Tuesday, 24 November 2015

KUMPULAN CERITA DONGEN


BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH

Cerita Rakyat Riau, Sumatera


Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.


“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.


Dongeng Si Kancil Dan Buaya

Pada saat itu hawa panas di musim kemarau menyelimuti hutan yang lebat, semilir angin spoi-spoi membuat seekor penghuni hutan yang cerdik dan pintar bernama kancil ini ingin sekali merasakan hawa sejuk di luar hutan, "Wah... panas sekali udara hari ini..!! cari udara segar dulu ah...!!" kata si kancil, akhirnya keluarlah si kancil dari hutan, dengan wajah yang dipenuhi dengan wajah lesuh dan kusam karena haus dan lapar karena dimusim kemarau itu makanan dan air yang ada dihutan semakin berkurang. "Wow... indah sekali kilauan air itu, oh air... aku datang....!!" kata si kancil sambil berjalan mendekati sungai, Terlihat kilauan air bak intan didepan mata di siang hari itu, tergeraklah sikancil untuk mendatangi kilauan itu yang berasal dari aliran sungai yang tak jauh dari tempa kancil berdiri. Karena haus diteguklah air dari sungai untuk menghilangkan rasa dahaga kancil.

Hari semakin siang dan hawa semakin panas, rasa dahaga kancil sudah hilang bergantilah rasa lapar yang datang melanda si kancil, "Hausku sudah terobati, sekarang sudah waktunya makan siang" kata si kancil, akhirnya si kancil yang cerdik dan pintar itu memiliki ide untuk berjalan-jalan menyusuri tepi sungai untuk mencari makanan. si kancil itu berjalan tidak menjauh dari sungai agar pada saat haus si kancil tidak perlu jauh-jauh untuk mencari sumber air untuk di minum. Hari semakin terik dan semakin panas, sudah sangat jauh sekali si kancil masih berjalan menyusuri tepi sungai tak lama kemudian ternyata si kancil melihat sebuah ladang dengan banyak sekali makanan kesukaan kancil. Lalu si kancil menengok ke kanan dan ke kiri ternyata tidak ada jembatan yang mengubungkan daerah di sebrang sunngai. kancil pun bingung dan akhirnya si kancil berjalan lagi menyusuri sungai itu sambil mencari akal untuk bisa menyebrang sungai itu.

Sambil berfikir dan berjalan santai si kancil kaget bertemu dengan seekor buaya, akhirnya sang kancil itu berniat untuk menyapa sang buaya "selamat siang wahai buaya" sapa si kancil, dijawab oleh sang buaya "selamat siang kancil", pada siang yang terik dan buaya yang berderet menunggu mangsa akhirnya senang sekali, katanya dalam hati "Pucuk di cinta ulampun tiba " tak sia-sia buaya menunggu mangsa akhirnya muncul dengan sendirinya. akhirnya sang buaya dan teman-temanya yang banyak ingin berniat menjadikan sang kancil untuk makan siang,

Karena si kancil adalah hewan yang sangat cerdik dia langsung menggunakan akal nya untuk mengelabuhi sang buaya, akhirnya sikancil bilang kepada buaya " hae sang buaya, aku kesini karena utusan raja sulaiman untuk menyampaikan pesan kepadamu sang buaya" dijawab oleh buaya "kamu membawa pesan apa dari raja sulaiman sang kancil?" sang kancil pun menjawab "aku kesini di suruh menghitung berapa jumlah buaya yang ada di sngai ini yang nantinya akan diberi oleh sang raja hadiah", sang buaya tidak percaya " kamu adalah binatang yang sangat cerdik, biasanya kamu berbohong si kancil" akhirnya kancil mencari akal agar sang buaya percaya pada dia kata si kancil pada buaya "Benar sang sang buaya aku tidak bohong, kalau aku bohong aku bersedia kou jadikan makan siangmu hari ini" akhirnya sang buaya pun percaya dan memanggil teman-temannya.

