Suku Budaya Jawa
Suku Jawa adalah suku terbesar di Indonesia. Hampir
lima puluh persen penduduk Indonesia adalah suku Jawa, tersebar dimanapun di
seluruh Indonesia. Kemanapun anda pergi ke pelosok penjuru negeri ini, anda
akan menemukan suku-suku Jawa yang mendiami suatu kawasan meskipun jumlahnya
tidak terlalu banyak. Jumlahnya tersebar merata di seluruh pelosok Indonesia.
Keramahtamahan khas suku Jawa membuat kesan yang cukup mendalam bagi para
wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini menjadikan budaya Jawa
menjadi ikon budaya bangsa Indonesia yang dikenal oleh dunia. Kebudayaan
nasional Indonesia lahir salah satunya dari budaya Jawa. Cara untuk memahami
kebudayaan nasioanal Indonesia adalah dengan mengenal lebih dekat karakter dan
sikap khas masyarakat Jawa.
Pengetahuan tentang karakter dan budaya suatu suku
bangsa akan memudahkan kita berinteraksi dengan suku bangsa tersebut, selain
meningkatkan pengetahuan anda dalam budaya dan adat istiadat. Melestarikan
budaya salah satunya adalah dengan cara mempelajarinya. Budaya sangat penting
bagi sebuah bangsa. Budaya bisa menjadi simbol yang menjadi pengenal atau
identitas sebuah bangsa. Suku Jawa yang memiliki andil sebagai ikon keramahan
Indonesia di mata internasional, maka orang di seluruh dunia mengenal Indonesia
sebagai bangsa yang ramah, tidak hanya suku Jawa saja yang ramah. Demikian juga
budaya suku bangsa lain di Indonesia yang ikut menyumbang sebagai ikon pengenal
di mata internasional.
Karakter dan tradisi suku Jawa
Ada beberapa karakter suku Jawa yang bisa anda
pelajari untuk mengenalnya lebih dekat, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Suku Jawa identik sekali dengan sikap sopan, segan dan menyembunyikan perasaan. Menjaga etika berbicara secara konten, bahasa maupun obyek yang diajak bicara, dimana bahasa Jawa adalah bahasa berstrata yang memiliki berbagai tingkatan disesuaikan dengan siapa yang diajak bicara.
- Suku Jawa pada umumnya menyembunyikan perasaan. Hal ini seringkali dilakukan dengan menampik keinginan hati demi sebuah etika dan sopan santun. Misalnya adalah saat bertamu dan diberi suguhan hidangan, karakter utama orang Jawa adalah menunggu untuk dipersilahan sebelum mencicipi.
- Jika anda berteman dengan orang Jawa, jangan tersinggung jika anda menyajikan makanan dan hanya dicicipi sedikit. Hal ini merupakan bagian dari naluri kesukuan yang melekat pada diri teman anda.
- Suku Jawa sangan menjunjung tinggi masalah etika, secara sikap maupun cara berbicara. Seorang yang lebih muda hendaknya menggunakan bahasa yang halus dan terkesan lebih sopan dan menjaga sikap terhadap orang yang lebih tua darinya.
Suku Jawa sendiri terdiri dari banyak kelompok yang
tergantung dari lokasi dimana mereka tinggal. Secara khusus, masing-masing
kelompok suku Jawa memiliki budaya yang lebih khas lagi, entah itu budaya lisan
(dialek, cerita rakyat, legenda) maupun budaya yang berupa adat istiadat,
kebiasaan, makanan dan lain sebagainya. Anda bisa mengetahui semua itu dengan
berkeliling pula Jawa, dari ujung barat ke timur, utamanya bagian tengah dan
timur
Upacara-upacara sebelum pernikahan
SiramanSiraman dari asal kata siram ,artinya mandi. Sehari sebelum pernikahan, kedua calon penganten disucikan dengan cara dimandikan yang disebut Upacara Siraman. Calon penganten putri dimandikan dirumah orang tuanya, demikian juga calon mempelai pria juga dimandikan dirumah orang tuanya.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk Siraman :
- Persiapan tempat untuk siraman, apakah dilakukan dikamar mandi atau dihalaman rumah belakang atau samping.
