Tuesday, 24 November 2015

KUMPULAN DRAMA



Contoh Naskah Drama Tentang Pentingnya Menghargai Jasa Para Pahlawan

Judul: Jasa Jendral Sudirman Terhadap Bangsa
Tema: Sosial
Durasi: Pendek
Jumlah pemeran: 4 orang

Sinopsis Drama Pahlawan

Ada empat orang bersahabat, yaitu Mirza, Nina, Imam, dan Yoga. Yoga adalah sosok remaja yang kurang menghargai jasa pahlawan, bahkan sejarah tentang Jendral Sudirman pun tidak diketahuinya. Yoga mendapat teguran dari teman-temannya.

Dialog Drama Dimulai...

Yoga:
Jendral Sudirman itu siapa sih?

Mirza:
Memangnya kenapa? Kamu ini aneh, masak jendral Sudirman kamu nggak tahu.

Nina:
Iya nih orang, masak pahlawan bangsa nggak tahu.

Imam:
Itu arinya, kamu itu tidak menghargai perjuangan dan jasa Jendral Sudirman, Ga. Jendral Sudirman itu salah satu pahlawan bangsa, mestinya kamu tahu.

Yoga:
Emangnya aku harus menghafal semua nama-nama pahlawan, kan ada banyak gimana aku bisa menghafal.

Mirza:
Ya tapi setidaknya kalau Jendral Sudirman harusnya kamu tahu lah..

Nina:
Iya, benar itu.

Yoga pun kemudian menanyakan kepada teman-temannya apa saja jasa yang sudah diberikan Jendral Sudirman kepada bangsa INDONESIA.

Yoga:
Memangnya apa sih jasa Jendral Sudirman terhadap bangsa Indonesia? Kok dimana-mana nama jalan itu Jendral Sudirman melulu.

Imam:
Banyak sekali. Pokonya dia itu punya jasa yang tak terhingga terhadap kita-kita ini.

Mirza:
Iya, benar apa yang dikatakan imam itu. Makanya, kamu itu kebangetan sekali Ga kalau Jendral Sudirman saja nggak tahu.

Nina:
Iya, seharusnya kamu tahu kalau Jendral Sudirman adalah salah satu tokoh sekaligus pahlawan nasional yang sangat dibangga-banggakan.


Yoga biasa-biasa saja menanggapi cibiran teman-temannya.

Yoga:
Oh.. gitu toh..

Nina:
Kok cuman bilang gitu toh... gimana sih kamu ini, Ga?

Yoga:
Nah, terus aku harus gimana? Iya, sekarang aku sudah tahu kalau Jendral Sudirman itu salah satu pahlawan bangsa.

Imam:
Ya jangan cuman bilang sudah tahu, kamu harus menghargai perjuangan beliau.

Yoga:
Menghargai gimana? Terus aku harus gimana? Kamu ini bikin aku pusing saja.

Mirza:
Bingung gimana? Kalau kamu sudah tahu bahwa Jendral Sudirman itu salah satu pahlawan bangsa, maka kamu harus menghargai perjuangannya.

Yoga:
Iya, aku menghargai, tapi menghargai gimana maksud kamu?

Mirza:
Kamu harus bisa menjadi anak bangsa yang mau meneruskan perjuangan Jendral Sudirman, itu namanya kamu menghargai jasa beliau.

Yoga:
Oh.. begitu..!!





Sinopsis Drama Tentang Lingkungan

Linda dan Murni adalah dua orang bersahabat. Linda orangnya sangat tegas, disiplin dan amat mencintai lingkungan. Mendapati desa Murni yang kumuh dia pun menegur Murni dan akhirnya mereka dengan kedua teman Murni mengadakan program sosialisasi lingkungan sehat kepada warga dikampungnya Murni.

Linda:
Tahu, nggak? aku pas kerumah kamu kemarin itu ada seneng ada nggaknya?

Murni:
Oya, emang apa nggak senengnya?

Linda:
Senengnya karena akhirnya aku tahu rumah dan desa kamu, tapi nggak senangnya karena ternyata didesa kamu itu kotor.

Murni:
Iya, masyarakat dikampung aku itu memang tidak seberapa peduli dengan kebersihan, padahal kebersihan itu adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.

Linda:
Iya, benar sekali. Memangnya tidak ada teguran atau sosialisai dari pemerintah desa?

Murni:
Sama sekali nggak ada.

Linda:
Bagaimana kalau kamu yang melakukan sosialisasi?

Murni:
YA AKU sih mau-mau aja, tapi masalahnya apa bisa aku melakukannya sendiri tanpa ada yang membantu?

Linda:
Iya sih..

Linda pun akhirnya menawarkan diri untuk membantu dan dia mengajak Murni untuk mencari dua orang lagi dikampung Murni.


Linda:
Ya sudah, kalau gitu biar aku bantu kamu, tapi kita harus nyari dua oran lagi supaya pekerjaan kita bisa berbuah hasil.

Murni:
Yang bener kamu mau? ya sudah, itu bagus..

Keesokan harinya Linda dan Murni menemui dua orang teman Murni untuk diajak melakukan sosialisi kepada warga. Dan akhirnya agenda sosialisasi terkait pentingnya menjaga lingkungan mereka lakukan.

Meskipun sempat mendapat cibiran dari sekelompok warga, namun secara keseluruhan sosialisasi yang dilakukan Murni dan ketiga temannya berhasil menyadarkan warga. Setelah 1 bulan berlalu. desa Murni tampak jauh lebih bersih dari sebelumnya.

Linda:
Lihat, Mur, sekarang desa kamu jauh lebih bersih dari yang sebelumnya.

Murni:
Iya, terimakasih deh.. ini juga berkat pertolongan kamu, Kalau tidak, sepertinya desa ini masih sangat kumuh dan dipenuhi penyakit.

Linda:
Kita memang harus memiliki kesadaran betapa pentingnya menjaga kesehatan lingkungan supaya masyarakat ini bisa hidup sehat sejahtera, betul nggak?

Murni:
Iya, pastinya.

TAMAT





Tema: Sosial & Persahabatan
Judul: Bahaya Narkoba
Pemain: 4 Orang
Karakter: Doni (baik), Roni (baik), Lukman (pemakai narkoba), Freddy (penjual narkoba)

Dialog Drama Dimulai....


Pada malam hari itu Doni melihat Lukman sedang berbicara dengan seseorang. Mereka seperti sedang melakukan transaksi, namun tidak terlihat jelas karena gelap.

Doni:
Luk, kamu kemarin malam sama siapa yang pas disemak-semak itu? kamu lagi ngapain?

Lukman pun kaget jika Doni melihatnya. Dia pun berkilah..

Lukman:
Ah.. kamu ini ngaco aja. Orang kemarin malam aku dirumah saja kok.

Doni:
Yang benar aja? terus siapa yang aku lihat kemarin malam itu ya?

Datanglah Roni. Roni ternyata juga melihat Doni pada malam hari itu.

Roni:
Eh.. ada apa nih?

Doni:
Oh.. ini kemarin malam itu kan aku lihat si Lukman disemak-semak gitu, tapi dia bilang bukan dirinya.,

Roni:
Oh.. itu sekitar jam 20.00 kan?

