KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Kewirausahaan”
ini dengan baik dan sesuai dengan
petunjuk.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar
dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Ucapan terimakasih kepada guru pengajar yang telah menyempatkan diri dalam
membaca dan memberi penilaian kepada makalah ini, akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Tanjung
Morawa, 02 September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang Permasalahan………………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 1
1.3. Tujuan……………………………………………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN……………………………………………………………… 2
2.1 Sejarah Kewirausahaan……………………………………………………………… 2
2.2 Pengertian Kewirausahaan………………………………………………………….. 2
2.3 Karakteristik Wirausaha………………………………………………………………. 3
2.4 Mengidentifikasi
Tantangan Dan Hambatan Wirausaha……………………………… 7
2.5
Mengidentifikasi Tantangan Dan Hambatan Wirausaha…………………………….. 10
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………. 12
3.1.
Kesimpulan…………………………………………………………………………. 12
3.2. Saran………………………………………………………………………………… 12
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR
BELAKANG PERMASALAHAN
Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar
memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia
tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.
Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di
tingkatkan dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan.
Pengusaha perlu memperhatikan ,karakteristik, sikap dan mental
kewirausahaan dengan menigkatkan dan membina untuk meningkatkan kemampuan usaha
dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1) Apa pengertian kewirausahaan?
2) Bagaimana karakteristik kewirausahaan?
3) Apa sajakah hambatan dan tantangan kewirausahaan?
4) Bagaimana sikap mental kewirausahaan?
1.3 TUJUAN
1) Agar dapat memahami pengertian kewirausahaan
2) Agar dapat mengetahui karakteristik kewirausahaan
3) Agar dapat mengetahui hambatan dan tantangan kewirausahaan
4) Agar dapat mengetahui sikap
mental kewirausahaan
BAB II
PEMBAHASAN.
2.1 SEJARAH KEWIRAUSAHAAN.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak
diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah
kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal
pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer,
di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai
dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada.
Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau
manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika
Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, kewirausahaan
dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu
saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui
pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
kewirausahaan menjadi berkembang.
2.2 PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN.
Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship)
atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif,
peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari
proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko
atau ketidakpastian.
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar
wirausaha yang mendapat awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan
kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira
berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau
non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian
seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer,
istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom
Prancis. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at
certain prices in order to combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama, ekonom Perancis lainnya, Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon
dengan konsep entrepreneur sebagai pemimpin. Secara umum banyak sekali definisi
yang dikemukakan oleh para ahli, mengenai kewirausahaan, yang diambil dari
berbagai sumber :
· Harvey Leibenstein (1968,
1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.
· Penrose (1963) : Kegiatan
kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan
manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
· Frank Knight (1921) :
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada
peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar.
Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
· Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan
kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang
wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada
masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.
· Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan
kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka
mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait
dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
2.3 KARAKTERISTIK WIRAUSAHA.
Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki
oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan
positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan
agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6)
mengemungkakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut :
No
|
Ciri-Ciri
|
Watak
|
1
|
Percaya
diri
|
Keyakinan,
kemandirian, individualitas, dan optimisme.
|
2
|
Berorientasikan
tugas dan hasil
|
Kebutuhan
akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan,
memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
|
3
|
Pengambil
resiko
|
Memiliki
kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan.
|
4
|
Kepemimpinan
|
Bertingkah
laku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, suka terhadap kritik dan
saran yang membangun.
|
5
|
Keorisinilan
|
Memiliki
inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serta bisa dan memiliki jaringan
bisnis yang luas.
|
6
|
Berorientasi
ke masa depan
|
Persepsi
dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan.
|
7
|
Jujur
dan tekun
|
Memiliki
keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
|
Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993;
6-7 ) mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi :
- Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
- Lebih memilih risiko yang moderat.
- Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
- Selalu menghendaki umpan balik yang segera.
- Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.
- Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
- Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
- Selalu menilai prestasi dengan uang.
Martin
Zwilling, founder dan chief executive officer (CEO) Startup Professionals,
menjelaskan, setiap wirausaha memiliki DNA berbeda dan siap membantunya untuk
sukses. Setiap pengusaha harus mengoptimalkan DNA tersebut untuk mengatasi
setiap tantangan.
Zwilling
membagi karakteristik wirausaha menjadi empat tipe, seperti dilansir YoungEntrepreneur:
- Pembangun : Karakteristik wirausaha seperti ini adalah pemain utama dalam sebuah permainan bisnis. Dengan DNA pembangun, maka para pengusaha jenis ini selalu melihat dua-tiga langkah lebih maju dibanding para kompetitornya. Karakter wirausaha pembangun selalu dikenal dengan orang yang fokus, dingin, kejam, perhitungan, dan penentu arah.