Setelah beberapa saat kemudian sang buaya dan teman-temannya berkumpul di hadapan sang kancil, dan buaya itu berkata kepada si kancil " hae sang kancil sekarang kami sudah berkumpul semua, cepat kou hitung dan segerahlah kau bertemu dengan Raja Sulaiman", Jawab sang kancil, "Baiklah,, sekarang kamu dan teman-temanmu ber barislah berderet sampai kesebrang sana aku akan mulai menghitung", buaya dan teman-temanya mulai berbaris dan akhirnya membetuk barisan sampai kesebrang seperti jembatan penghubung san sang kancilpun mulai menghitung meloncat kebadan buaya dengan santai seperti tak punya masalah,

Setelah sampai sebrang sungai kancil berkata "hae... hae sang buaya aku ucapkan terima kasih aku sekarang sudah tahu jumlahnya nanti aku sampaikan kepada Raja Sulaiman dan kamu pasti akan di beri hadiah olehnya", kata sang buaya "Baiklah kancil aku akan menunggu sampai kamu kembali lagi"

Akhirnya si kancil berhasil menyebrang sungai dan rasa lapar yang tak tertahankan itu terobati dengan banyaknya makanan. dari cerita itu bisa diambil kesimpulan bahwa dalam keadaan yang bahaya sekalipun kita bisa menjadikannya sesuatu yang bermanfaat meskipun sedikit berbohong,




Dongeng Kancil & Monyet
Nyamannya suasana rimba di pagi hari. Mergastua bergembira menikmati keindahan alam semula jadi. Di alam inilah tinggalnya sang kancil yang bijaksana dengan sahabat karibnya kura-kura. Mereka hidup rukun damai, bebas bergembira, tolong-menolong dan bekerjasama di taman peliharaan mereka
            Kelihatan seekor monyet berdekatan kawasan taman peliharaan sang kancil dan kura-kura. Sungguh lincah si monyet, bergayutan ke sana ke mari. Megah dengan kebolehannya. Awas, monyet! jangan ganggu ketenteraman penghuni yang lain.
Tiba-tiba monyet berhenti bergayut dan memerhatikan sesuatu, apa pula yang dilihatnya? “Ranumnya buah-buahan di sini. siapa punya agaknya?” kata monyet. “Oh, rupanya sang kancil dan kura-kura.” Balas monyet sendiri selepas melihat sang kancil dan kura-kura yang ada di situ. Begitu rajin mereka bekerja. bukan seperti engkau monyet.
Latas itu, monyet bergerak ke arah sang kancil dan kura-kura sambil memegang perutnya. eh, ini mesti ada apa-apakan monyet? “Tolong, tolong! dah empat hari aku tak makan. Tolonglah, berikan aku sedikit makanan. kasihanlah aku.” Monyet berpura-pura sakit di depan dua sahabat baik itu. Sang kancil dan kura-kura saling berpandangan, lalu sang kancil berkata, “kesiannya, empat hari tak makan. Baiklah monyet. Ambil sajalah apa yang engkau nak dari taman kami. Makanlah sepuas hati engkau monyet.” Sang kancil yang begitu prihatin dengan kesakitan yang dihadapi monyet menghulurkan bantuan. “Terima kasih kancil, terima kasih kura-kura.” Ujar monyet setelah berjaya memperdaya sang kancil dan kura-kura.
            “Aku nak itu, aku nak itu!” pinta monyet dalam nada mendesak, sambil jarinya menuding ke arah pokok cili yang nampak menarik itu. “Eh, tak boleh monyet. kita tak boleh makan buah tu.” larang sang kancil sambil dibantu kura-kura di sebelahnya. “Aku tak peduli, aku tak peduli, aku nak juga.” Monyet yang tamak dan degil itu masih berkeras mahu mengambil cili itu untuk dimakannya. “Jangan monyet, jangan!” belum pun sempat kancil menghabiskan ayatnya, monyet telah mengambil cili itu lalu memakannya beberapa batang sekali gus. Apa lagi, terasa berapi dan merah muka monyet akibat kepedasan yang melampau. “Ha, rasakan engkau monyet. Beginilah jadinya mereka yang tidak menerima nasihat orang.” Ujar kura-kura yang geram melihat kedegilan monyet.
            Selang beberapa hari kemudian, sang kancil dan kura-kura bersiar-siar di taman peliharaan mereka. “Apa khabar pula dengan si monyet?” bicara sang kancil kepada kura-kura. “Kasihan, ingat-ingat monyet. jangan diulang lagi." Kata kura-kura yang terlihatkan monyet yang masih berada di situ.
Pengajaran:
1. Jangan tamak
2. Mendengar nasihat orang lain
3. Jangan berdendam