Doni:
Iya. Emang kamu juga lihat?

Roni:
Lha emang iya, emangnya Lukman bilang nggak gitu?

Doni:
Iya, kata Lukman itu bukan dia.

Roni saat itu memang melihat jelas muka Lukman.

Roni:
Ah.. kamu Luk, pake nggak ngaku segala. Orang kemarin malam itu emang kamu kok. Lagian kenapa sih pake nggak ngaku segala? emangnya siapa teman kamu itu?

Lukman pun merasa panik dan kebingungan. Dia tetap berusaha mengelak.

Lukman:
Benaran, itu bukan aku. Lagian kan kalian tahu aku nggak punya teman akrab selain kalian.

Doni:
Makanya itu, aku nanya.. kemarin itu siapa. Sudahlah kamu ngaku aja. Kenapa sih pake nggak ngaku segala? emangnya ada apa?

Karena merasa penasaran, Doni dan Roni pun mendatangi tempat itu dimalam harinya. Siapa tahu Lukman akan menemui temannya itu lagi. Dan pada malam itu ternyata Lukman memang ada janji dengan lelaki itu.

Disaat Lukman sedang memberikan uang sebesar Rp 70.000, Roni dan Doni memergoki Lukman dan temannya.

Doni:
Nah, benar kan? eh.. kamu ini siapa (tanya Doni kepada teman Lukman yang diberinya uang). Belakangan diketahui, namanya adalah Freddy.

Teman Lukman itu hanya diam.. dan dia bergegas pergi.

Roni:
Teman kamu ditanya kok malah langsung pergi, Luk? dia siapa sih? terus kenapa kamu kasih uang?

Lukman semakin bingung dan dia tidak bsia menutupi. Timbul kecurigaan dibenak Roni dan Doni, bahwa ada hal yang nggak beres dengan temannya itu.

Doni: Jangan-jangan Lukman ini make narkoba.. (bisik Doni kepada Roni)

Roni:
Apa iya ya? terus uang itu tadi uang apa? udah gitu ditanya malah kabur orangnya.

Roni pun tanpa berpikir panjang, dia langsung menggeledah saku Lukman. Roni merasa sangat kaget karena disaku Lukman terdapat benada itu (narkoba).

Roni:
Sejak kapan kamu make yang ginian, Luk? wah.. kamu kok bisan-bisanya jadi pemaakai barang haram ini?

Lukman hanya diam..

Doni:
Kamu tahu nggak Luk? narkoba itu bisa merusak kehidupan kamu. kamu juga bisa masuk penjara kalau ketahuan pake narkoba.

Karena terus mendapat teguran dan nasehat dari Doni dan Roni, Lukman pun menangis. Namun kemudian, Lukman sadar diri, dan dia berjanji untuk tidak memakai barang terlarang itu.

SELESAI


Naskah Drama Arti Sebuah Kejujuran
Gambar terkait

Karakter dalam drama: 

1. Candra Wijayanto Sebagai Guru

2. Toha Syahputra Sebagai Murid 1

3. Yani Firmansyah Sebagai Murid 2 (ketua kelas)

4.Yohan Pratama Sebagai Murid 3

Dalam suasana belajar mengajar di dalam kelas dan sedang dilaksanakan ulangan secara mendadak. Pengumpulan tugas harus dilakukan segera.

Pak Guru    : Anak–anak, silakan dikumpulkan tugas karya tulis minggu kemarin.

Firman : karya tulis dikumpulkan berdasarkan tema atau berdasarkan kelompok saja pak?

Pak Guru    : berdasarkan kelompok saja..ayo segera ketua kelas dikumpulkan tugas karya tulis teman –   temannya

(kemudian ketua kelas berjalan keliling mengumpulkan tugas karya tulis teman-temannya)

Guru    : Karena ini merupakan tugas perorangan yang dikerjakan secara berkelompok, maka penilian akan dilakukan berdasarkan isi dari karya tulis dan keragan tema serta isi tulisan dalam satu kelompok.

Pak Guru    : Ayo kalau sudah selesai mengumpulkan tugas, masukkan buku kalian semua kedalam tas. Saya akan memeberikan ulangan mendadak.

Yohan   : Apa? ulangan apa lagi pak? baru saja kemarin sudah diadakan ulangan!

Pak Guru    : ketua kelas, tolong dibagikan kertas ini ke teman-temannya.

Yani  : baik pak (sambil berjalan membagikan kertas Suasana ruang kelas berubah menjadi berisik karena setiap siswa mengeluh tentang diadakannya ulangan mendadak itu)

Pak Guru    : pada ulangan kali ini, saya ingin kalian menulis ulang tentang inti dari karya tulis yang kalian buat. Tulis garis besarnya saja beserta poin-poin terpenting kesimpulannya. Waktu yang saya berikan untuk mengerjakan ulangan ini yaitu 25 menit, dan dimulai dari sekarang

(kemudian suasana kelas terasa hening dan para siswa sedang sibuk mengerjakan tugas. Sementara itu,  pak guru sibuk memeriksa tugas karya tulis yang tadi dikumpulkan. Pk guru kemudian menemukan sebuah keanehan pada tugas karya tulis milik Firman dimana isinya sama persis dengan karya tulis milik Yohan. Setelah 25 menit berlalu, kertas ulangan lalu dikumpulkan)

Pak Guru    : baiklah silakan kalian istirahat. Tolong Firman and Yohan tetap disini, saya mau bicara

(semua siswa keluar ruang kelas kecuali Firman dan Yohan)

Pak Guru    : saya minta kalian berdua jujur kepada saya. Kenapa isi tugas karya tulis kalian bisa sama persis, bahkan untuk titik dan komanya sekalipun.

Firman : saya mengerjakan karya tulis itu sendiri pak

Yohan   : saya juga mengerjakan karya tulis saya sendiri

Pak Guru    : Lalu, bagaimana dengan ulangan tadi. Mengapa isi dari jawaban ulangan kalian tidak sama dengan isi karya tulis kalian? bisa menjelaskan ke saya?

(lama murid Firmann dan Yohan terdiam)

Pak Guru    : baiklah kalau kalian tidak mau mengaku, saya anggap kalian tidak mengerjakan tugas karya tulis dan tidak mengikuti ulangan tadi


Yohan   : maaf pak. Kalau saya jujur, apakah kalau saya berkata jujur maka saya akan memaafkan saya?


Guru    : saya lebih menghargai sebuah kejujuran daripada harus melihat anak didik saya melakukan hal yang tidak jujur.

Yohan   : saya mendapatkan materi untuk tugas karya tulis dari internet pak. Saya langsung meng-copy dan tidak saya baca lagi. Makanya ulangan tadi tidak sama dengan isi karya tulis saya

Pak Guru    : baiklah, alasan kamu bisa saya terima

Pak Guru    : trus kamu Firman, ada yang bisa dijelaskan ke saya?

Firman : saya minta tolong adik saya mengerjakan tugas karya tulis itu pak. Dan kelihatannya dia mencari sumber dari internet. Maaf pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Pak Guru    : Baiklah kalau begitu. Tugas karya tulis dan ulangan kalian saya kembalikan. kalian diharuskan untuk membuat karya tulis lagi dan dikumpulkan dalam waktu 3 hari. Setelah itu, kalian harus mengikuti ulangan susulan yang materinya akan saya beritahukan nanti.

