Thursday, 28 July 2016

SINOPSIS NOVEL



Sinopsis Laskar Pelangi

Sutradara: Riri Reza
Genre: Drama
Pemeran: Lukman Sardi, Cut Mini, Mathias Muchus.
Tahun: 2008

Film Indonesia kini tengah menapaki kejayaan. Munculnya film-film berkualitas karya anak bangsa memang memberi angin segar bagi industri perfileman dalam negeri. Untu mendukung hal ini, tentu diharapkan agar masyarakat antusias menyaksikannya di bioskop. Salah satu film yang tak boleh diewatkan adalah Laskar Pelangi. Film besutan Mira Lesmana ini diadopsi dari novel populer Andrea Hirata dengan judul yang sama. Jika Anda belum menyaksikannya, tak apalah baca sinopsis Laskar Pelangi terlebih dahulu, berikut ini.

Rangkaian cerita di dalam film ini dimulai dari kepulangan ikal (Lukman Sardi) yang telah dewasa ke kampung halamannya di Bangka Belitong. Ingatannya kemudian kembali ke masa kecilnya. Hari pertama ia dan kawan-kawannya di Sekolah Dasar Muhammadiyah begitu menegangkan sebab jumlah mereka hanya 9 orang. Ikal bersama dengan murid lainnya, harap-harap cemas menunggu murid ke-10. Jika tidak, maka sekolah tersebut akan ditutup. Ibu Muslimah (Cut Mini Theo) dan Pak Harfan (Ikranegara) juga tak kalah tegangnya. Tapi, di ujung sana kemudian muncul Harun (Jeffry Yanuar), si murid kesepuluh yang menyelamatkan keberadaan SD Muhammadiyah.

Kesepuluh murid di SD Muhammadiyah ini memiliki keunikannya masing-masing. Tingkah polah mereka yang lucu membuat ibu Musdalifah dan Pak Harfan senang. Oleh Ibu Musdalifah, kesepuluh bocah ingusan tersebut pun diberi nama Laskar Pelangi. Mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, A-Kiong, Kucai, Trapani, Sahara, Syahdan, Borek dan Harun. Dengan jiwa kanak-kanaknya, mereka semua berusaha agar terus bersekolah. Di antara kesepuluh anak ini, Ikal, Lintang dan Mahar lah yang paling menonjol. Namun mereka tak angkuh, malah menjadi motor semangat bagi murid lainnya.



Perjuangan anak-anak ini tidaklah mudah. Mereka menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Misalnya saja Lintang, setiap hari ia harus menghadapi rasa takutnya saat hendak ke sekolah. Mengapa? Sebab jika tidak jeli, salah-salah ia akan dimangsa buaya. Yang paling menarik, saat Lintang hendak berangkat Cerdas Cermat namun buaya sudah menanti ia lengkap dengan gigi-gigi tajamnya. Bagian ini memperlihatkan semangat juang Lintang yang keras.

Cerita lainnya juga datang dari Ikal yang jatuh hati pada anak seorang pedagang. Gadis kecil itu bernama A-ling. Ikal selalu mendapati jemari lentik A-ling saat ia berbelanja kapur tulis di toko milik ayah A-ling. Melihat tangan saja, wajah ikal sudah merah merona. Ia serasa berlari-lari di hamparan bebunga seroja. Ikal suka pada A-ling.

Kehidupan anggota Laskar Pelangi di sekolah semakin hari semakin memperlihatkan kemajuan. Namun di tengah perjalanan tersebut, berbagai cobaan datang menghadang mereka. Antara lain guru yang pindah ke sekolah lain karena tergiur bayaran yang lebih serta kematian Pak Harfan. Peristiwa kedua tersebut benar-benar memukul anggota Laskar Pelangi dan juga Ibu Muslimah. Pak Harfan adalah roh SD Muhammadiyah. Awalnya Ibu Muslimah bimbang, apakah ia mampu meneruskan amanah yang ditinggalkan Pak Harfan. Namun keraguan itu terjawab dengan prestasi anak-anak muridnya yang bisa mengalahkan murid sekolah elit di ajang Cerdas Cermat.

