Sinopsis Laskar Pelangi
Sutradara:
Riri Reza
Genre: Drama
Pemeran: Lukman Sardi, Cut Mini, Mathias Muchus.
Tahun: 2008
Genre: Drama
Pemeran: Lukman Sardi, Cut Mini, Mathias Muchus.
Tahun: 2008
Film Indonesia kini tengah menapaki kejayaan. Munculnya film-film berkualitas karya anak bangsa memang memberi angin segar bagi industri perfileman dalam negeri. Untu mendukung hal ini, tentu diharapkan agar masyarakat antusias menyaksikannya di bioskop. Salah satu film yang tak boleh diewatkan adalah Laskar Pelangi. Film besutan Mira Lesmana ini diadopsi dari novel populer Andrea Hirata dengan judul yang sama. Jika Anda belum menyaksikannya, tak apalah baca sinopsis Laskar Pelangi terlebih dahulu, berikut ini.
Rangkaian cerita di dalam film ini dimulai dari kepulangan ikal (Lukman Sardi) yang telah dewasa ke kampung halamannya di Bangka Belitong. Ingatannya kemudian kembali ke masa kecilnya. Hari pertama ia dan kawan-kawannya di Sekolah Dasar Muhammadiyah begitu menegangkan sebab jumlah mereka hanya 9 orang. Ikal bersama dengan murid lainnya, harap-harap cemas menunggu murid ke-10. Jika tidak, maka sekolah tersebut akan ditutup. Ibu Muslimah (Cut Mini Theo) dan Pak Harfan (Ikranegara) juga tak kalah tegangnya. Tapi, di ujung sana kemudian muncul Harun (Jeffry Yanuar), si murid kesepuluh yang menyelamatkan keberadaan SD Muhammadiyah.
Kesepuluh murid di SD Muhammadiyah
ini memiliki keunikannya masing-masing. Tingkah polah mereka yang lucu membuat
ibu Musdalifah dan Pak Harfan senang. Oleh Ibu Musdalifah, kesepuluh bocah
ingusan tersebut pun diberi nama Laskar Pelangi. Mereka adalah Ikal, Lintang,
Mahar, A-Kiong, Kucai, Trapani, Sahara, Syahdan, Borek dan Harun. Dengan jiwa
kanak-kanaknya, mereka semua berusaha agar terus bersekolah. Di antara
kesepuluh anak ini, Ikal, Lintang dan Mahar lah yang paling menonjol. Namun
mereka tak angkuh, malah menjadi motor semangat bagi murid lainnya.
Perjuangan anak-anak ini tidaklah mudah. Mereka
menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Misalnya saja Lintang, setiap hari ia
harus menghadapi rasa takutnya saat hendak ke sekolah. Mengapa? Sebab jika
tidak jeli, salah-salah ia akan dimangsa buaya. Yang paling menarik, saat
Lintang hendak berangkat Cerdas Cermat namun buaya sudah menanti ia lengkap
dengan gigi-gigi tajamnya. Bagian ini memperlihatkan semangat juang Lintang
yang keras.
Cerita lainnya juga datang dari Ikal yang jatuh hati pada anak seorang pedagang. Gadis kecil itu bernama A-ling. Ikal selalu mendapati jemari lentik A-ling saat ia berbelanja kapur tulis di toko milik ayah A-ling. Melihat tangan saja, wajah ikal sudah merah merona. Ia serasa berlari-lari di hamparan bebunga seroja. Ikal suka pada A-ling.
Kehidupan anggota Laskar Pelangi di sekolah semakin
hari semakin memperlihatkan kemajuan. Namun di tengah perjalanan tersebut,
berbagai cobaan datang menghadang mereka. Antara lain guru yang pindah ke
sekolah lain karena tergiur bayaran yang lebih serta kematian Pak Harfan.
Peristiwa kedua tersebut benar-benar memukul anggota Laskar Pelangi dan juga
Ibu Muslimah. Pak Harfan adalah roh SD Muhammadiyah. Awalnya Ibu Muslimah
bimbang, apakah ia mampu meneruskan amanah yang ditinggalkan Pak Harfan. Namun
keraguan itu terjawab dengan prestasi anak-anak muridnya yang bisa mengalahkan
murid sekolah elit di ajang Cerdas Cermat.