Firman dan Yohan        : baik, pak.






Contoh Naskah Drama Musikal

Perbedaannya hanya terletak pada adanya sentuhan musik yang dimasukkan dan musik tersebut nantinya akan menjadi pengiring dalam proses berlangsungnya drama itu sendiri. Contoh naskah drama musikal bisa mengusung tema yang cukup beragam. Bisa berupa drama musikal tentang cinta, drama musikal tentang persahabatan, drama musikal tema pendidikan, dan lain sebagainya. Dan berikut ini adalah salah satu contoh naskah drama musikal tentang motivasi.

Judul: Bangkit


Tema: Motivasi


Pemeran:


1. Rere

2. Caca
3. Gia

Sinopsis Drama Musikal


Rere adalah seorang penulis novel. Ia telah mengawali menulis sejak di bangku Sekolah Dasar. Namun akhir-akhir ini tekadnya surut dikarenakan banyak ejekan yang dilontarkan oleh beberapa kawannya. Rere merupakan penyandang cacat. Kakinya tak seperti kebanyakan orang dengan ukuran normal, melainkan kaki Rere tidak tumbuh membesar sehingga terpaksa membuatnya kemana-mana menggunakan kursi roda. Kendati demikian, Rere tetap menulis di dalam kamarnya.

Namun omongan tetangga membuatnya tak mau lagi menulis. Para sahabatnya, Caca dan Gia mencoba membangkitkan semangat Rere dengan datang ke rumah Rere ketika liburan sekolah tiba.

Latar: Kamar Rere
Tema Lagu: Buka Semangat Baru

Caca: Hai Re, kamu tidak menulis lagi sekarang?
Rere: Tidak, Ca. Kurasa aku tak akan lagi menulis.
Gia: Lho, kenapa? Kami masih ingin membaca tulisanmu yang keren-keren itu Re. Kamu tidak boleh berhenti untuk menulis.
Rere: Iya, tapi perkataan tetangga membuatku resah untuk menulis lagi.
Gia: Memangnya apa yang dikatakan mereka? Sudahlah, kamu seharusnya tak perlu mendengarkan celoteh yang tidak berguna. Mereka pun belum tahu kehebatanmu. Dan juga mereka belum tentu bisa menjadi seperti dirimu.
Caca: Nah, Gia benar Re. Kamu harus semangat. Bukankah dulu kamu pernah bercerita kepadaku tentang Mata Pena. Bahwa Mata Pena itu harus tajam dan akan selalu tajam, Meski tak pernah diasah dia akan tajam dengan sendirinya karena kekuatan menulis itu ada pada perasaan. Masa kamu lupa?
Rere: Ya, aku memang dulu pernah berkata begitu kepada kalian. Namun mereka... mereka...
Air mata Rere sudah tak bisa dibendung lagi. Gia dan Caca pun ikut merasakan kesedihan sahabatnya itu.
Caca: Jangan menangis, Re. Kalau kamu menangis kami pun ikut merasakan tangismu itu.
Rere: Mereka bilang bahwa aku adalah anak cacat. Ya, memang semua itu benar aku memang cacat seperti yang dikatakan mereka. Dan mereka juga mengatakan bahwa anak cacat tak seharusnya mimpi setinggi langit. Apalagi ingin menjadi seorang penulis terkenal. Semua itu mustahil.

Gia: Jangan dengarkan, Re. Mereka hanya penghasut. Toh, kamu memang seorang penulis. Bukumu sudah bertengger di rak-rak toko buku di seluruh Indonesia. Mungkin mereka yang berkata demikian belum mengetahui kariermu yang sebenarnya. Juga tak tahu perjuanganmu dari awal itu seperti apa.
Caca: Iya, Re. Kamu tak boleh patah semangat. Kita ada selalu untukmu.
Rere: Terima kasih atas semangat yang kalian berikan kepadaku selama ini. Kita ke taman belakang saja dan melihat matahari terbenam.
Ketiga sahabat itu menyambung obrolan di taman belakang rumah. Taman yang asri memperlihatkan matahari di senja hari. Rere sangat menyukainya, terlebih matahari yang sedang terbenam.

Latar: Taman Belakang Rumah
Tema lagu: Best Friend Forever

Caca: Bulan ini apa yang akan kau tulis, Re?
Rere: Entahlah, Ca. Aku belum ada pikiran apa-apa. Masih takut untuk memulai. Kurasa yang paling tepat adalah mengakhirinya.
Gia: Jangannn! (berteriak kencang)
Rere: Kalian tidak tahu, kemarin itu Nova teman kelas kita membeli novelku di toko buku, dan apa yang dia katakan? Sungguh menyakiti hati. Meski aku tahu arti sebuah kritik dalam sebuah karya sastra. Nova bilang kalau novelnya jelek, tak berbobot dan kurang detail dalam pemaparannya.
Caca: Nova anak komputer itu?
Rere: Iya.
Caca: Pantas saja dia mengatakan hal itu, dia itu tidak mengerti karya sastra jadi tak heran kalau kritiknya pedas.
Gia: Haha... Nova tukang jail itu beli buku? Aneh sekali anak itu. Sudah ya Re, jangan menghiraukan bualan orang. Kamu adalah kamu, harus tegar dan harus bangkit.
Rere: Baiklah, aku akan memulainya demi kalian dan demi mimpiku sebagai novelis. Aku sangat berterima kasih pada kalian sebagai sahabatku yang terus menjadi penyokong dan sandaranku ketika aku sedih. Terima kasih teman-teman.




Judul: Pasti Bisa

Tema: Kekuatan


Pemeran:

                 1. Ibu
                 2. Fika
                 3. Bu Guru

Sinopsis drama remaja

Fika adalah anak yang berprestasi di sekolahnya. Ia tak pernah absen dalam mendapatkan peringkat pertama. Namun akhir-akhir ini ia merosot menjadi peringkat kedua. Sang guru pun meneliti apa yang sedang dialami muridnya itu. Ibu Fika kini tengah sakit TBC dan tak bisa bekerja seperti biasanya sehingga Fikalah yang menjadi tulang punggung keluarga untuk beberapa saat. Meski demikian, Fika tak pernah lelah berdoa dan berusaha.

Naskah Drama
Di suatu pagi yang cerah, matahari bermandikan cahaya dan terdengar kokok ayam yang merdu. Fika bangun dari tidurnya dan bergegas berangkat sekolah. Sebelum itu Fika menyiapkan sarapan untuk dirinya dan ibunya yang tengah berbaring di ranjang.

Fika: Bu, Fika mau berangkat sekolah dulu. Hari ini Fika tinggal ibu sebentar tidak apa-apa, kan? Fika sudah memasak makanan untuk ibu. Kira-kira Fika akan pulang jam satu siang.
Ibu: Iya, Nduk. Berangkat saja, memang kewajibanmu adalah belajar. Bukan menjadi tulang punggung keluarga. Memang ibu yang salah terhadapmu.
Fika: Ibu tidak boleh menyalahkan takdir. Hidup ini sudah ada yang mengatur, jadi kita harus kuat menghadapinya. Tak perlu berburuk sangka dengan Tuhan ataupun berputusasa.
Ibu: Ibu sangat bangga kepadamu, Fik. Mempunyai anak sepertimu merupakan anugerah terindah bagi ibu.
Fika: Kalau begitu, Fika berangkat dulu, Bu. Ibu hati-hati di rumah.