Sinopsis Laskar Pelangi
ini tentu tak akan menjawab rasa penasaran Anda bukan? Film ini layak ditonton langsung. Adegan demi adegan akan menyeret Anda masuk ke dalam cerita. Istimewanya, Anda juga akan disugui pemandangan alam Bangka Belitong tahun 70-an yang sangat menawan. Jadi, Happy Hunting!


Sinopsis Film" Di Bawah Lindungan Ka'bah"
di-bawah-lindungan-kabah-cover.jpg
Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin. Saat berumur empat tahun ia sudah ditinggal oleh ayahnya. Masa kecilnya ia habiskan untuk membantu ibunya memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai penjual kue keliling. Perjuangannya dan pengorbanan ini, membuat ia bertemu dengan keluarga Engku Haji Ja’far. Pada umur enam tahun, dia kemudian diangkat oleh keluarga Engku Haji Ja’far yang kaya-raya. Sementara Hamid diangkat menjadi anak, amaknya sendiri di perbolehkan untuk bekerja di kediaman Engku Haji Ja’far. Perhatian Engku Haji Ja’far dan istrinya, Asiah, terhadap Hamid sangat baik. Hamid dianggap sebagai anak mereka sendiri. Mereka sangat menyayanginya, sebab Hamid sangat cerdas, rajin, sopan, berbudi pekerti yang baik, serta taat beragama. Dengan pertemuannya dengan Engku Haji Ja’far dan Ibu Asiah, berawalah persahabatannya dengan Zainab, anak kandung Haji Jafar. Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab, di sekolah rendah.

Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Mereka sering pergi sekolah bersama-sama, bermain bersama-sama di sekolah maupun pulang sekolah. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, rasa yang berbeda dengan rasa sayang yang Hamid rasakan saat masih kecil. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid. Perasaan tersebut hanya mereka pendam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab, sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat dinding pemisah yang sangat tinggi. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja.

Suatu hari mereka sedang bermain di pesisir pantai dekat rumah Zainab. Di sana mereka bercanda riang. Disana pulalah Zainab memulai pertanyaan diantara mereka berdua “Abang Hamid, apa impian terbesar abang di dunia ini?” lalu Hamid menjawab dengan terbata-bata sambil berfikir manakah yang lebih penting ku ucapkan pergi Haji atau hidup bersama Zainab, tetapi akhirnya Hamid pun menjawab “Ka ka ka lau aku....... Tentu saja semua orang Islam ingin pergi Haji!”. Sebuah jawaban yang tak disangka Zainab akan keluar dari mulut Hamid, lalu Hamid pun bertanya kembali “Kalau kau sendiri Zainab” dan Zainab pun menjawab dengan yakin “Kalau aku, aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku juga”. Hamid terkejut dengan jawaban Zainab tersebut. Hari-hari berlalu dengan cepatnya. Kemenakan Engku Rustam pun datang, lelaki itu bernama Arifin, ialah orang yang akan dijodohkan dengan Zainab nanti.Makin dalamah jurang penghalang cinta mereka tersebut.

Dinding pemisah itu semakin hari semakin dirasakan Hamid. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Peristiwa pertama adalah meninggalnya Haji Jafar, ayah angkatnya yang sangat berjasa menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat dicintainya itu. Hal ini seperti saat Amul Huzn Rasulullah. Hamid merasa tidak punya semangat lagi untuk hidup. Kini dia yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid merasa tidak bebas menemui Zainab karena Zainab dipingit oleh mamaknya. Karena selama ini ia hanya berani untuk berbicara dengan Engku Haji Ja’far saja. Sedangkan jika ia berbicara atau bertemu dengan Zainab, ia pasti akan merasa salah tingkah, merasa bodoh, dan menjadi bingung apa yang harus di ucapkan.