Sinopsis Laskar Pelangi ini tentu tak akan menjawab rasa penasaran Anda bukan? Film ini layak ditonton langsung. Adegan demi adegan akan menyeret Anda masuk ke dalam cerita. Istimewanya, Anda juga akan disugui pemandangan alam Bangka Belitong tahun 70-an yang sangat menawan. Jadi, Happy Hunting!
Sinopsis Film" Di Bawah Lindungan Ka'bah"

Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin. Saat berumur empat tahun ia
sudah ditinggal oleh ayahnya. Masa kecilnya ia habiskan untuk membantu ibunya
memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai penjual kue keliling. Perjuangannya dan
pengorbanan ini, membuat ia bertemu dengan keluarga Engku Haji Ja’far. Pada
umur enam tahun, dia kemudian diangkat oleh keluarga Engku Haji Ja’far yang
kaya-raya. Sementara Hamid diangkat menjadi anak, amaknya sendiri di
perbolehkan untuk bekerja di kediaman Engku Haji Ja’far. Perhatian Engku Haji
Ja’far dan istrinya, Asiah, terhadap Hamid sangat baik. Hamid dianggap sebagai
anak mereka sendiri. Mereka sangat menyayanginya, sebab Hamid sangat cerdas,
rajin, sopan, berbudi pekerti yang baik, serta taat beragama. Dengan
pertemuannya dengan Engku Haji Ja’far dan Ibu Asiah, berawalah persahabatannya
dengan Zainab, anak kandung Haji Jafar. Hamid juga disekolahkan bersama-sama
dengan Zainab, di sekolah rendah.
Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Mereka sering
pergi sekolah bersama-sama, bermain bersama-sama di sekolah maupun pulang
sekolah. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh
perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan.
Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi
rasa sayang kepada adik, rasa yang berbeda dengan rasa sayang yang Hamid
rasakan saat masih kecil. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama
seperti perasaan Hamid. Perasaan tersebut hanya mereka pendam di dalam lubuk
hati yang paling dalam. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada
Zainab, sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat dinding pemisah
yang sangat tinggi. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang,
sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat
tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa
cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja.
Suatu hari mereka sedang bermain di pesisir pantai dekat rumah Zainab. Di
sana mereka bercanda riang. Disana pulalah Zainab memulai pertanyaan diantara
mereka berdua “Abang Hamid, apa impian terbesar abang di dunia ini?” lalu Hamid
menjawab dengan terbata-bata sambil berfikir manakah yang lebih penting ku
ucapkan pergi Haji atau hidup bersama Zainab, tetapi akhirnya Hamid pun
menjawab “Ka ka ka lau aku....... Tentu saja semua orang Islam ingin pergi
Haji!”. Sebuah jawaban yang tak disangka Zainab akan keluar dari mulut Hamid,
lalu Hamid pun bertanya kembali “Kalau kau sendiri Zainab” dan Zainab pun
menjawab dengan yakin “Kalau aku, aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai
dan mencintaiku juga”. Hamid terkejut dengan jawaban Zainab tersebut. Hari-hari
berlalu dengan cepatnya. Kemenakan Engku Rustam pun datang, lelaki itu bernama
Arifin, ialah orang yang akan dijodohkan dengan Zainab nanti.Makin dalamah
jurang penghalang cinta mereka tersebut.
Dinding pemisah itu semakin hari semakin dirasakan Hamid. Dalam waktu
bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Peristiwa
pertama adalah meninggalnya Haji Jafar, ayah angkatnya yang sangat berjasa
menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal
dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat
dicintainya itu. Hal ini seperti saat Amul Huzn Rasulullah. Hamid merasa tidak
punya semangat lagi untuk hidup. Kini dia yatim piatu yang miskin. Sejak
kematian ayah angkatnya, Hamid merasa tidak bebas menemui Zainab karena Zainab
dipingit oleh mamaknya. Karena selama ini ia hanya berani untuk berbicara
dengan Engku Haji Ja’far saja. Sedangkan jika ia berbicara atau bertemu dengan
Zainab, ia pasti akan merasa salah tingkah, merasa bodoh, dan menjadi bingung
apa yang harus di ucapkan.