DONGENG si KANCIL DAN RAJA KERA

Pada zaman dahulu di alas purwa terdapat sebuah desa kecil tempat para binatang yang bernama alas bongas.
Di desa itu di huni oleh beberapa keluarga binatang.
Dan salah satunya adalah keluarga pak Kanca.
Keluarga pak kanca adalah keluarga kancil,dia hidup bersama isterinya yang bernama Cileungsi.
Pada waktu itu Cileungsi atau sebut saja bu kanca,tengah hamil tua.
Dan pada hari yang di sudah tunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu,ahirnya lahirlah seekor bayi laki-laki yang melengkapi kebahagiaan keluarga kecil itu.

"Kita kasih nama siapa bu?".Tanya pak kanca.
"Bagaimana kalau kita beri nama KANCIL saja pak?".Jawab bu kanca.
"Lho?Bukanya itu nama jenis bangsa kita bu?Apa tidak terlalu aneh?".Kata pak kanca heran.
"Hahaha..Kenapa harus heran pak? Nama adalah sebuah do'a..Dan ku harap dengan memberi anak kita nama Kancil,suatu saat nanti dia bisa menjadi orang besar yang membuat jenis kita selalu di ingat dari waktu ke waktu.
Lagi pula..Itu juga gabungan dari kedua nama kita..KANca dan CILeungsi,di gabung jadi KANCIL..".Kata bu kanca.
"Hehehe..Benar juga kata mu bu.Aku setuju dengan nama itu..Yah,moga-moga saja ketika dia besar nanti dia mewarisi kecerdasan ibunya.. :) ".Kata pak kanca.
"Dan juga kelincahan dan kegesitan bapaknya.. "^_^"...".Sambung bu kanca menimpali.

Dan sejak saat itu,di mulailah kehidupan si kancil yang di didik dengan kasih sayang oleh keluarganya.
Dia tumbuh menjadi kancil yang cerdas dan lincah,dan di desa kecil itu pun si kancil selalu terlihat menonjol di antara anak-anak binatang lain.
Bahkan di sekolah pun si kancil terkenal sebagai anak yang cerdas,bahkan dia selalu mendapat ranking satu.
Yah..Walau tak dapat di pungkiri dia juga sedikit nakal dan bandel karena terlalu ceroboh dan mudah penasaran.
Itu semua tak lepas dari kemampuanya membagi waktu antara bermain dan waktu belajar.


Pada suatu hari sepulang sekolah,si kancil mengajak teman-temanya untuk berjalan-jalan keluar desa.
Dia sangat penasaran dengal hal apa saja yang ada di luar desanya.
Si buny kelinci dan si ranggo tupai yang selalu menjadi teman setianya mengikutinya dari belakang.