Fika pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Tanpa membawa uang saku karena ia berpikir jarak sekolahnya dengan rumah sangat dekat. Setibanya di sekolah....

Bu Guru: Fik, sini sebentar. Ibu mau ngobrol denganmu.
Fika: Iya, Bu ada apa?
Bu Guru: Akhir-akhir ini prestasimu kerap menurun. Sebenarnya ada apa? Apakah kamu sudah malas belajar, atau memang ada kendala lain?
Fika: Oh masalah itu Fika minta maaf ya Bu. Fika sedang merawat ibu yang sedang sakit. Ibu Fika mengidap TBC dan tengah terbaring di rumah. Sehingga Fika tak ada waktu untuk belajar. Waktu yang Fika miliki Fika pergunakan untuk menjaga ibu dan mengurus rumah. Selain itu Fika pun membantu ibu bekerja.

Bu Guru: Bekerja apa, Fik? Kamu tak seharusnya bekerja. Kamu masih SMA.
Fika: Ya, Fika tahu. Tapi keadaanlah yang menuntut Fika bertindak demikian, Bu. Saya tak bisa berdiam diri saja. Lalu makan dan kebutuhan sekolah yang harus dibayarkan didapatkan dari mana?
Bu Guru: Lalu kamu bekerja apa?
Fika: Apa saja asalkan halal. Fika membantu ibu menjahit pakaian. Beberapa tetangga biasanya mempermak celananya ke ibu saya. Juga terkadang berdagang kue keliling, atau membantu Bi Sumi tetangga saya untuk memetik teh di kebun.
Bu Guru: Sungguh mulia yang telah kamu perbuat, Fik. Ibu sebagai guru kamu justru bangga tak terkira kepadamu. Kamu murid yang patut dicontoh oleh semuanya. Kalau kamu merasa sulit ibu bisa bantu. Apa saja... kamu harus bilang ke ibu.
Fika: Terima kasih, Bu. Fika juga sangat bangga menjadi murid ibu. Jarang sekali ada guru yang perhatiannya lebih kepada muridnya.
Bu Guru: Ya, kamu terlalu berlebih. Namun ibu hanya menyarankan, bagaimanapun kamu harus mengutamakan sekolah. Tugas seorang murid adalah belajar maka dari itu kamu harus belajar. Prestasi yang telah kamu raih itu harus dipertahankan. Kamu harus berbangga dengan keadaan apapun karena semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kita sebagai manusia hanya menjalankan kewajiban kita. Dan senantiasa berusaha dalam setiap masalah yang mendera.
Fika: Iya, Fika sangat paham dengan hal itu, Bu Guru. Semoga Fika menjadi anak yang lebih kuat dari sebelumnya setelah mendengar petuah yang ibu katakan baru saja. Fika akan belajar meski hanya sepuluh sampai dua puluh menit. Juga akan mengerjakan PR apabila ada. Dan tak lupa selalu berdoa.

Fika pun mendengar bunyi bel sekolah. Ia bergegas untuk memulai pelajaran. Juga sebuah nasihat di pagi hari tadi membuka pikirannya agar pantang menyerah dalam setiap masalah. Mungkin kali ini Ibunya menjadi media ujiannya dari Tuhan. Mungkin juga satu minggu, bahkan di masa yang akan datang akan datang badai yang lebih besar dalam kehidupannya. Dan ia cukup tahu dan kuat dalam mengatasinya. Tak ada yang mustahil di dunia ini jika kita mau berusaha dan tentunya diiringi dengan doa. Meski usianya yang masih remaja, Fika memiliki pikiran yang dewasa.

Tema: Cinta diantara dua pria

Penokohan/karakter:


  1. Amel: Pendiam, lugu, pintar dan baik hati
  2. Doni: Romantis, cool, dan modis
  3. Wahyu: Polos, ganteng, tulus, sopan dan cerdas
  4. Rina: Cerewet, setia dan imut


Konflik: Amel hamil atas hasil cinta terlarangnya dengan Doni namun Doni kabur begitu saja tanpa kabar.

Kesimpulan: Wahyu menerima Amel APA adanya dan dipersunting untuk menjadi pendamping hidupnya.

Dialog Drama

Semenjak sekolah dasar sampai tingkat atas, Amel dan Wahyu selalu bersama karena rumah mereka berdekatan dan keluarga keduanya sudah mengenal satu Sama lain. Sehingga tidak salah jika Amel dan Wahyu selalu berjalan bersama.

Rina: Mel, kenapa kamu tidak jadian saja Sama Wahyu? Kurang apa coba Wahyu? Ganteng, keren, Pinter.
Amel: Bukannya aku tidak mau jadian Rin, tapi APA benar kalau cewek duluan yang ngungkapin perasaannya?
Rina: iya juga sih. Wahyu terlihat polos begitu kalau tidak kamu dulu bagaimana kalian bisa berpacaran.
Amel: Aku malu Rin.
Rina: Kamu juga lugu dan polos Mel (batin Rina)
Wahyu: Mel, kamu tidak makan siang? Ayo ke kantin bareng?
Amel: Aku … aku …
Rina: Kita belum makan Yu, kamu ajak Amel aku ada urusan.
Rina tiba-tiba pergi untuk memberi kesempatan Amel dan Wahyu makan siang bersama di kantin sekolah. Namun di tengah jalan Doni anak orang kaya kakak kelas Amel memanggilnya. Semenjak masuk sekolah, Amel tertarik atas penampilan dan gaya Doni yang keren dan cool.
Doni: Amel mau ke mana?
Amel: Aku mau ke kantin kak.
Doni: Aku ada kesulitan untuk tugas bahasa Indonesia.
Amel: Kakak Kan sudah kelas 3, sedangkan aku?
Doni: kamu sudah terkenal Pinter mAel, tolong ajarin aku ya? Please!
Amel terdiam dengan memandang Wahyu yang sudah kelihatan rasa kecewanya.
Amel: Nanti sepulang sekolah saja ya kak. Amel mau makan siang dulu.
Doni: Aku tunggu di gerbang sekolah.
Setiba di kantin, Wahyu banyak menasehati Amel untuk menjauhi Doni yang terkenal sebagai cowok playboy. Namun hati Amel sudah kepincut untuk lebih dekat dengan Doni.
Amel: Tidak usah khawatirkan aku Wahyu. Aku bisa menjaga diri.
Wahyu: Aku takut kamu kenapa-kenapa Mel.