Puncak kepedihan hatinya yaitu ketika mamaknya, Asiah, menyuruh Hamid untuk
datang ke rumahnya, lalu Ibu Asiah mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan jadi
dijodohkan dengan pemuda lain itu, yang masih famili dekat dengan almarhum
suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau
menerima pemuda pilihannya. Saat itulah hati Hamid terasa sangat remuk dan
hancur berkeping-keping. Padahal pada saat Zainab membukakan pintu rumahnya
untuk Hamid, Hamid masih ingat dengan ekspresi muka Zainab yang berseri-seri
melihat kedatangn Hamid itu. Ia berfikir, dan membatin “Mungkinkah senyumnya
tersebut adalah senyumnya yang terakhir dapat ku lihat darinya?”
Dengan berat hati, Hsmid menuruti kehendak Mamak Asiah. Dengan berat hati,
Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah. Hamid segera membujuk Zainab untuk
menuruti kehendak amaknya tersebut. Zainab sangat sedih menerima kenyataan
tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak mamaknya. Karena tidak sanggup
menanggung beban hatinya, karena ia sangat mencintai dan menyayangi Hamid.
Akhirnya Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan
Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis
surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab.
Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid
melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura, Bangkok, Irak dan kemudian
sampailah dia tanah suci Mekkah.
Selama ditinggalkan oleh
Hamid, hati Zainab menjadi sangat tersiksa. Dia sering sakit-sakitan, semangat
hidupnya terasa berkurang menahan rasa rindunya yang mendalam pada Hamid.
Begitu pula dengan Hamid, dia selalu gelisah karena menahan beban rindunya pada
Zainab. Untuk membunuh kerinduannya, dia bekerja pada sebuah penginapan milik
seorang Syekh. Sambil bekerja, dia terus memperdalam ilmu agamanya dengan
tekun.
Setahun sudah Hamid
berada di Mekah. Ketika musim haji, banyak tamu menginap di tempat dia bekerja.
Di antara para tamu yang hendak menunaikan ibadah haji, dia melihat Saleh,
teman sekampungnya. Betapa gembira hati Hamid bertemu dengannya. Selain sebagai
teman sepermainannya amsa kecil, istri Saleh Rosana adalah teman dekat Zainab.
Dari Saleh, dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan
Zainab.
Dari penuturan Saleh,
Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab
sering sakit-sakitan. Dia menderita batin yang begitu mendalam, Karena suatu
sebab, dia tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya, sedangkan orang
yang paling dicintainya, yaitu Hamid telah pergi entah kemana. Dia selalu
menunggu kedatangan Hamid dengan penuh harap.
Mendengar penuturan Saleh
tersebut, perasaan Hamid bercampur antara perasaan sedih dan gembira. Sedih
sebab Zainab menderita fisik dan batin. Gembira karena Zainab mencintainya
juga. Artinya cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Karena tidak jadi menikah
dengan pemuda pilihan mamaknya, besar kemungkinan keinginannya untuk bersanding
dengan Zainab akan kesampaian. Hamid berencana kembali ke kampung halaman
setelah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu.
Saleh langsung mengirim
surat kepada Rosna, istrinya. Dalam suratnya, dia menceritakan pertemuannya
dengan Hamid. Rosna memberikan surat dari Saleh itu kepada Zainab. Betapa
gembiranya hati Zainab mendengar kabar tersebut. Hamid, orang yang paling
dicintainya, yang selama ini tidak diketahui keberadaannya, telah dia temukan.
Hatinya lega dan bahagia. Semangat hidupnya bangkit kembali dan dia merasa
tidak tahan lagi untuk bertemu kembali dengan kekasih hatinya itu. Ia pun
menulis surat balasan kepada Hamid. Hamid menerimanya dengan suka cita.
Semangatnya untuk menyelesaikan ibadah haji semakin menggelora agar segera
bertemu Zainab.
Walau dalam keadaan sakit
parah, Hamid tetap berwukuf. Namun setelah wukuf di Padang Arafah yang sangat
panas, kondisinya semakin melemah. Nafsu makannya menurun dan suhu badannya pun
tinggi.Melihat keadaan sahabatnya, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar
tentang Zainab yang baru saja ia terima dari Rosna. Namun, Hamid mempunyai
firasat tentang hal itu. Atas desakan Hamid, Saleh memberitahukan bahwa Zainab
telah meninggal dunia. Hati Hamid terpukul mendengar kenyataan tersebut. Hanya
dengan keimanan yang kuat, dia masih mampu bertahan hidup. Keteguhan Hamid pada
sikap menyempurnakan ibadah haji di Baitullah telah menyebabkan Hamid
kehilangan kekasihnya. Zainab meninggal karena sakit-sakitan menahan rindu
dalam pingitan.