"Cil..Apa kita tak terlalu jauh dari desa?Yuk kita pulang saja yuk..Aku takut..".Kata si buny.
"iya cil..Kata ibu ku,area di luar desa tidak aman.Daerah ini di kuasai oleh para bandit yang di juluki the gorilazer..".Kata tupai menimpali.
"Halah..Kalian gak usah takut,kan ada aku..Emangnya ada apa dengan para gorilazer itu?".Tanya kancil.
"Mereka itu adalah kelompok kera yang suka menjarah,kadang mereka juga masuk ke desa kita.
Pimpinan mereka sangat menyeramkan,bertubuh besar dan bermata satu.
Ceritanya dia pernah tertangkap oleh pemburu dan satu matanya terkena panah,tapi dia dapat lolos.
Itulah yang membuatnya sangat di takuti dan di segani,karena sangat jarang yang bisa lolos dari pemburu hidup-hidup..".Kata ranggo tupai menjelaskan.
"Ah..Masa? Kalo cuma lolos dari pemburu saja..Itu urusan kecil..".
"Jaga mulut mu bocah..Kau tak tahu di mana kau berada.Ini daerah kekuasaan ku".Tiba-tiba sebuah suara memotong perkataan kancil.
Dalam sekejap tempat itu telah di kepung para kera,dan seekor gorila melompat turun menghampiri kancil dan kawan-kawan.

"Sungguh anak kecil yang pemberani tapi ceroboh..Kau berani menghina ku di daerah kekuasaan ku..".Kata gorila itu.

"Lho..Memang kau ini siapa? Emang hutan ini milik bapak mu?".Jawab kancil santai,sementara kedua temanya menggigil ketakutan di belakangnya.

"Lancang sekali kau bocah..!! Lihat baik-baik diri ku..Dengan mata satu dan tubuh yang besar dan kuat.Nama ku melegenda..Akulah hewan terkuat di wilayah ini,akulah satu-satunya hewan yang mampu lepas dari para pemburu..Akulah pimpinan the gorilazer,akulah..The King KONG..!!".Jawab gorila itu dengan penuh gaya..

"huuaah..Sampai ngantuk aku dengernya..Udah ngocehnya? Terus kalau kamu pimpinan gorilaz alias gorila malaz,emangnya kenapa?
Terus kalo kamu punya nama the king kong raja kera emang kenapa?
Terus kalo kamu pernah bebas dari para pemburu aku harus apa?
Harus bilang "Wooww..!!" gitu?
Sudahlah paman,paman kong gak usah sok nakut-nakuti aku.
Lagian semua kisah tentang paman juga belum ada buktinya..Kalo cuma kabur dari pemburu saja aku juga bisa paman.
Jangankan cuma di tangkap,di bawa sampai rumah mereka saja aku juga masih bisa pulang..".Raja kong sangat terkejut mendengar jawaban kancil itu,bahkan semua kera dan kedua teman kancil ikut melongo di buatnya.

"Hmm..Besar juga mulut mu bocah..Kalau begitu,bagaimana kalau kita bertaruh untuk membuktikan ocehan mu..".Kata raja kong.
"Boleh..Emang taruhan paman apa kalau aku menang?
Dan pastinya sih aku bakal menang.. :p ".Jawab kancil enteng.
"hahaha..Aku suka gaya mu bocah..Sangat percaya diri dan bersemangat..Tapi juga sangat ceroboh..
Baiklah..Apapun yang kau minta katakan pada ku..".
"Oke..Aku gak minta yang aneh-aneh..Aku cuma minta kalau aku menang,paman dan para gerombolan paman tidak boleh jadi bandit lagi.Dan tentunya tidak boleh menjarah barang yang bukan haknya,mulailah hidup dengan baik..
Dan yang kedua..Jika aku berhasil lolos,paman dan para gerombolan paman..Harus menceritakan kisah tentang diri ku kesemua penjuru hutan purwa ini.Agar semu tahu tentang kisah ku..
Bagaimana paman kong? Setuju?".Tanya kancil.
"Hahaha..Dasar kau bocah yang aneh..Kau mempertaruhkan nyawa mu hanya untuk hal sebodoh itu? Kau tak berminat jadi raja menggantikan ku?".
"Tidak paman..Cuma itu aja..Lagian aku juga gak minat jadi raja..Kebanyakan mikir,takut botak.
Dan lagi takut gendut karena kebanyakan makan,contohnya seperti perut paman..Hehehe".Kata kancil.