Puncak kepedihan hatinya yaitu ketika mamaknya, Asiah, menyuruh Hamid untuk datang ke rumahnya, lalu Ibu Asiah mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan jadi dijodohkan dengan pemuda lain itu, yang masih famili dekat dengan almarhum suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya. Saat itulah hati Hamid terasa sangat remuk dan hancur berkeping-keping. Padahal pada saat Zainab membukakan pintu rumahnya untuk Hamid, Hamid masih ingat dengan ekspresi muka Zainab yang berseri-seri melihat kedatangn Hamid itu. Ia berfikir, dan membatin “Mungkinkah senyumnya tersebut adalah senyumnya yang terakhir dapat ku lihat darinya?”

Dengan berat hati, Hsmid menuruti kehendak Mamak Asiah. Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah. Hamid segera membujuk Zainab untuk menuruti kehendak amaknya tersebut. Zainab sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak mamaknya. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, karena ia sangat mencintai dan menyayangi Hamid. Akhirnya Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura, Bangkok, Irak dan kemudian sampailah dia tanah suci Mekkah.

Selama ditinggalkan oleh Hamid, hati Zainab menjadi sangat tersiksa. Dia sering sakit-sakitan, semangat hidupnya terasa berkurang menahan rasa rindunya yang mendalam pada Hamid. Begitu pula dengan Hamid, dia selalu gelisah karena menahan beban rindunya pada Zainab. Untuk membunuh kerinduannya, dia bekerja pada sebuah penginapan milik seorang Syekh. Sambil bekerja, dia terus memperdalam ilmu agamanya dengan tekun.

Setahun sudah Hamid berada di Mekah. Ketika musim haji, banyak tamu menginap di tempat dia bekerja. Di antara para tamu yang hendak menunaikan ibadah haji, dia melihat Saleh, teman sekampungnya. Betapa gembira hati Hamid bertemu dengannya. Selain sebagai teman sepermainannya amsa kecil, istri Saleh Rosana adalah teman dekat Zainab. Dari Saleh, dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan Zainab.

Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab sering sakit-sakitan. Dia menderita batin yang begitu mendalam, Karena suatu sebab, dia tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya, sedangkan orang yang paling dicintainya, yaitu Hamid telah pergi entah kemana. Dia selalu menunggu kedatangan Hamid dengan penuh harap.

Mendengar penuturan Saleh tersebut, perasaan Hamid bercampur antara perasaan sedih dan gembira. Sedih sebab Zainab menderita fisik dan batin. Gembira karena Zainab mencintainya juga. Artinya cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Karena tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya, besar kemungkinan keinginannya untuk bersanding dengan Zainab akan kesampaian. Hamid berencana kembali ke kampung halaman setelah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu.

Saleh langsung mengirim surat kepada Rosna, istrinya. Dalam suratnya, dia menceritakan pertemuannya dengan Hamid. Rosna memberikan surat dari Saleh itu kepada Zainab. Betapa gembiranya hati Zainab mendengar kabar tersebut. Hamid, orang yang paling dicintainya, yang selama ini tidak diketahui keberadaannya, telah dia temukan. Hatinya lega dan bahagia. Semangat hidupnya bangkit kembali dan dia merasa tidak tahan lagi untuk bertemu kembali dengan kekasih hatinya itu. Ia pun menulis surat balasan kepada Hamid. Hamid menerimanya dengan suka cita. Semangatnya untuk menyelesaikan ibadah haji semakin menggelora agar segera bertemu Zainab.

Walau dalam keadaan sakit parah, Hamid tetap berwukuf. Namun setelah wukuf di Padang Arafah yang sangat panas, kondisinya semakin melemah. Nafsu makannya menurun dan suhu badannya pun tinggi.Melihat keadaan sahabatnya, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar tentang Zainab yang baru saja ia terima dari Rosna. Namun, Hamid mempunyai firasat tentang hal itu. Atas desakan Hamid, Saleh memberitahukan bahwa Zainab telah meninggal dunia. Hati Hamid terpukul mendengar kenyataan tersebut. Hanya dengan keimanan yang kuat, dia masih mampu bertahan hidup. Keteguhan Hamid pada sikap menyempurnakan ibadah haji di Baitullah telah menyebabkan Hamid kehilangan kekasihnya. Zainab meninggal karena sakit-sakitan menahan rindu dalam pingitan.