Keesokan harinya, Hamid
tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina. Namun, dalam perjalanannya, dia
jatuh lunglai, sehingga Saleh mengupah orang Badui untuk memapah Hamid. Setelah
acara di Mina, mereka kemudian menuju Masjidil Haram. Setelah mengelilingi
Ka'bah, Hamid minta diberhentikan di Kiswah.
Sambil menjulurkan
tangannya memegang kain Kiswah penutup Ka'bah itu, Hamid beberapa kali
bermunajat: "Ya rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Bahwasanya di bawah lindungan Ka’bah, Rumah Engkau yang suci terpilih ini, saya
menadahkan tangan memohon karunia.............." Suaranya semakin melemah
kemudian di bibirnya muncul suatu senyuman dan sampailah ia dari tanggapan
dunia ini. Hamid telah meninggalkan dunia yang fana ini di hadapan Kabah,
menyusul sang kekasih.
1.
Sudut pandang : Sudut pandang orang ketiga
2.
Latar
:
3.
Latar Waktu : Pagi hari, Siang hari,
Sore hari, dan Malam hari.
4.
Latar Tempat : Kota Padang, Padang Panjang, Mekkah, Kapal
Karimata, Pelabuhan Jedah, Pantai Laut Merah, Arafah, Bukit Safa dan
Marwah, Kediaman Syekh, Masjidil Haram, Kediaman Hamid, Kediaman Zainab,
Puncak Gunung Padang, Stasiun Kereta Api Padang, Pesisir Arau,
Kota Medan, dan Sekeliling Ka’bah
5.
Amanat
:
Ø Bejuanglah terus, meski banyak rintangan di hadapan kita.
Ø Jangan suka menilai orang dari status sosialnya.
Ø Jadilah orang yang dapat dibanggakan, dan dapat berguna bagi orang lain.
Ø Belajarlah untuk berkorban demi kebaikan dan kerjakanlah sesuatu dengan
ikhlas.
Sinopsis Novel Sang Pemimpi
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Pertama terbit: 2006
Jumlah Halaman: 292
Sukses dengan Novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata kembali memukau pembaca dengan novel keduanya yakni Sang Pemimpi. Novel ini merupakan rangkaian kedua dalam seri tetralogi Laskar Pelangi. Apa yang diusung Andrea Hirata dalam novel kedua ini? Masih sama sebenrarnya dengan Laskar Pelangi, kisah tentang kekuatan mimpi, dinamika persahabatan, ambisi, cara memaknai hidup dan lainnya. Sebagai tetralogi, penyambung kisah novel pertama dengan novel kedua ini adalah tokoh Ikal. Jika pada Laskar Pelangi, kisah yang diusung adalah kehidupak kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi, maka dalam Sang Pemimpi, Andrea membesut kisah persahabatan antara Ikal dan tokoh sentral lainnya bernama Arai. Mimpi mereka dimulai dari desa kecil di Belitong dan mereka impikan bermuara di Eropa, tepatnya di Perancis.
Kisah dalam novel ini dimulai dengan kehidupan tokoh ikal di
Belitong pada saat ia masih SMA. Ia bersama saudara jauhnya yakni Ikal
menjalani masa SMA yang menyenangkan meski berat sebab tuntutan ekonomi membuat
mereka dewasa sebelum waktunya. Untuk tetap besekolah dan hidup, keduanya
bekerja sebagai kuli di sebuah pelabuhan ikan. Waktu kerja mereka dini hari
sehingga waktu sekolah tidak terganggu. Kegigihan mereka pada akhirnya terbayar
saat mereka dewasa kelak. Ikal sendiri berhasil mendapatkan gelar sarjana
ekonomi dari Universitas Indonesia, sementara Arai yang pada akhirnya kuliah di
Kalimantan, menjadi seorang ahli biologi.