"Huahahahaha..Gue suka gaya loe bocah..Baru kali ini aku bertemu bocah bernyali besar seperti mu..Baiklah,aku sanggupi permintaan mu..
Sekarang buktikan semua ocehan mu barusan..Atau kau akan menyesal karena telah berani mempermainkan aku..".Ancam Raja kong.

"Oke..Siapa takut..Sekarang antar aku di mana tempat perangkap para pemburu..".Kata kancil menyanggupi.

"Cil..Kamu yakin mau melakukan ini?
Itu sangat berbahaya lo cil,sama saja kamu mengantar nyawa.
Lebih baik kita lari saja dan pulang ke desa".Bisik buny dan ranggo pada kancil.

"kalian tenang saja kawan-kawan..Aku pasti baik-baik saja.
Aku punya seribu satu rencana,kalian tak usah hawatir.
Kalian tunggu saja aku di sini..".Kata kancil menenangkan kedua temanya.


Ahirnya dengan di pandu seekor kera anak buah raja kong,si kancil berjalan menuju tempat perangkap berada.
Perjalanan yang lumayan jauh,karena letak perangkap itu berada di pinggiran hutan.


"Nah..Kita sudah sampai,aku hanya bisa mengantar mu sampai sini saja.
Itu dia letak perangkapnya..Kamu lihat daun-daun kering itu?
Jika kamu menginjaknya..Maka sebuah akan menjerat kaki mu hingga kau akan terperangkap..
Aku akan mengawasi mu dari sini untuk memastikan kamu benar-benar terperangkap oleh tali itu,kemudian aku akan pergi menghadap raja kong untuk melapor".Kata kera pemandu itu menjelaskan.

"Ok..Cuma hal yang simpel..Baiklah,kamu tunggu di sini.
Aku akan menuju ke arah perangkap itu..Gitu aja kok repot".Kata si kancil sambil berlalu.


Kemudian si kancilpun menuju ke arah perangkap itu dan menginjaknya,hingga kakinya terjerat dan terikat terbalik di atas pohon.
Setelah memastikan si kancil benar-benar terjebak dan tak dapat lepas,kera pemandu pun kembali untuk melapor ke raja kong.

"hmm..Jadi bocah itu benar-benar melakukanya?".Tanya raja kong.

"Benar bos..".Jawab kera pemandu.

"Benar-benar bocah yang bernyali besar,aku salut dan akan berkabung untuk kematianya sebagai ungkapan rasa penghormatan ku..".Kata raja kong.

Sementara buny dan ranggo hanya bisa menangisi nasib yang menimpa kancil.
Mereka tak mengira si kancil akan mati dengan cara yang mengenaskan.


Sementara itu di tempat lain..Si kancil masih tergelantung di atas perangkap.
Sudah berkali-kali dia berusaha melepaskan diri,tapi tetap tak berhasil melepaskan kakinya dari jerat tali itu.

"Ternyata tali ini benar-benar erat..Aku tak mampu lepas sendiri.Wah..Bisa-bisa aku benar-benar tertangkap pemburu nih..Aku harus cepat-cepat cari akal..".Gumam kancil.

Ketika sikancil sedang berfikir keras,tiba-tiba tiga ekor merpati hinggap di pohon itu.

"Kamu sedang apa cil?Kenapa kamu bisa ada di tempat ini?Ini kan sudah terlalu jauh dari desa..".Tanya ketiga merpati itu serentak.

Kancil seperti mengenali suara itu,itu seperti suara teman sekelasnya.
Lalu dia pun melihat ke atas pohon..

"Dara,Deri,Dora?! Kenapa kalian bisa ada di sini?".Kata kancil senang sekaligus terkejut.