Keesokan harinya, Hamid tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina. Namun, dalam perjalanannya, dia jatuh lunglai, sehingga Saleh mengupah orang Badui untuk memapah Hamid. Setelah acara di Mina, mereka kemudian menuju Masjidil Haram. Setelah mengelilingi Ka'bah, Hamid minta diberhentikan di Kiswah.

Sambil menjulurkan tangannya memegang kain Kiswah penutup Ka'bah itu, Hamid beberapa kali bermunajat: "Ya rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahwasanya di bawah lindungan Ka’bah, Rumah Engkau yang suci terpilih ini, saya menadahkan tangan memohon karunia.............." Suaranya semakin melemah kemudian di bibirnya muncul suatu senyuman dan sampailah ia dari tanggapan dunia ini. Hamid telah meninggalkan dunia yang fana ini di hadapan Kabah, menyusul sang kekasih.

1.               Sudut pandang      : Sudut pandang orang ketiga
2.               Latar                       :
3.               Latar Waktu          : Pagi hari, Siang hari, Sore hari, dan Malam hari.
4.        Latar Tempat    : Kota Padang, Padang Panjang, Mekkah, Kapal Karimata, Pelabuhan Jedah, Pantai Laut Merah, Arafah, Bukit Safa dan Marwah, Kediaman Syekh, Masjidil Haram, Kediaman Hamid, Kediaman Zainab, Puncak Gunung  Padang, Stasiun Kereta Api Padang, Pesisir Arau, Kota  Medan, dan Sekeliling Ka’bah
5.                Amanat               :
Ø  Bejuanglah terus, meski banyak rintangan di hadapan kita.
Ø  Jangan suka menilai orang dari status sosialnya.
Ø  Jadilah orang yang dapat dibanggakan, dan dapat berguna bagi orang lain.
Ø  Belajarlah untuk berkorban demi kebaikan dan kerjakanlah sesuatu dengan ikhlas.








Sinopsis Novel Sang Pemimpi


Penulis: Andrea Hirata 
Penerbit: Bentang Pustaka 
Tahun Pertama terbit: 2006 
Jumlah Halaman: 292 

Sukses dengan 
Novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata kembali memukau pembaca dengan novel keduanya yakni Sang Pemimpi. Novel ini merupakan rangkaian kedua dalam seri tetralogi Laskar Pelangi. Apa yang diusung Andrea Hirata dalam novel kedua ini? Masih sama sebenrarnya dengan Laskar Pelangi, kisah tentang kekuatan mimpi, dinamika persahabatan, ambisi, cara memaknai hidup dan lainnya. Sebagai tetralogi, penyambung kisah novel pertama dengan novel kedua ini adalah tokoh Ikal. Jika pada Laskar Pelangi, kisah yang diusung adalah kehidupak kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi, maka dalam Sang Pemimpi, Andrea membesut kisah persahabatan antara Ikal dan tokoh sentral lainnya bernama Arai. Mimpi mereka dimulai dari desa kecil di Belitong dan mereka impikan bermuara di Eropa, tepatnya di Perancis. 
Kisah dalam novel ini dimulai dengan kehidupan tokoh ikal di Belitong pada saat ia masih SMA. Ia bersama saudara jauhnya yakni Ikal menjalani masa SMA yang menyenangkan meski berat sebab tuntutan ekonomi membuat mereka dewasa sebelum waktunya. Untuk tetap besekolah dan hidup, keduanya bekerja sebagai kuli di sebuah pelabuhan ikan. Waktu kerja mereka dini hari sehingga waktu sekolah tidak terganggu. Kegigihan mereka pada akhirnya terbayar saat mereka dewasa kelak. Ikal sendiri berhasil mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, sementara Arai yang pada akhirnya kuliah di Kalimantan, menjadi seorang ahli biologi.