- Daftar orang-orang yang akan ikut memandikan. Sesuai tradisi selain kedua orang tua temanten, eyang temanten , beberapa pinisepuh . Yang diundang untuk ikut memandikan adalah mereka yang sudah sepuh, sebaiknya sudah punya cucu dan punya reputasi kehidupan yang baik.
- Sejumlah barang yang diperlukan seperti : tempat air, gayung, kursi, kembang setaman, kain, handuk, kendi dsb.
- Sesaji untuk siraman, ada lebih dari sepuluh macam, diantaranya adalah seekor ayam jago.
- Pihak keluarga penganten putri mengirimkankan sebaskom air kepada pihak keluarga penganten pria. Air itu disebut air suci perwitosari artinya sari kehidupan, yaitu air yang dicampur dengan beberapa macam bunga,yang ditaruh dalam wadah yang bagus , untuk dicampurkan dengan air yang untuk memandikan penganten pria.
Pihak terakhir yang memandikan penganten adalah pemaes,
yang menyirami calon penganten dangan air dari sebuah kendi. Ketika kendi telah
kosong, pemaes atau seorang pinisepuh yang ditunjuk, membanting
kendi dilantai sambil berkata : Wis pecah pamore.artinya calon penganten
yang cantik atau gagah sekarang sudah siap untuk
kawin.
- Upacara siraman selesai dan calon penganten dengan memakai kain batik motif grompol dan ditutupi tubuhnya dengan kain batik motif nagasari, dituntun kembali keruang pelaminan.Calon temanten putri akan dikerik oleh pemaes.
Macam-Macam Upacara Adat untuk Bayi
Tak hanya pada saat kehamilan saja upacara adat
atau ritual dilaksanakan. Ketika sang jabang bayi ini lahir pun masih ada
ritual dan upacara adat. Upacara ini pun berlangsung hingga sang anak menginjak
usia satu tahun. Namun, pelaksanaan upacara ini dilaksanakaan hanya di usia
tertentu saja. Berikut jenis upacara yang berkaitan dengan kelahiran anak.
A. Upacara Adat Brokohan
Brokohan memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita
atas proses kelahiran yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya brokohan
juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
Sedangkah tujuannya adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang
bayi. Selain itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki
perilaku yang baik.
Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau plasenta si bayi.
Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan sesajen brokohan kepada sanak
saudara dan para tetang
Keturunan
Keturunan adalah ketunggalan, leluhur, artinya ada
perhubungan darah antara orang yang seorang dan orang yang lain. Dua orang atau
lebih yang mempunyai hubungan darah, jadi yang tunggal leluhur adalah keturunan
dari seorang yang lain.
Keturunan mempunyai akibat-akibat hukum dalam masyarakat, pada
umumnya kita melihat adanya hubungan hukum yang didasarkan pada hubungan
kekeluargaan antara orang tua dengan anak-anak nya.juga kita melihat bahwa pada
umumnya ada akibat-akibat yang berhubungan dengan keturunan, bergandengan
dengan ketunggalan leluhur, akibat-akibat hukum tidak semuanya sama di seluruh
daerah. Tetapi meskipun tidak sama, toh dalam kenyataannya terdapat satu
pandangan pokok yang sama terhadap masalah keturunan ini deseluruh daerah,
yaitu bahwasannya keturunan adalah merupakan unsur yang essensiil serta mutlak
bagi sesuatu clan, suku atau pun kerabat yang menginginkan dirinya tidak punah,
yang menghendaki supaya ada generasi penerusnya.
Keturunan dapat bersifat lurus, menyimpang atau bercabang.
Selain Keturunan dapat bersifat lurus, menyimpang atau bercabang, keturunan
juga ada tingkatan-tingkatan atau derajat drajatnya. Misalnya, anak mrupakan
keturunan tingkat 1 dari bapaknya, cucu keturunan tingkat 2 dari kakeknya dan
seterusnya.
Kemudian, kita juga mengenal keturunan dari garis bapak
(patrilineal) dan keturunan dari garis ibu (mat`rilineal). Suatu masyarakat
yang dalam pergaulan sehari-harinya hanya mengakui keturunan patrilineal atau
matrilineal saja, disebut unilateral. Sedangkan yang mengakui keturunan dari
kedua-duanya disebut bilateral[1].
No comments:
Post a Comment