- Oportunis : Karakter oportunis adalah bagian spekulasi dari setiap diri pengusaha. Bagian dari keberadaan seseorang yang menginginkan berada di tempat yang tepat dengan waktu yang tepat, serta menggunakan waktu yang tepat untuk mencetak uang sebanyak mungkin. Jika Anda merasa tertantang untuk membuat kesepakatan cepat dalam mendapatkan uang, seperti bermain saham dengan memanfaatkan momentum atau investasi dan jual kembali rumah memanfaatkan kenaikan harga, Anda mungkin termasuk dalam karakteristik oportunis.
- Spesialis : Pengusaha jenis ini akan bertahan di perusahaan selama 15-30 tahun, membuat fondasi perusahaan yang kuat. Wirausaha dengan karakter spesialis akan menonjol di tengah keramaian orang yang ramai dengan pesaing. Jenis-jenis pengusaha tipe ini adalah ahli IT, pengacara, akuntan independen, dan desainer grafis.
- Inovator : Hampir sama dengan spesialis, pengusaha inovator seperti membuat laboratorium dalam setiap bisnisnya. Membuat berbagai rumus bisnis, konsep, hingga produk yang berhasil diaplikasikan dalam perusahaan. Tantangan terbesar karakteristik inovator adalah selalu berjuang walaupun di tengah kesuksesan. Selalu memikirkan produk terbaru di tengah peluncuran produk baru.
Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan. Menurut Zimmererr (1996) untuk mengembangkan
ketramplan berfikir, seseorang menggunakan otak sebelah kanan. Sedangkan untuk
belajar mengembangkan ketrampilan berpikir digunakan otak sebelah kiri,
ciri-cirinya :
- Selalu bertanya : Apa ada cara yang lebih baik?
- Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan kebiasaan rutin.
- Mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda.
- Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar.
- Melihat kegagalan dan kesalahan sebagai jalan untuk mencapai sukses.
- Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovasi.
- Memiliki ketrampilan helicopter yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian memfokuskannnya pada kebutuhan untuk berubah.
Sifat-sifat seorang wirausaha
adalah:
§
Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas,
optimisme.
§
Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada
laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja
keras, energik ddan memiliki inisiatif.
§
Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada
tantangan.
§
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan
orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
§
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel,
serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
§
Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi
pada masa depan.
§
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja
keras.
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan
di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat
dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
a)
Disiplin. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan
harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri
adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.
Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu,
kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu,
dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan
berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang
wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas
pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut.
Wirausahawan harus taat azaz. Hal tersebut akan dapat tercapai jika
wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah
ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya
adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
b)
Komitmen Tinggi. Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang
dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang
jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen
terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan
dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen
wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima
yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan
harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan
sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen,
akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus
meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh
laba yang diharapkan.
c)
Jujur. Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang
dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat
kompleks. ]Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa)
yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai
pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang
terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
d)
Kreatif dan Inovatif. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan
harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut
sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan
baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk
ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
e)
Mandiri. Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut
dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain
dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat
mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada
prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi
kegiatan usahanya.
f)
Realistis. Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut
mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam
setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang
calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami
kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan
rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan
kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang
ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
2.4 MENGIDENTIFIKASI TANTANGAN DAN
HAMBATAN WIRAUSAHA.
1) Ketidakmampuan Manajemen. Dalam
kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya kemampuan
pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan usaha. Pemiliknya
kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
membuat bisnisnya berjalan.
2) Kurang Pengalaman. Idealnya,
calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang memadai (pengalaman
kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep yang mencukupi);
kemampuan memvisualisasi, mengkoordinasi, dan mengintegrasikan berbagai
kegiatan bisnis menjadi keseluruhan yang sinergis.
3) Lemahnya Kendali Keuangan. Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu
digarisbawahi, yaitu: kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit
terhadap pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis
dengan hanya “modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan
cenderung sangat optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk
masuk ke dalam bisnis. Sebagai akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal
yang terlalu sedikit dan tampaknya permodalan yang memadai tidak akan pernah
tercapai mengingat perusahaan mereka memerlukan semakin banyak uang untuk
mendanai pertumbuhannya. Selain itu, tekanan terhadap UKMK untuk menjual secara
kredit sangat kuat. Dimana, beberapa manajer melihat peluang untuk mendapatkan
keunggulan persaingan terhadap pesaingnya dengan cara menawarkan penjualan
kredit. Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil harus mengendalikan penjualan
kredit secara hati-hati karena kegagalan mengendalikannya dapat menghancurkan
kesehatan keuangan bisnis kecil.
4) Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis. Terlalu banyak wirausahawan yang mengabaikan proses
perencanaan strategis, karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat
untuk perusahaan besar saja. Namun, kegagalan perencanaan biasanya
mengakibatkan kegagalan dalam bertahan hidup dan ini berlaku untuk keduanya usaha
besar maupun usaha kecil. Sebab, tanpa suatu strategi yang didefinisikan dengan
jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang berkesinambungan untuk
menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
5) Pertumbuhan Tak Terkendali. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah, sehat,
dan didambakan oleh semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah terencana dan
terkendali. Pakar manajemen Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru
berdiri dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat dibandingkan
dengan basis modal mereka apabila penjualan meningkat 40 sampai 50 persen.
Idealnya, perkembangan harus didanai dari laba ditahan atau dari tambahan modal
pemiliknya, tetapi sebagian besar bisnis mengambil pinjaman paling tidak untuk
sebagian investasi modalnya.
6) Lokasi yang buruk. Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat
untuk sebagian merupakan suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat
sering, lokasi bisnis dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan
yang layak. Beberapa wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat
kosong. Akibat ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis
tersebut terancam gagal.
7) Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik. Umumnya, investasi terbesar yang harus dilakukan
manajer bisnis kecil adalah dalam persediaan, namun pengendalian persediaan
adalah salah satu tanggung jawab manajerial yang paling sering diabaikan.
Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan
kehabisan stok, yang akhirnya mengakibatkan pelanggan kecewa dan pergi.
8) Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan. Berhasil melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah
jaminan keberhasilan bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan
perubahan gaya manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang
tadinya membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan
ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk
mendelegasikan wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari –
sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh banyak wirausahwan.
Adapun prosedur dalam pemecahan masalah, langkah-langkahnya dapat
menggunakan metode ilmiah sebagai berikut:
v Kenalilah persoalannya secara umum.
v Identifikasikan problem-problem utama yang terkait.
v Tentukan fakta-fakta dan data-data penting yang berkaitan dengan masalah
v Carilah sebab-sebab problem tersebut,
v Pertimbangkanlah pelbagai kemungkinan j alan keluar dari problem
tersebut,
v Pilihlah jalan keluar yang dapat dilaksanakan dengan baik,
v Periksalah, apakah cara penyelesaian masalah tersebut sudah tepat.
Proses berpikir secara ilmiah dapat berlangsung dengan langkah-langkah
yang sistematis, Berorientasi kepada tujuan, serta menggunakan metode tertentu
untuk memecahkan masalah. Pada garis besarnya, pemikiran secara ilmiah dapat
berlangsung di dalam memecahkan masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan, keinginan, dan kebutuhan, baik untuk diri sendiri
maupun untuk orang lain.
2) Merumuskan permasalahan yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai
tujuan.
3) Menghimpun fakta-fakta obyektif yang berhubungan dengan masalah yang
dipikirkan. Mengolah fakta-fakta dengan pola berpikir tertentu, baik secara
induktif maupun deduktif. Memilih alternatif yang dirasa paling tepat.
4) Menguji alternatif itu dengan mempertimbangkan hukum sebab akibat.
5) Menemukan dan meyakini gagasan.
6) Mencetuskan gagasan itu, baik secara lisan maupun tulisan.
2.5
MENUNJUKAN SIKAP DAN MENTAL WIRAUSAHA.
Modal utama
bagi wirausahawan ada empat, yaitu pengetahuan, ketrampilan, bakat dan kemauan.
Namun banyak orang memiliki 4(empat) kriteria diatas namun gagal dalam
wirausahanya, mereka kalah bersaing dan akhirnya mundur secara teratur. Kunci
sukses memenangkan persaingan di era globalisasi ini, selain 4 hal diatas
adalah MENTAL.
Menurut Bob Bob
Reiss penulis Bootsrap 101 dan pembicara kewirausahaan di universitas Harvard
Amerika. Ada 12 sikap mental yang harus dimiliki para wirausahawan. Dengan
mempelajari 12 sikap mental ini, akan menempatkan diri dalam pola pikir yang
benar untuk mencapai keberhasilan kewirausahaan.
1. Memiliki
gairah untuk bisnis Anda. Bekerja harus
menyenangkan. Semangat Anda akan membantu Anda mengatasi masalah pada masa-masa
sulit. Selalu perbaruilah gairah Anda.