Selain Ikal dan Arai, ada tokoh sentral lain dalam novel Sang Pemimpi ini. Ia adalah Jimbron. Ia sendiri adalah anak yatim piatu yang diceritakan diasuh oleh seseorang bernama Geovanny. Ia berwajah bayi dengan tubuh gembur. Pemikirannya lurus, cenderung naïf dan polos. Jimbron sangat menyukai kuda dan tahu seluk beluk hewan tangkas tersebut. Jimbron menjadi perekat hubungan Ikal dan Arai, oleh sebab keluguannya, ia mudah disayangi dan mendapat simpati. Persahabatan mereka juga tentang bagaimana melindungi Jimbron. Namun, selepas SMA, ketiga sahabat ini berpisah. Mereka berbeda rute dan dipisahkan kota.
Ada banyak tokoh pembantu lainnya dalam cerita ini antara lain Pak Mustar, Pak Drs. Julian Ichsan Balia, Nurmalala, Lakshmi, Taikong Hamim, Bang Zaitun dan masih banyak lagi lainnya. Kesemua tokoh ini mewarnai dinamika perjuangan Arai juga Ikal meraih mimpi. Novel ini menarik dengan bahasa yang tentu apik khas Andrea Hirata. Meski memang tak sefeonomenas Laskar Pelangi, namun Sang Pemimpi ini seperti sebuah “penuntasan” dari apa yang dikosongkan Laskar Pelangi. Sama seperti cerita tetralogi lainnya, saat Anda membaca buku pertama, maka seyogyanya Anda juga menuntaskkan novel lanjutannya. 

Novel ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang mencintai mimpi. Ada banyak quote membangun yang sederhana namun penuh kekuatan. Membaca Sang Pemimpi akan membuat Anda berani menyongsong mimpi Anda sendiri. Ada satu quote yang cukup memorable dari buku ini, yakni: 
“Kita tak kan pernah mendahului nasib!” teriak Arai. 
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!”

Novel ini dibuka dengan kisah dua remaja tanggung yang mungkin tampak biasa. Namun seiring helaian halaman buku, Anda pasti jatuh cinta dengan kepiawaian Andrea. Sama seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi juga dipenuhi kalimat filosofis yang sederhana namun berat makna. Ia juga dibumbui komedi sedikit satir dan halus. Sinopsis Novel Sang Pemimpi ini membuka jalan Anda untu tertarik membaca novel secara utuh. Selamat berburu ya!


Snopsis Novel Layar TerkembangSinopsis Layar Terkembang


Identitas Novel
1. Judul               : Layar Terkembang
2. Pengarang      : Sutan Takdir Alisjahbana
3. Cetakan          : 33
4. Penerbit          : Balai Pustaka
5. Tahun              : 2001
6. Tebal Buku     : 166 Halaman

