mulai menerapkan perencanaan ekonomi lima tahunan,
dimulai dengan Rencana Lima Tahun Malaya Pertama pada 1955. Ketika Malaysia didirikan, istilah perencanaan
diganti dan dinomori, dimulai dengan Rencana
Malaysia Pertama pada 1965.
Pada 1970-an, Malaysia mulai meniru
ekonomi Empat Macan Asia (Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura) dan
berkomitmen kepada transformasi dari ekonomi yang bergantung pada pertambangan
dan pertanian ke ekonomi berbasis manufaktur. Dengan investasi Jepang,
industri-industri berat mulai dibuka dan beberapa tahun kemudian, ekspor
Malaysia menjadi mesin pertumbuhan primer negara ini[butuh rujukan]. Malaysia
secara konsisten menerima lebih dari 7% pertumbuhan PDB disertai dengan inflasi yang
rendah pada 1980-an dan 1990-an.[93]
Pada dasarnya, pertumbuhan Malaysia bergantung pada ekspor bahan elektronik
seperti chip komputer dan sebagainya. Akibatnya, Malaysia merasakan tekanan hebat
semasa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan kemerosotan dalam sektor teknologi informasi pada tahun 2001. KDNK pada tahun 2001 hanya meningkat
sebanyak 0,3% disebabkan pengurangan 11% dalam bilangan ekspor tetapi paket
perangsang fiskal yang besar telah mengurangi dampak tersebut.
Pada periode yang sama, pemerintah
berupaya mengurangi angka kemiskinan dengan Kebijakan
Ekonomi Baru Malaysia (NEP) yang kontroversial, setelah Peristiwa 13 Mei,
kerusuhan antar-etnis pada 1969.[54]
Tujuan utamanya adalah menghilangkan keterkaitan ras dengan fungsi ekonomi, dan
rencana lima tahun pertama mulai menerapkan NEP sebagai Rencana Malaysia Kedua. Kejayaan atau kegagalan NEP menjadi bahan perdebatan,
kendati secara resmi berakhir pada 1990 dan diganti dengan Kebijakan
Pembangunan Nasional (NDP). Baru-baru ini banyak debat
muncul sekali lagi tentang hasil dan relevansi NEP. Sebagian pihak berdalih
bahwa NEP jelas-jelas berjaya menciptakan pengusaha dan tenaga profesional
Melayu kelas menengah-atas. Kendati beberapa perbaikan di dalam kekuatan
ekonomi Melayu secara umum, pemerintah Malaysia memelihara kebijakan
diskriminasi yang menguntungkan Suku Melayu di atas suku lain - termasuk
pengutamaan penerimaan kerja, pendidikan, beasiswa, perdagangan, akses
mendapatkan rumah murah dan tabungan yang dibantu.[94]
Perlakuan khusus ini memicu kecemburuan dan kebencian di antara non-Melayu dan
Melayu.
Penguasaan Tionghoa terhadap sektor
ekonomi negara yang dimiliki pihak lokal telah banyak diserahkan demi
menguntungkan Bumiputra/Melayu di banyak industri strategis/penting seperti
distribusi turunan minyak bumi, transportasi, pertanian, dan lain-lain.
Sebagian besar profesional per kapita masih didominasi orang India-Malaysia.
Ledakan ekonomi yang cepat memicu
macam-macam masalah pemasokan. Sedikitnya tenaga kerja segera dipenuhi dengan
mengalirnya jutaan pekerja imigran, banyak di antaranya ilegal. PLC yang kaya
akan modal tunai dan konsorsium bank-bank segera menguntungkan pertambahan dan
mencepatnya pemulaian pembangunan projek-projek infrastruktur besar. Ini
berakhir ketika krisis finansial Asia 1997 melanda pada musim gugur 1997, menghantarkan kejutan
besar bagi ekonomi Malaysia.
Seperti negara lain yang dipengaruhi
krisis, terjadi penjualan singkat spekulatif mata uang Malaysia, ringgit. Penanaman modal asing jatuh pada tingkatan yang berbahaya, karena modal menguap
ke luar negara, nilai ringgit jatuh dari MYR 2,50 per USD ke, MYR 4,80 per USD.