Sepulang sekolah, Doni sudah menunggu dengan motor gedenya di gerbang sekolah.
Wahyu: Mel, hati-hati Sama Doni.
Amel: Iya aku tahu Yu.
Doni: Ayo Mel, kita belajar bersama.
Amel hanya tersipu dan segera naik di motor Doni. Sedangkan Wahyu hanya bisa memandang dari jauh.
Doni: Mel, aku buatkan puisi untuk tugas Bahasa Indonesia hari ini?
Amel: Kakak tidka bisa buat puisi?
Doni: Tidak. Aku saja tidak faham.
Amel: Puisi itu keindahan kata-kata yang disusun dengan bahasa yang indah dan bermakna.
Sampai menjelang sore Amel belajar bersama dengan Doni. Hal tersebut sudah berulang-ulang sampai beberapa kali. Mereka berdua diam-diam menjalin cinta di belakang Wahyu. Setiap sepulang sekolah Wahyu tidak pernah bertemu Amel lagi.
Amel: Kak, APA kita tidak terlalu berlebihan di sini?
Doni: Tidka Mel. Ini pembuktian dalam bercinta.
Selang beberapa bulan, Amel merasa tubuhnya agak gendut dan sering pusing serta mual.
Rani: Mel, kamu kenapa kok di kamar mandi terus?
Amel: Tidak apa-apa kok Rin.
Rina: Kayaknya kamu demam. Ijin pulang saja ya biar aku antar atau aku panggilin Doni saja.
Wahyu: Kamu kenapa Mel? Muka kamu pucat sekali.
Amel: Aku hanya pusing saja Yu.
Tiba-tiba Amel pingsan, Wahyu dan Rina segera membawanya ke rumah sakit karena Amel sakitnya agak parah.
Wahyu: Kamu tidak apa-apa Mel?
Amel: Yu, aku … aku …
Wahyu: Kamu kenapa bilang saja. APA aku panggilin dokter?
Amel: Aku hamil Yu. Hiks … hiks … hiks …
Wahyu: APA? Kamu dihamilin siapa?
Amel: Doni …
Rina: Sudah dibilangin Wahyu, jangan dekat-dekat Sama Doni. Dia itu playboy.
Semenjak kabar Amel hamil, Doni tidak pernah masuk sekolah. Amel dan Wahyu datang ke rumahnya kata masyarakat sekitar, keluarga Doni pindah ke luar negeri. Amel hanya bisa pasrah dan bingung atas hasil perbuatannya dengan Doni.
Wahyu: Kamu tidak usah khawatir Mel, aku siap untuk jadi Bapak dari anakmu ini.
Amel: Kamu gila yu, ini bukan anakmu. Kamu mau menanggung malu atas perbuatanku.
Wahyu: Aku tidak pedulikan itu. Aku dari dulu sudah sayang Sama kamu sampai kapan pun. Aku tidak memandang kamu sebelah mata Mel.
Amle: Wahyu, ternyata kamu lelaki yang baik.
Wahyu: Tidak perlu takut, aku selalu ada untukmu Mel.

Akhirnya dengan menanggung malu Wahyu dan Amel rela dikeluarkan dari sekolah dan menikah.




Tema: Sahabat sejati yang menginspirasi

Karakter/penokohan: 

- Agus: Dilanda masalah (Tokoh Utama)
- Anas: Sahabat yang baik dan penolong
- Awam: Sahabat yang baik tapi pemarah
- Warga: Memberitahu dan menasehati

Alur: pendek

Setting:


- Tempat: Jalan Raya
- Waktu: Tengah Malam (hujan)

Permasalahan: Motor Agus mogok di tengah jalan pada tengah malam dan bingung untuk membawa motornya ke jasa servis yang jauh dari rumah.

Dialog drama

Agus merasa cemas ketika Akan pulang di malam hari dari Surabaya karena saat ini terkenal banyak begal yang berkeliaran. Namun rasa cemasnya hilang karena dia telah sampai di jalan raya yang ramai kendaraan. Tiba-tiba! Glok! Glok! Glok!

Agus: Waduh, kenapa motorku? Ada-ada saja padahal sudah mau sampek rumah kurang satu jam lagi.
Dia mencoba menstarter motornya namun double starternya macet.
Agus: Apa benar perkataan orang tadi di Surabaya bahwa oliku bocor? (Dia merasa cemas dan bingung harus berbeuat apa lagi sedangkan ini di jalan raya tengah malam).
Dia duduk sendirian pasrah dengan meniup rokok. Tiba-tiba!
Warga: Kenapa Mas motornya?
Agus: Ini Pak, motor saya mogok dan tidak bisa di double starter lagi. Mungkin kehabisan oli.
Warga: Coba saya lihat.
Agus: Silahkan Pak!
Warga: Wah ini kehabisan oli mas. Kok bisa begini olinya bocor ya.
Agus: Tidak tahu Pak, tapi tadi ada orang memberitahu ketika saya di Surabaya yang mengingatkan bahwa oli saya bocor. Terus bagaimana Pak?
Warga: Terpaksa Mas harus mendorong. Mas rumahnya mana?
Agus: Waduh! Rumah saya Tuban Pak. Masih jauh dari sini.
Warga: Begini saja, Mas titipkan di parkir 24 jam di seberang jalan. Sekarang Mas pulang naik bus besok motornya ambil.
Perasaan Agus mulai lega atas kehadiran warga setempat yang peduli. Namun dia masih bingung untuk pulang karena rumahnya jauh dari transportasi umum. Segera dia mengambil handphone untuk menghubungi orang rumah.

Agus: Hallo! Wam, aku mau minta tolong?
Awam: Ada APA? Malam-malam begini.
Agus: Motorku mogok di Lamongan. Bisa jemput aku ke sini?
Awam: Ah, tidaa bisa aku ngantuk. (Tiba-tiba awam mematikan teleponnya).
Warga: Dari pada bingung bawa dulu motonya di parkiran 24 jam Mas biar lebih aman.
Agus: Iya pak, saya coba menghubungi teman saya biar jemput. (Agus sibuk mencari teman yang bisa bantu).
Agus: Hallo! Nas, motorku mogok di Lamongan bisa jemput aku?
Anas: Kok bisa? Lamongan sebelah mana?
Agus: Alinya bocor, aku tidak tahu. Ini di jembatan gantung.
Anas: Ya sudah. Aku segera ke Sana. Barusan aku juga di telepon Awam.
Agus: Terima kasih Nas, kamu teman yang baik.
Anas: Biasa saja kayak Sama siapa saja Gus. Tunggu dulu, ngopi-ngopi dulu.
Agus lega sudah ada Anas yang Akan menjemputnya. Saran dari warga tadi dilaksanakan dan akhirnya dia menemukan parkiran 24 jam. Segera dia cari warung kopi dekat jembatan gantung untuk menunggu Anas datang.
Agus: Waduh, hujan bagaimana ini?
Selang 45 menit Agus menunggu dengan menikmati kopi hitam dan rokok, Anas datang bersama Awam.
Agus: Woy! (Agus melambai-lambai ke arah Anas)
Anas: Motormu kenapa? (Anas meletakkan jas hujan di motornya)
Agus: Olinya kehabisan. Aku tidak tahu kalau bocor.
Awam: kebiasaan, kamu ceroboh. Sebelum ke Surabaya cek dulu mesin motormu! Kalau sudah hujan kayak begini! (Awam menggerutu)
Anas: Ayo ngopi dulu biar Agus yang bayarin. Puas-puasin aja Wam. (Potongnya)
Agus: Iya gampang.
Agus masih kefikiran motornya mau dibawa ke mana besok. Dia masih takut dengan jasa parkir 24 jam nanti motornya hilang.
Anas: Lho, motormu di mana?
Agus: Motorku aku taruh di jasa parkir 24 jam sekitar sini. Besok aku ambil.
Awam: Aku ke sini Sama Anas rencananya mau dorong motor kamu sampai rumah. Kenapa kamu parkirin!
Agus: Jauh lo, cuacanya hujan deras begini?
Mereka bertiga saling diam menikmati secangkir kopi dan rokok sambil menonton televisi di warung kopi. Agus masih berfikir panjang dan kebingunagn tentang motornya.
Anas: Ambil saja motormu!
Agus: Tapi …
Awam: Buat APA aku ke sini kalau tidak dorong motor kamu.