"Kami baru saja pulang dari rumah paman Kurkur,lalu kami melihat mu tergelantung dan kami lalu ke sini.
Memangnya ceritanya gimana kok sampai kamu bisa terjebak di perangkap ini?".Tanya si dara.

Lalu kancil pun menceritakan semua hal yang dia alami bersama buny dan ranggo kepada ketiga sekawan itu.

"Nah..Kalian sudah tahu ceritanya.Sekarang aku membutuhkan bantuan kalian sebelum para pemburu datang..".Pinta kancil.

"Apa yang bisa kami lakukan untuk mu cil?".Tanya Dora.

"Kalian buanglah kotoran di tubuhku sebanyak-banyaknya,kalau bisa lumuri seluruh tubuh ku dengan kotoran kalian.
Kalian tak usah tanya alasanya apa,yang penting lakukan saja.
Dan setelah itu,cepat-cepat kalian pergi sebelum para pemburu datang..".Perintah kancil.

Tiga sekawan burung dara itupun segera melakukan perintah si kancil,setelah semua selesa dan di rasa cukup..Mereka kemudian terbang meninggalkan si kancil..


Lalu..Apa sebenarnya rencana si kancil?
Eits..Baca dulu dengan sabar.. "^_^"


Tak lama setelah tiga dara sekawan pergi,para pemburu datang.
Mereka melihat tubuh si kancil yang tergantung terkena perangkap mereka.

"Hei lihat apa yang kita tangkap..Seekor kancil..".Kata pemburu A.

"hmm..Tapi sepertinya kancil itu sudah membusuk,mungkin sudah beberapa hari dia terjebak dan mati kelaparan.
Kita kan sudah hampir satu minggu tidak melihat perangkap gara-gara kita pergi ke kota menjual hasil panen.
Lihat saja..Tubuhnya sudah berbau busuk dan di kerubungi banyak lalat..".Kata pemburu B.

"Wah..Sepertinya benar kak..Lalu mau kita apakan bangkai ini?".Tanya pemburu A.

"Ya kita turunkan lalu kita buang ke hutan biar di makan harimau,memangnya bangkai busuk mau kita apakan lagi?Setelah itu kita pasang lagi perangkapnya..".Jawab pemburu B.

"Baik kak..".Kata pemburu A kemudian melepaskan tali perangkap yang menjerat si kancil.
Kemudian tubuh si kancil mereka gotong dan di buang ke hutan kemudian mereka tinggalkan.
Setelah memastikan para pemburu sudah pergi,si kancil yang dari tadi pura-pura mati segera bangun.
Dia merasa lega karena rencananya benar-benar berhasil.
Si kancilpun kemudian membersihkan diri di sungai dan pulang menemui raja kong untuk menagih taruhan mereka.

Kontan saja para kera dan kedua temanya di buat terkejut dengan kembalinya si kancil,lebih-lebih raja kong.
Dia hampir tak percaya dengan apa yang di lihatnya,bahkan sikancil bisa pulang tanpa ada luka sedikit pun..


"Hai paman kong..Sekarang tepati janji mu..Lihat,aku menang taruhan seperti yang ku katakan..Hehehe ".Kata kancil.

"Ba..Ba..Bagaimana kau bisa lolos? Sungguh di luar duga'an..Tak masuk akal..".Tanya raja kong tergagap tak percaya.


"hehehe..Sudah..Tak perlu aku jelaskan.Sekarang yang penting aku sudah membuktikan omongan ku dan sekarang paman harus menepati janji paman..Simpel,gitu aja kok repot.. ^_^ ".Jawab kancil.

"Hahahaha..Kau memang punya banyak kejutan bocah..Sebagai raja,aku akan menepati janji ku.
Aku dan semua rakyat ku tidak akan menjarah lagi..Dan aku akan menyebarkan semua kisah mu keseluruh pelosok hutan,agar mereka mengal mu dan mengetahui akan kehebatan mu.
Tapi bocah..Aku belum tahu siapa nama mu..Dan harus ku panggil apa diri mu dalam cerita ku?".Tanya raja kong.