Isi Novel
1. Sinopsis
Roman Layar Terkembang menceritakan perjuangan wanita Indonesia beserta cita-citanya. Dua gadis bersaudara memiliki perangai yang berbeda. Maria adalah seorang dara yang lincah dan periang, sedang Tuti selalu serius dan aktif dalam kegiatan wanita. Maria memiliki badan yang ramping, ia baru berusia dua puluh tahun dan sekolah di H.B.S Carpentier Alting Stichting kelas penghabisan. Tuti adalah kakak dari Maria, badannya tegak dan agak gemuk. Ia telah berusia dua puluh lima tahun dan menjadi guru di Sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka adalah anak Raden Wiriaatmaja , mantan wedana di daerah Banten dan ketika pensiun pindah ke Jakarta.
Pada hari minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di pasar ikan. Ketika sampai di tempat tujuan, Maria kagum melihat ikan-ikan yang indah permai. Maria adalah seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Ia cepat mengungkapkan perasaannya, baik perasaan senang maupun sedih. Berbeda dengan kakaknya, Tuti bukan seorang yang mudah kagum dan heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia merasa pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu yang ingin dicapainya. Segala sesuatu diukurnya dengan kecakapannya sendiri, oleh karena itu ia jarang memuji.
Yusuf berkunjung ke rumah wiriaatmaja. Kedatangannya disambut dengan lemah lembut dan hormat. Setelah meletakan sepedanya, Yusuf duduk bersama Tuti dan Maria. Tidak berapa lama mereka berbincang-bincang, kemudian terlihat seorang laki-laki yang kira-kira tiga puluh lima tahun usianya turun dari delman dan masuk ke pekarangan menuju ke meja tempat ketiga anak muda itu duduk. Ternyata yang dating adalah parta. Ia adalah adik ipar dari Wiriaatmaja. Lalu ia pun duduk bersama mereka. Tak berapa lama datanglah Wiriaatmaja menghampiri mereka. Wiriaatmaja terlihat sangat bahagia menyambut kedatangan iparnya itu. Merekapun berbincang-bincang, didalam perbincangannya Partadiharja mengeluh tentang adiknya yang bernama saleh yang bekerja di kantor justisi sebagai ajun komis yang gajinya lumayan besar, tiba-tiba mengundurkan diri tanpa alas an yang jelas dan tanpa sepengetahuan famili terlebih dahulu. Tuti memberikan pendapat yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda pula namun hal tersebut malah menjadi pertentangan antara Tuti dengan Parta. Akhirnya Tuti memutuskan untuk diam karena ia tahu bahwa pertentangannya itu tidak akan mendatangkan atau membuahkan hasil malah mungkin ia akan dibenci oleh pamannya tersebut.
Tak berapa lama senjapun mulai terlihat, partadiharja pun pulang. Dan ketika beduk magrib berbunyi, Wiriaatmaja masuk meninggalkan ketiga anak muda yang berada di halaman untuk pergi sembahyang. Setelah kepergian Wiriaatmaja, merekapun berbincang-bincang tentang agama, yang ujung-ujungnya terjadi pertentangan antara ketiganya namun pertentangan tersebut tidak brlangsung lama karena terdengar bunyi langkah kaki Bapaknya. Karena mereka tidak mau ada pertengkaran dengan Bapaknya maka iapun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan tentang agama tersebut.
Setelah sejam lamanya keempat orang tersebut becakap-cakap tentang bebagai topik maka kira-kira pukul delapan, Yusuf pamit untuk pulang.
Dinding Gedung Permufakatan berat berhias daun kelapa dan daun beringin, disela-sela kertas merah putih. Di dinding sebelah kanan nyata jelas tersusun huruf “Pemuda Baru”, dan di sebelah kiri tertulis “Kongres Kelima”. Bau daun yang segar memenuhi seluruh ruangan yang girang gembira dan terlihat cahaya lampu listrik yang terang benderang. Di depan ruang itu terdapat layer berwarna ungu berombak-ombak.
Dari pintu yang terbuka lebar terlihat orang-orang yang berdatangan tiada henti-henti. Makin banyak orang yang duduk di kursi dan bangku yang tersusun di dalam gedung, diluar masih banyak terlihat orang-orang berduyun-duyun datang dari jalan raya.
Dari pintu bawah sebelah kanan, masuklah Maria kedalam ruangan lalu ia naik ke anak tangga dan mencari-cari Yusuf dan Tuti. Setelah Yusuf terlihat olehnya, maka dengan cepat ia memanggilnya untuk bersiap-siap memulai pertunjukkan.
Pukul delapan datanglah seorang anak muda keluar dari belakang layer. Dengan suara nyaring, ia memberi sambutan kepada penonton dan membacakan keputusan kongres. Ia juga memberitahu bahwa akan ada pertunjukkan yang diharapkan dapat menjadi kenang-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Lalu ia pun kembali ke belakang layer.
Tak berapa lama setelah ia kembali kebelakang layar yang tertutup, diiringi oleh tepuk tangan yang ramai, maka terbukalah layar yang ungu berombak-ombak tersebut. Ketika itu juga, padamlah lampu

No comments:

Post a Comment