Selain Ikal dan Arai, ada tokoh sentral lain dalam novel Sang Pemimpi ini. Ia adalah Jimbron. Ia sendiri adalah anak yatim piatu yang diceritakan diasuh oleh seseorang bernama Geovanny. Ia berwajah bayi dengan tubuh gembur. Pemikirannya lurus, cenderung naïf dan polos. Jimbron sangat menyukai kuda dan tahu seluk beluk hewan tangkas tersebut. Jimbron menjadi perekat hubungan Ikal dan Arai, oleh sebab keluguannya, ia mudah disayangi dan mendapat simpati. Persahabatan mereka juga tentang bagaimana melindungi Jimbron. Namun, selepas SMA, ketiga sahabat ini berpisah. Mereka berbeda rute dan dipisahkan kota.
Selain Ikal dan Arai, ada tokoh sentral lain dalam novel Sang Pemimpi ini. Ia adalah Jimbron. Ia sendiri adalah anak yatim piatu yang diceritakan diasuh oleh seseorang bernama Geovanny. Ia berwajah bayi dengan tubuh gembur. Pemikirannya lurus, cenderung naïf dan polos. Jimbron sangat menyukai kuda dan tahu seluk beluk hewan tangkas tersebut. Jimbron menjadi perekat hubungan Ikal dan Arai, oleh sebab keluguannya, ia mudah disayangi dan mendapat simpati. Persahabatan mereka juga tentang bagaimana melindungi Jimbron. Namun, selepas SMA, ketiga sahabat ini berpisah. Mereka berbeda rute dan dipisahkan kota.
Ada banyak tokoh pembantu lainnya dalam cerita ini antara lain Pak
Mustar, Pak Drs. Julian Ichsan Balia, Nurmalala, Lakshmi, Taikong Hamim, Bang
Zaitun dan masih banyak lagi lainnya. Kesemua tokoh ini mewarnai dinamika
perjuangan Arai juga Ikal meraih mimpi. Novel ini menarik dengan bahasa yang
tentu apik khas Andrea Hirata. Meski memang tak sefeonomenas Laskar Pelangi,
namun Sang Pemimpi ini seperti sebuah “penuntasan” dari apa yang dikosongkan
Laskar Pelangi. Sama seperti cerita tetralogi lainnya, saat Anda membaca buku
pertama, maka seyogyanya Anda juga menuntaskkan novel lanjutannya.
Novel ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang mencintai mimpi. Ada banyak quote membangun yang sederhana namun penuh kekuatan. Membaca Sang Pemimpi akan membuat Anda berani menyongsong mimpi Anda sendiri. Ada satu quote yang cukup memorable dari buku ini, yakni:
“Kita tak kan
pernah mendahului nasib!” teriak Arai.
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!”
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!”
Novel ini dibuka dengan kisah dua remaja tanggung yang mungkin tampak biasa. Namun seiring helaian halaman buku, Anda pasti jatuh cinta dengan kepiawaian Andrea. Sama seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi juga dipenuhi kalimat filosofis yang sederhana namun berat makna. Ia juga dibumbui komedi sedikit satir dan halus. Sinopsis Novel Sang Pemimpi ini membuka jalan Anda untu tertarik membaca novel secara utuh. Selamat berburu ya!
Snopsis Novel Layar TerkembangSinopsis Layar Terkembang
Identitas Novel
1.
Judul : Layar Terkembang
2. Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
3. Cetakan : 33
4. Penerbit : Balai Pustaka
5. Tahun : 2001
6. Tebal Buku : 166 Halaman
2. Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
3. Cetakan : 33
4. Penerbit : Balai Pustaka
5. Tahun : 2001
6. Tebal Buku : 166 Halaman
Isi Novel
1. Sinopsis
Roman
Layar Terkembang menceritakan perjuangan wanita Indonesia beserta cita-citanya.
Dua gadis bersaudara memiliki perangai yang berbeda. Maria adalah seorang dara
yang lincah dan periang, sedang Tuti selalu serius dan aktif dalam kegiatan
wanita. Maria memiliki badan yang ramping, ia baru berusia dua puluh tahun dan
sekolah di H.B.S Carpentier Alting Stichting kelas penghabisan. Tuti adalah
kakak dari Maria, badannya tegak dan agak gemuk. Ia telah berusia dua puluh
lima tahun dan menjadi guru di Sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka adalah
anak Raden Wiriaatmaja , mantan wedana di daerah Banten dan ketika pensiun
pindah ke Jakarta.