Lalu setelah kejadian itu,kancilpun mengajak kedua temanya kembali ke desa.
Sungguh petualangan yang melelahkan..Rasanya rumah adalah tempat yang nyaman untuk istirahat sejenak.
Sebagai persiapan menghadapi petualangan baru di hari esok..
Dalam petualangan yang lain..Dalam kisah yang lain pula.. "^_^"


The End


KEONG MAS
Cerita Rakyat Tanah Jawa


Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.

Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.

Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.

Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari.

Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.





Pada waktu itu, hiduplah sebuah keluarga nelayan yang tinggal di wilayah pesisir pantai Sumatera. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin kundang . Keluarga mereka hidup dengan keadaan yang sangat menyedihkan, karena kondisi keuangan mereka sangat sulit, maka sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Setelah ayahnya pergi untuk mencari uang, maka tinggallah si Malin kundang dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, 4 bulan, bahkan setelah 1 tahun lebih , ayah Malin tidak kunjung kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya pun harus menggantikan posisi ayahnya untuk mencari nafkah. Malin dikenal sebagai anak yang cerdas walaupun sedikit nakal dia sangat menyayangi ibunya. ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersdung batu dan diapun terluka, luka tersebut menjadi bekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin kundang merasa kasihan kepada ibunya karena setiap hari mencari uang tanpa mengenal rasa lelah untuk membesarkan anaknya. Ia pun berfikir untuk mencari nafkah ke negeri seberang, dengan harapan nantinya dia bisa menjadi saudagar yang kaya raya. Karena Malin kundang tertarik dengan ajakan dari seorang nahkoda kapal dagang.
Kemudian Malin kundang pun mengutarakan kepada ibunya, awalnya ibunya kurang setuju dengan keinginan anaknya , tetapi karena Malin kundang terus memohon akhirnya ibunya pun menyutujuinya walaupun masih berat sekali menyutuinya. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan, Malin kundang pun bersiap menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. ibunya pun berkata "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi saudagar yang kaya raya, jangan engkau lupakan ibumu dan kampung halamanmu nak", kata Ibu Malin Kundang sambil meneteskan air mata.
Setelah berpamitan kepada ibunya, kemudian Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Setelah terdampar di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Kemudian Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapalnya. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat luka kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin kundang." Malin kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar pada ibumu ini ?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga bahwa anaknya akan menjadi orang yang sangat durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu malin pun menengadahkan tagannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar dia anakku, aku sumpahi dia untuk menjadi batu". Setelah ibunya berkata seperti itu, tidak lama kemudian angin pun bergumuruh sangat kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin kundang. Setelah itu tubuh Malin kundang pun perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya seluruh tubuhnya berubah bentuk menjadi sebuah batu karang.


BATU MENANGIS
Cerita Legenda Kalimantan
\
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.

Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjaannya hanya bersolek setiap hari.

Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya sangat manja. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu bersolek agar orang di jalan melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Karena mereka hidup di daerah yang sangat terpencil, tak seorangpun mengehtahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.

Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang anak gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Diantara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis gadis itu. “Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu adalah ibumu?”

Namun apa jawaban anak gadis itu?

“Bukan,” katanya dengan angkuh. “ia adalah pembantuku !”

Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.

“Hai, manis. Apa yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?”

“Bukan, bukan” jawab gadis itu dengan mendongakan kepalanya. “Ia adalah pembantuku !”

Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan seperti pembantu atau budaknya.

Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih bias menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama dan amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu itu berdo’a.

“Ya, Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini! Hukumlah dia ……”

Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, pelan-pelan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.

“Oh, Ibu. Ibu. Ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu…. Ibu…… ampunilah anakmu ….. ”Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu. Seluruh tubuh gadis itu telah berubah menjadi batu. Sekalipun telah menjadi batu, namun orang dappat melihat kedua matanya masih menitihkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut “Batu Menangis”.


No comments:

Post a Comment