Bergegas agus lari mengambil motornya di jasa parkir 24 jam. Dia terharu atas kegigihan dan kesetiaan kedua temannya yang rela menyempatkan waktu untuk menolong dirinya di tengah malam dengan keadaan hujan seperti ini. Akhirnya motor Agus di dorong oleh kaki Anas yang sedang menyetir. Sedangkan awam kedinginan di belakang, memboncneg anas. Suasana huajan mengikat erat persahabatan mereka. Agus tidak bisa membalas semua jasa Anas dan Awam yang menolongnya.


  1. Irma Mutiara : Seorang siswi berprestasi yang tak pernah membuat masalah di sekolah
  2. Lukman Hasibuan : Siswa dari tanah batak yang cukup tegas memegang prinsip
  3. Rudy liok : Dipanggil Koko,seorang siswa etnis China yang cukup santai pembawaannya
  4. Neneng Kartini : Siswi yang berasal dari daerah Sunda
  5. Laode Mahmud : Berasal dari tanah Makasar,berperangai cukup gentlemen dan menjadi ketua OSIS di sekolah.

Contoh teks drama anak sekolah ini bisa dimulai dengan sebuah perbincangan cukup hangat mengenai kenaikan uang SPP yang akan diberlakukan pihak sekolah :

Pagi di ruang kelas yang cukup cerah.

Neneng      : “ Ir,kamu sudah dengar belum mengenai rencana kenaikan SPP di sekolah kita?”
Irma            :” Iya sih dengar dengar dari siswa kelas Sebelas kemarin katanya pihak OSIS sudah diajak
berbicara tapi kurang tau juga karena kepala sekolah kan belum memberi pengumuman secara resmi”.
Neneng          :” kamu setju tidak dengan rencana tersebut?”
Irma                :” Ya,bagaimana baiknya sajalah soalnya kan sekolah juga mungkin sudah
                            Memikirkan  rencana dengan matang”
Neneng          :” kalo aku sih kurang setuju Ir soalnya saat ini kan orang tua kita sedang mumet dengan masalah kenaikan BBM,masa sekarang kita memberatkan mereka dengan masalah kenaikan SPP juga,itumah keterlaluan namanya,bisa bisa aku di cap anak durhaka pada orang tua ha,,ha,,ha.

( Tiba tiba datang Mahmud yang kelihatannya sangat serius,terlihat dari raut mukanya yang sangat datar dengan alis berkerut,ditambah kacamata minusnya yang semakin melorot )

Neneng         : “ Duh pak ketua OSIS kita koq Nampaknya sedang banyak masalah saat ini,ada apa sih
Mud kayak serius banget “
Mahmud      :” Iya nih Neng,anak anak pada ngajak demo ke pihak sekolah untuk tidak jadi menaikkan
SPP,bingung aku jadinya”
Neneng           : “Serius Mud? Kalo mau demo aku juga mau ikut  soalnya ini menjadi masalahku
juga,mudah mudahan aja pihak sekolah mau mendengar aspirasi kita sebagai siswa”
Mahmud       : “Kamu ini Neng malah tambah puyeng kepalaku,aku kemarin dipanggil kepsek untuk
menjembatani siswa dan pihak sekolah tentang rencana ini bukan malah jadi provokator
Irma                  : “Jadi jembatan Mud? He..he sulit dong”( Irma menyela pembicaraan sambil sedikit

                             bercanda )
Mahmud             :” kamu ini Ir gimana nih sekarang menurut  mu,apa yang harus aku lakukan?”
Irma                     :” Lebih baik kamu ajak bicara dulu anak anak,kalau perlu buat forum untuk mediasi
antara pihak sekolah dan anak anak,biar pihak sekolah bisa menjelaskan rencana                                                      mereka dan anak akan bisa memahami semuanya”

Mahmud           :” Bagus juga ide kamu itu Ir,aku mau secepatnya buat rencana mediasi ini agar anak
anak tidak tegang terus.udah ya aku mau cabut dulu”
Irma dan Neneng :” Ya semoga sukses selalu Mud!”
Setelah Mahmud keluar dari kelas datang juga Rudy yang masih sibuk dengan handphone di tangannya.
Neneng              :”kamu tidak ikut demo Ko?”
Rudy                   :” Demo SPP itu ya Neng? Ah males aku. Bagiku kenaikan SPP bukan masalah asal tidak
terlalu besar dan jelas peruntukkannya,iya tidak?”
Neneng                :’’Bingung juga aku, Ko di satu sisi aku tak mau SPP naik tapi di pikir pikir bisa juga
diterima rencana sekolah itu ya?”
Irma                       :”Sudah lah Neng pantau aja terus berita selanjutnya,kalo malah ikutan demo kita jadi
tidak membereskan masalah tapi menambah masalah. Pihak sekolah juga pasti akan menjelaskan pada anak anak mengenai rencana tersebut buat kebaikan kitajuga mungkin”

Ketika mereka masih terlibat pembicaraan serius mengenai rencana kenaikan SPP,datang Lukman dengan memasang muka yang tampak lebih serius dari Mahmud.

Neneng                    :”Ini dia orator sejati kita,gimana Man,jadi demonya?”
Lukman                   :”Belum ada persetujuan juga nih dari OSIS malah barusan si Mahmud ngajak
       konsultasi sama pihak sekolah katanya biar jelas informasinya jadi tidak perlu demo”
Irma                       :”Iya man mending juga kamu turutin kata Mahmud, untuk kebaikan kita juga biar
       tidak mengganggu stabilitas sekolah dan kegiatan belajar tidak terhambat!”
Rudy                        :”Setuju Man lebih baik begitu, kalo demo nanti malah akan ada provokator,bisa
                      runyam”
Lukman yang orang batak ini manggut manggut setuju dengan masukan teman temannya.




Contoh naskah drama lucu untuk 5 orang

Mama Vina         : Seorang ibu yang sangat tegar karena bisa menghidupi keempat anaknya hingga   dewasa seperti  karakter seorang ayah.

Erlin                     : anak yang paling besar mama Vina yang sudah lulus kuliah dan kini bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah SMP terpadu.

Erdin                  : Putra kedua yang masih kuliah semester 7 di universitas ternama. Orang nya   nyentrik dengan rambut panjang dan koleksi batu cincin yang banyak sekali namun baik hati dan suka menabung…

Adrian                  : Putra ketiga yang bertampang kelimis tanpa kumis namun manis seperti buah manggis dan  Kuliah di fakultas ekonomi semester tiga.