Indeks komposit Bursa Malaysia terjungkal dari hampir 1.300 poin ke kisaran 400 poin dalam
hitungan pekan. Setelah penangkapan kontroversial menteri keuangan Anwar Ibrahim,
sebuah Dewan Aksi Ekonomi Nasional dibentuk untuk mengantisipasi krisis
moneter. Bank Negara Malaysia menentukan pengendalian modal dan mematok nilai tukar ringgit Malaysia pada 3,80
terhadap dolar Amerika Serikat. Bagaimanapun, Malaysia menolak paket bantuan
ekonomi dari Dana
Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, tindakan yang
mengejutkan analis asing.
Pada Maret, 2005, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menerbitkan sebuah makalah tentang sumber-sumber
dan langkah pemulihan Malaysia, ditulis oleh Jomo K.S. dari departemen ekonomi
terapan, Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Makalah itu menyimpulkan bahwa kontrol yang ditentukan
pemerintah Malaysia tidaklah memperparah tidak pula membantu pemulihan. Faktor
terbesar adalah menaiknya jumlah ekspor komponen elektronik, yang disebabkan
oleh menaiknya permintaan komponen di Amerika Serikat, yang disebabkan oleh
kekhawatiran dampak kedatangan tahun 2000 (Y2K) pada komputer dan perangkat digital lain yang lebih tua.
Tetapi, pasca-memudarnya Y2K pada
2001 tidak memengaruhi Malaysia seperti banyak negara lain. Ini menjadi bukti
yang lebih jelas bahwa ada sebab-sebab dan dampak-dampak lain yang mungkin
lebih bersesuaian untuk pemulihan. Satu kemungkinan adalah bahwa para spekulan
mata uang mengalami kebangkrutan keuangan setelah jatuh di dalam aksi serang
mereka terhadap dolar Hong Kong pada Agustus 1998 dan setelah rubel Rusia tumbang. (Lihat George Soros)
Tanpa memperhatikan sebab dan akibat
klaim, peremajaan ekonomi juga bergulir dengan defisit anggaran dan belanja
pemerintah besar-besaran pada tahun-tahun setelah krisis. Kemudian, Malaysia
menikmati pemulihan ekonomi lebih cepat dibandingkan dengan jiran-jirannya.
Bagaimanapun, di banyak cara negara ini belum mengalami kepulihan pada
tingkatan pra-krisis.
Sementara langkah pembangunan kini
tidak secepat dulu, tetapi terasa lebih stabil. Kendati kontrol dan penjagaan
ekonomi bukan menjadi alasan utama pemulihan, tidak ada keraguan bahwa sektor
perbankan menjadi lebih kenyal terhadap serangan luar negara. Akun saat ini
berada di surplus struktural, memberikan bantalan bagi pengambangan modal.
Harga-harga aset kini, fraksi dari ketinggian pra-krisis mereka.
Malaysia mempunyai sejumlah elemen
makroekonomi yang stabil (di mana tingkat inflasi dan
tingkat pengangguran tetap di bawah 3%), simpanan pertukaran uang asing yang
sehat, dan utang luar negeri yang rendah. Ini memungkinkan Malaysia untuk tidak
mengalami krisis yang sama seperti Krisis finansial Asia pada tahun 1997. Walau bagaimanapun, prospek jangka panjang
kelihatan kurang baik disebabkan kurangnya perubahan dalam sektor badan
hukum terutama sektor yang berurusan
dengan utang korporat yang tinggi dan kompetitif.
Nilai tukar yang dipatok dibuka
kembali pada Juli 2005 untuk nilai
tukar mengambang yang terawasi setelah satu jam
pemberlakuan yang sama oleh Tiongkok.[95]
Pada pekan yang sama, ringgit menguat satu persen dibandingkan mata uang utama
lainnya dan diharapkan akan mengalami apresiasi lebih jauh. Tetapi pada
Desember 2005, harapan apresiasi lebih jauh menjadi bisu karena aliran
modal melampaui USD 10 miliar.[96]
Pada September 2005, Howard J.
Davies, direktur London
School of Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur,
memperingatkan para pejabat Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal
fleksibel kembali, mereka harus mencabut larangan penjualan singkat. Pada Maret
2006, Malaysia mencabut larangan penjualan singkat.[97] Kini,
Malaysia dipandang sebagai negara industri baru.[19][20][98]