Pada hari minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di pasar ikan. Ketika sampai di tempat tujuan, Maria kagum melihat ikan-ikan yang indah permai. Maria adalah seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Ia cepat mengungkapkan perasaannya, baik perasaan senang maupun sedih. Berbeda dengan kakaknya, Tuti bukan seorang yang mudah kagum dan heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia merasa pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu yang ingin dicapainya. Segala sesuatu diukurnya dengan kecakapannya sendiri, oleh karena itu ia jarang memuji.
Yusuf berkunjung ke rumah wiriaatmaja. Kedatangannya disambut dengan lemah lembut dan hormat. Setelah meletakan sepedanya, Yusuf duduk bersama Tuti dan Maria. Tidak berapa lama mereka berbincang-bincang, kemudian terlihat seorang laki-laki yang kira-kira tiga puluh lima tahun usianya turun dari delman dan masuk ke pekarangan menuju ke meja tempat ketiga anak muda itu duduk. Ternyata yang dating adalah parta. Ia adalah adik ipar dari Wiriaatmaja. Lalu ia pun duduk bersama mereka. Tak berapa lama datanglah Wiriaatmaja menghampiri mereka. Wiriaatmaja terlihat sangat bahagia menyambut kedatangan iparnya itu. Merekapun berbincang-bincang, didalam perbincangannya Partadiharja mengeluh tentang adiknya yang bernama saleh yang bekerja di kantor justisi sebagai ajun komis yang gajinya lumayan besar, tiba-tiba mengundurkan diri tanpa alas an yang jelas dan tanpa sepengetahuan famili terlebih dahulu. Tuti memberikan pendapat yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda pula namun hal tersebut malah menjadi pertentangan antara Tuti dengan Parta. Akhirnya Tuti memutuskan untuk diam karena ia tahu bahwa pertentangannya itu tidak akan mendatangkan atau membuahkan hasil malah mungkin ia akan dibenci oleh pamannya tersebut.
Tak berapa lama senjapun mulai terlihat, partadiharja pun pulang. Dan ketika beduk magrib berbunyi, Wiriaatmaja masuk meninggalkan ketiga anak muda yang berada di halaman untuk pergi sembahyang. Setelah kepergian Wiriaatmaja, merekapun berbincang-bincang tentang agama, yang ujung-ujungnya terjadi pertentangan antara ketiganya namun pertentangan tersebut tidak brlangsung lama karena terdengar bunyi langkah kaki Bapaknya. Karena mereka tidak mau ada pertengkaran dengan Bapaknya maka iapun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan tentang agama tersebut.
Setelah sejam lamanya keempat orang tersebut becakap-cakap tentang bebagai topik maka kira-kira pukul delapan, Yusuf pamit untuk pulang.
Dinding Gedung Permufakatan berat berhias daun kelapa dan daun beringin, disela-sela kertas merah putih. Di dinding sebelah kanan nyata jelas tersusun huruf “Pemuda Baru”, dan di sebelah kiri tertulis “Kongres Kelima”. Bau daun yang segar memenuhi seluruh ruangan yang girang gembira dan terlihat cahaya lampu listrik yang terang benderang. Di depan ruang itu terdapat layer berwarna ungu berombak-ombak.
Dari pintu yang terbuka lebar terlihat orang-orang yang berdatangan tiada henti-henti. Makin banyak orang yang duduk di kursi dan bangku yang tersusun di dalam gedung, diluar masih banyak terlihat orang-orang berduyun-duyun datang dari jalan raya.
Dari pintu bawah sebelah kanan, masuklah Maria kedalam ruangan lalu ia naik ke anak tangga dan mencari-cari Yusuf dan Tuti. Setelah Yusuf terlihat olehnya, maka dengan cepat ia memanggilnya untuk bersiap-siap memulai pertunjukkan.
Pukul delapan datanglah seorang anak muda keluar dari belakang layer. Dengan suara nyaring, ia memberi sambutan kepada penonton dan membacakan keputusan kongres. Ia juga memberitahu bahwa akan ada pertunjukkan yang diharapkan dapat menjadi kenang-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Lalu ia pun kembali ke belakang layer.