Eva                        : Putri bungsu yang masih duduk di SMA. Tampangnya imut imut seperti marmut.
Keluarga besar ini sangat bahagia dengan kehidupan mereka meski tanpa kehadiran ayah mereka yang telah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Mama yang telah memberikan kasih sayang serta limpahan materi yang cukup hingga bisa terwakilkan tanpa perlu sosok ayah. Namun siapa sangka ada seorang bapak yang tertarik pada keanggunan mama Vina yang berhasrat untuk menikahinya.

Duda tersebut bernama Om Bram Keempat anak mama vina sedang berkumpul di beranda sore itu dan berbincang hangat mengenai om Bram.

Erdin                   :” Ngomong ngomong om Bram jadi datang besok ?

Erlin                     :” Jadi malah mama yang sedang buat persiapan, katanya mau buat pudding buat sajian nanti”

Erdin                      :” Duh Erdin sempet denger kak mending kita rencanain supaya duda bangkotan itu tidak jadi menikahi mama”

Eva                           :”bagaimana caranya ya (sambil mengerjap ngerjapkan matanya sok imut)

Erdin                      :”Kita pakai beberapa jurus  pertama,apabila  tidak sukses gunakan jurus kedua dan jurus  ketiga atau seterusnya dijamin dan kakek ompong tidak berani lagi deketin mama”

Adrian                     :”Jurus apa memangnya si om gendut itu mau di ajak silat dan Kamu bakal kalah Din bertarung  sama perut buncitnya”

Erdin                    :”Bukan begitu yang di maksud orang ganteng ini adalah agar om Bram yang cemungut
kayak kerbau sradak sruduk jadi lapuk kayak krupuk di siram aduk,ngerti.

Eva                         :” Ih si abang kepala peyang om Bram udah semangat 45 mau kencan sama mama masa di ganggu,entar keki dong”

Erdin                     :”Nah bagus itu nanti kalau si om yang gendut itu datang kita ganggu aja obrolan  mereka atau kita pura pura jadi anak anak yang menyebalkan biar si om keki sama kelakuan calon anak  anak tirinya ini dan mengurungkan niatnya untuk menikahi mama”

Adrian                   :”Aku setuju saja nanti akan ngumpetin sandalnya si om juga ah biar kapok dia,trus  kursinya kita kasih lem..ha..ha”

Eva                       :’Ih jijay amat eva takut nanti mama marah sama kita”

Erdin                    :”Biarin aja daripada nanti kita punya ayah tiri yang kayak gorilla gitu,serem. Lihat aja brewok, perutnya dan kulitnya yang sangathitam ,matching deh kalo di pasangin sama gorilla”

Eva                          :”Emang ada gorilla pake kaca mata?”

Adrian                     :”Ada kali adikku sayang ya si om itu salah satu jenis gorilla hahaaaaa

Erlin                         :”Jangan gitu ah tak baik ngatain orang. Udah lebih baik ngomong aja ke mama  permasalahan keberatan kalian itu dan tidak perlu sabotase.kasihan om Bram nanti kalau dikerjain  seperti itu!”
Ketika perdebatan semakin seru,Tiba tiba mama Vina datang dari arah belakang

Mama Vina            :”Mama sudah dengar semuanya kok Lin apa yang diungkapkan sama adik adikmu  ini”

Keempat anak anak mama VIna kaget karena mamanya tiba tiba muncul dan Si bungsu Eva terlihat sedikit agak grogi begitu juga Adrian dan Erlin tapi tidak dengan Erdin. Dan Cowok berambut panjang yang punya koleksi batu cincin ini malah cengengesan sendiri.

Adrian                    :”Iya ma kalo mama udah denger semuanya ya sekalian aja kita mau protes boleh dong kalo kita punya keinginan agar om Bram tidak mengganggu kehidupan keluarga kita”

Mama vina            :” Siapa bilang om Bram mau ganggu keluarga kita justeru maksudnya mau ikut menyayangi kalian lho”

Erdin                         :”pasti mama sudah punya keinginan  sama om Bram?”

Mama Vina              :” Tidak  sama sekali mama hanya berniat akan menolak cinta om Bram tapi dengan cara yang halus dan bukan dengan cara cara seperti yang kalian sebutkan tadi”
Keempat anak mama Vina mengangguk angguk tanda mengerti apa yang dimaksud oleh bundanya.





Contoh naskah drama pendek untuk 3 orang

3 karakter pemain drama pendek ini adalah:

Budi                     : Seorang pengangguran yang sedang mencari kerja di Kota besar

Arif                       : Teman Budi satu kampus yang bekerja sebagai sopir bis Kota

Yoga                     : Salah satu pengusaha sukses

Siang yang panas membuat Budi yang sedang berjalan di sisi trotoar tampak kelelahan dan bergegas menepi di sebuah kedai. Ketika sedang mengipasi tubuhnya dengan map yang dari tadi di bawa nya, sekonyong konyong dari pinggir warung seorang pria bertop menghampiri Budi.

Arif                       :” kamu ini ,Budi bukan?”

Budi                     :”maaf siapa ini?” Sambil memperhatikan dengan lekat wajah di depannya

Arif                      :”Ah kau ini masa lupa Sama aku. Ini aku Arif teman kau waktu di kampus”

Budi                     :” Arif…? APA kabarnya Ayo sini duduk!” Budi tampak terbelalak tak percaya ketika    akhirnya mengenali sosok di depannya.

Arif                       :”Baik Bud sudah lama kita tak ketemu, terakhir waktu wisuda 5 tahun lalu. Wajahmu sekarang Nampak berubah. Bagaimana nasib kamu sekarang?”

Budi                       :”Jangan begitu Rif aku memang kurang beruntung saat lulus kuliah dulu aku mencoba bekerja di sebuah perusahaan konveksi dan berhasil menjadi manager setelah 2 tahun bekerja disana tapi ya nasib aku tergoda untuk memakan uang yang bukan hakku dan akhirnya aku dikeluarkan secara tidak hormat”

Arif                           :”Aku tak mengejek kau Bud toh nasibku juga tidak kalah bagusnya dengan kamu. Dari mulai lulus aku pulang kampung ke Medan dan berharap dapat pekerjaan bagus disana dengan ijazah sarjanaku tapi sampai beberapa tahun aku tetap lontang lantung tak karuan kerja serabutan yang akhirnya aku diajak tulangku bekerja disini sebagai supir bus. Lumayan buat sehari hari”

Budi                         :”Kamu sudah menikah Rif?”

Arif                           :”Belum Bud boro boro berani nikahin anak orang untuk diriku sendiri saja aku bingung kayak gini”

Budi                         :”Mending kalau begitu Rif sementara aku tanpa pekerjaan begini masih harus membiayai keluarga. Aku sudah punya isteri dan anak setahun setelah bekerja di perusahaan konveksi aku menikahi perempuan asal Sukabumi”

Arif                       :”Tak usah disesali Bud ini sudah menjadi takdir terbaik dari Tuhan”

Budi                   :”Aku tidak menyesal Rif, aku hanya berpikir seandainya aku dulu tidak tergoda untuk korupsi uang perusahaan mungkin nasib anak dan isteriku tidak terlantar seperti sekarang”


Arif                        :” Tidak apa apa Bud. Yang penting untuk kedepannya kita harus berniat untuk memperbaiki lagi dan pengalaman yang telah dialami harus jadi pembelajaran yang terbaik”
Ketika kedua sahabat tersebut sedang asyik dalam pembicaraan seputar kehidupan mereka, tiba tiba seorang pria yang dari tadi duduk di samping Arif angkat bicara. Ternyata pria itu dari tadi memperhatikan pembicaraan Budi dan Arif.