2. Menata diri
menjadi orang yang dapat dipercaya. Orang memiliki
keyakinan pada orang yang dipercayainya dan ingin berbuat yang terbaik buat
mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi pelanggan. Jika mereka percaya pada
Anda, apapun Anda dapatkan
3. Jadilah
fleksibel, kecuali pada nilai-nilai inti. Mengingat bahwa rencana dan strategi Anda akan berubah seiring waktu.
Maka fleksibilitas merupakan hal pokok yang harus dimiliki para pengusaha.
Namun, jangan kompromi jika melanggar nilai-nilai dasar. Meski tekanan begitu
besar atau iming-iming keuntungan yang besar.
4. Jangan
biarkan rasa ‘takut gagal’ menghambat Anda. Kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan peluang sukses. Perlu
diketahui, pemodal lebih suka menginvestasikan uangnya pada orang yang mau
mencoba dan gagal. Dari pada berinvestasi pada seseorang yang tidak pernah
mencoba.
5. Membuat
keputusan yang cepat dan tepat. Gunakan
intuisi Anda dan buat perencanaan serta berfikirlah dengan jernih. Segera ambil
keputusan. Jangan terburu-buru namun jangan ditunda karena peluang akan
meninggalkan Anda.
6. Aset
terbesar perusahaan adalah Anda. Jaga diri Anda
baik-baik. Kesehatan Anda lebih berharga daripada mesin paling mahal atau
perangkat canggih komputer. Anda tidak harus memilih antara kesehatan atau
perusahaan Anda. Yang perlu Anda lakukan hanya menyeimbangkan kegiatan Anda.
Uang bukan segala-galanya, kesehatan dan keluarga juga utama.
7. Kendalikan
ego Anda. Jangan melakukan sesuatu dengan
maksud membuat orang lain terkesan pada diri Anda. Lakukan karena memang Anda
harus melakukannya. Teguh pendirian diperlukan tapi ‘maunya sendiri’ bukan
pilihan bijak.
8. Percayalah. Anda harus percaya diri bahwa Anda akan berhasil. Keyakinan ini akan
menular pada karyawan, mitra kerja dan setiap orang yang Anda hadapi. Termasuk
pelanggan.
9. Menerima
kritik dan mengakui jika salah. Sampaikan pada
karyawan, mitra kerja dan pelanggan Anda, bahwa Anda dengan senang hati
menerima kritik jujur mereka. Kritik adalah pengamat paling teliti bagi usaha
Anda dan gratis.
10. Pertahankan
etos kerja yang kuat. Etos kerja
yang kuat menjadikan suasana kerja menjadi fokus dan nyaman. Ini juga akan
membantu anda mengalahkan pesaing Anda terutama jika produk atau layanan Anda
sangat mirip.
11. Segera
bangkit dari kemunduran. Pasti akan ada
banyak pasang surut saat Anda membangun bisnis. Belajar dari kemunduran dan
terus maju. Anda tidak dapat mengubah masa lalu. Namun Anda mampu membangun
masa depan yang lebih baik.
12. Secara
berkala keluar dari zona kenyamanan Anda untuk mengejar sesuatu yang penting. Sering kali Anda merasa tidak nyaman jika menerapkan
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam teknologi, menejemen, karyawan,
rencana dll. Tetap terapkan dan biasakan diri Anda dengan hal-hal baru (yg
tidak nyaman) untuk mencapai tujuan utama perusahaan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN.
I.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak
diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship)
atau Wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
II.
Ciri-ciri kewirausahaan adalah :
a.
Percaya diri.
b.
Berorientasi tugas dan hasil.
c.
Pengambil resiko.
d.
Kepemimpinan.
e.
Keorisinilan.
f.
Berorientasi kemasa depan.
g.
Jujur dan tekun.
III. Tantangan dan hambatan wirausaha yang sering
dialami adalah :
1) Ketidakmampuan Manajemen.
2) Kurang Pengalaman.
3) Lemahnya Kendali Keuangan.
4) Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
5) Pertumbuhan Tak Terkendali.
6) Lokasi yang buruk.
7)
Pengendalian Persediaan
yang Tidak Baik.
8) Ketidakmampuan Membuat
Transisi Kewirausahaan.
B. SARAN.
Dengan
membaca dan memahami karakteristik, tantangan dan sikap mental kewirausahaan
diatas hendaknya kita mampu mempraktekkannya dalam berwirausaha untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma. 2003. Kewirausahaan.
Bandung: Alfabeta.
Longenecker, Justin G., et al.
2000. Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil.
Jakarta : Salemba Empat
Meredith, Geoffrey G. 2002.
Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta : PPM
Moh. Nazir. 1988. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suryana. 2003. Kewirausahaan:
Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat
No comments:
Post a Comment