Tak berapa lama setelah ia kembali kebelakang layar yang tertutup, diiringi oleh tepuk tangan yang ramai, maka terbukalah layar yang ungu berombak-ombak tersebut. Ketika itu juga, padamlah lampu
Pada hari minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di pasar ikan. Ketika sampai di tempat tujuan, Maria kagum melihat ikan-ikan yang indah permai. Maria adalah seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Ia cepat mengungkapkan perasaannya, baik perasaan senang maupun sedih. Berbeda dengan kakaknya, Tuti bukan seorang yang mudah kagum dan heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia merasa pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu yang ingin dicapainya. Segala sesuatu diukurnya dengan kecakapannya sendiri, oleh karena itu ia jarang memuji.
Yusuf berkunjung ke rumah wiriaatmaja. Kedatangannya disambut dengan lemah lembut dan hormat. Setelah meletakan sepedanya, Yusuf duduk bersama Tuti dan Maria. Tidak berapa lama mereka berbincang-bincang, kemudian terlihat seorang laki-laki yang kira-kira tiga puluh lima tahun usianya turun dari delman dan masuk ke pekarangan menuju ke meja tempat ketiga anak muda itu duduk. Ternyata yang dating adalah parta. Ia adalah adik ipar dari Wiriaatmaja. Lalu ia pun duduk bersama mereka. Tak berapa lama datanglah Wiriaatmaja menghampiri mereka. Wiriaatmaja terlihat sangat bahagia menyambut kedatangan iparnya itu. Merekapun berbincang-bincang, didalam perbincangannya Partadiharja mengeluh tentang adiknya yang bernama saleh yang bekerja di kantor justisi sebagai ajun komis yang gajinya lumayan besar, tiba-tiba mengundurkan diri tanpa alas an yang jelas dan tanpa sepengetahuan famili terlebih dahulu. Tuti memberikan pendapat yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda pula namun hal tersebut malah menjadi pertentangan antara Tuti dengan Parta. Akhirnya Tuti memutuskan untuk diam karena ia tahu bahwa pertentangannya itu tidak akan mendatangkan atau membuahkan hasil malah mungkin ia akan dibenci oleh pamannya tersebut.
Tak berapa lama senjapun mulai terlihat, partadiharja pun pulang. Dan ketika beduk magrib berbunyi, Wiriaatmaja masuk meninggalkan ketiga anak muda yang berada di halaman untuk pergi sembahyang. Setelah kepergian Wiriaatmaja, merekapun berbincang-bincang tentang agama, yang ujung-ujungnya terjadi pertentangan antara ketiganya namun pertentangan tersebut tidak brlangsung lama karena terdengar bunyi langkah kaki Bapaknya. Karena mereka tidak mau ada pertengkaran dengan Bapaknya maka iapun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan tentang agama tersebut.
Setelah sejam lamanya keempat orang tersebut becakap-cakap tentang bebagai topik maka kira-kira pukul delapan, Yusuf pamit untuk pulang.
Dinding Gedung Permufakatan berat berhias daun kelapa dan daun beringin, disela-sela kertas merah putih. Di dinding sebelah kanan nyata jelas tersusun huruf “Pemuda Baru”, dan di sebelah kiri tertulis “Kongres Kelima”. Bau daun yang segar memenuhi seluruh ruangan yang girang gembira dan terlihat cahaya lampu listrik yang terang benderang. Di depan ruang itu terdapat layer berwarna ungu berombak-ombak.
Dari pintu yang terbuka lebar terlihat orang-orang yang berdatangan tiada henti-henti. Makin banyak orang yang duduk di kursi dan bangku yang tersusun di dalam gedung, diluar masih banyak terlihat orang-orang berduyun-duyun datang dari jalan raya.
Dari pintu bawah sebelah kanan, masuklah Maria kedalam ruangan lalu ia naik ke anak tangga dan mencari-cari Yusuf dan Tuti. Setelah Yusuf terlihat olehnya, maka dengan cepat ia memanggilnya untuk bersiap-siap memulai pertunjukkan.
Pukul delapan datanglah seorang anak muda keluar dari belakang layer. Dengan suara nyaring, ia memberi sambutan kepada penonton dan membacakan keputusan kongres. Ia juga memberitahu bahwa akan ada pertunjukkan yang diharapkan dapat menjadi kenang-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Lalu ia pun kembali ke belakang layer.
Tak berapa lama setelah ia kembali kebelakang layar yang tertutup, diiringi oleh tepuk tangan yang ramai, maka terbukalah layar yang ungu berombak-ombak tersebut. Ketika itu juga, padamlah lampu
No comments:
Post a Comment