Yoga                     :”Maaf pak perkenalkan saya Yoga, maaf kalau sedari tadi saya mendengarkan pembicaraan anda berdua”

Arif                    :” Oh tak apa apa justru mungkin pembicaraan kami mengganggu anda”
Yoga                 :” Tidak Sama sekali. Saya mungkin bisa membantu permasalahan bapak yang sedang mencari pekerjaan”

Budi                   :”Maksudnya?”Budi mengernyit tanda belum mengerti maksud pria yang barusan

Yoga                  :” Kebetulan saya memiliki bisnis perikanan di daerah Bogor dan masih memerlukan beberapa pekerja yang bisa mengurus masalah administrasi”

Arif                       :” Bagaimana Rif bukankah ini sebuah kesempatan bagus buat mu. Lebih baik kamu terima tawaran pak Yoga”

Budi                        :” Bagaimana ya pak saya memang sedang memerlukan pekerjaan tapi seperti yang pak Yoga dengar tadi bahwa saya pernah dipecat dari perusahaan saya dulu karena kasus keuangan”

Yoga                       :” Saya percaya pak Budi mau memperbaiki diri”

Budi                        :” Baiklah kalau begitu saya Akan mencoba menjaga kepercayaan pak Yoga. Terima kasih!”

Yoga                        :” Kalau begitu kartu nama saya,  besok saya tunggu bapak jam 9 pagi!”

Budi                         :” Terimakasih banyak pak Yoga”

Yoga                        :” Sama sama pak Budi, saya permisi dulu!”
Budi dan Arif Sama Sama saling menganggukkan kepala kepada Yoga yang beranjak pergi.

Arif                           :” Tuhan memang maha adil Bud. Tak disangka sangka kamu bakal mendapat pekerjaan di tempat ini dan tanpa mengajukan surat lamaran lagi”

Budi                         :” Iya Rif betul sekali. Tuhan memang maha kuasa atas segalanya”
Kedua sahabat itu berpisah disana dan berjanji untuk bertemu lagi. Keduanya kembali pada kehidupan masing masing dengan secercah harapan yang timbul untuk masa depan yang lebih baik.


Tema: Problematika karir

Karakter/penokohan: 5 orang pemeran


- Basit: Terlahir dari orang kaya yang mandiri
- Danang: Bekerja di rumah sebagai penulis dan bijaksana
- Kaji: bekerja di pasar ikut orang
- Eka: bekerja sebagai pedagang yang kurang puas
- Rohmat: pengangguran dan guru mengaji

Alur: pendek

Setting: Waktu: Malam hari


Tempat: Warung Kopi

Konflik: Eka mengeluh tentang pekerjaannya yang tidak bisa berkembang sedangkan Kaji tidak puas dengan hasil dari pekerjaannya.

Kesimpulan: Eka akan menjadi sales keliling untuk mengembangkan pekerjaannya, Kaji mencari kerjaan yang lain, Rohmat menggeluti keahliannya, Basit tetap mandiri menjadi service motor dan Danang terus bekarya agar bisa mendapatkan banyak uang.

Dialog Naskah Drama

Setiap malam, Basit, Danang, Kaji, Eka dan Rohmat selalu berkumpul di salah satu warung kopi yang ada di desanya. Warung yang terkenal dengan sebutan warung pink ini sebagai markas besar mereka ber-lima untuk curhat dan membicarakan berbagai macam masalah.

Basit: Mana yang lain Nang?
Danang: Kaji masih belanja untuk Ibunya. Eka alasan makan dulu kayak tidak tahu dia saja.
Basit: Hahaha, udah pesan kopi?
Danang: Udah, kayak biasanyakan?
Basit: Bagaimana proyek nulismu lancarkan?
Danang: Semakin di depan! Aku dan pacarku mau buat penerbit.
Eka: Pacar saja yang dibicarain.
Danang: Lho? Sejak kepan kamu di situ? Sama siapa?
Eka: Sejak tadi (Nada rendah). Biasa sama Kaji.
Basit: Aku tadi service motor ramai. Nanti semuanya aku yang bayar.
Kaji: Gitu baru kawan. Ya kan Nang?
Danang: Heem (Nada cuek).
Sejenak 4 orang diam tanpa kata dan disibukkan dengan gadget dan handphone yang ada di tangannya. Serempak mulai ramai ketika Rohmat datang dengan gaya khasnya yaitu memakai sarung dan kopyah.
Danang: Itu baru pak ustadz.

Eka: Eh, aku udah beberapa tahun ini jadi pedagang tidak ada perkembangannya.
Rohmat: tidak ada rasa syukurnya kamu Ka.
Eka: Bukannya begitu, setiap hari masar tapi yang beli hanya satu dua saja. Tanyain Kaji. Ya kan Ji?
Kaji: Namanya pedagang di pasar ya begitu Ka. Mau bagaimana lagi.
Basit: Terus mau kamu bekerja apa Ka?
Eka: Ya bekerja yang banyak gajinya.
Rohmat: Ikut Danang saja jadi penulis.
Eka: Aku tidak bisa menulis.
Danang: Dari keluhan eka, kita semua harus intropeksi diri bahwa semua jenis pekerjaan pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya perlu dimusyawarahkan bersama agar mendapatkan solusi terbaik. Bukan begitu pak ustadz Rohmat?
Rohmat: Iya pak penulis.
Serempak mereka berlima tertawa.
Eka: Terus bagaimana solusinya? Kita tidak sama pekerjaannya.
Basit: Ya, saling membantu satu sama lain. Contohnya Rohmat yang menganggur di rumah dan hanya mengandalkan guru mengaji dan les. Bisa dibantu Danang untuk mempromosikan Rohmat.
Rohmat: Jernih juga otakmu Sit. Ide yang bagus. Tolong promosikan aku Nang di media websitemu.
Danang: Iyakan. Kalau begini banyak argument yang bermunculan.
Kaji: Aku juga merasakan tekanan batin di pasar karena harus berangkat habis subuh dan membuka toko si bos. Sebenarnya aku pingin ganti pekerjaan. Tapi …
Danang: kalau aku boleh menyarankan. Eka sebaiknya kamu lebih aktif untuk berdagang. Bukan hanya di pasar saja tapi jadi sales keliling seperti juragan-juragan gitu. Untuk kaji kalau memang tidak betah sebelum keluar dari pekerjannmu, sebaiknya cari pekerjaan yang lebih layak. Jika sudah dapat, nanti bisa keluar. Bagaimana?
Semuanya terdiam mendengarkan celotehan Danang. Namun dari tadi Basit sibuk dengan handphonenya.
Rohmat: Sit, kamu ini diajak sharing handphone saja!
Basith: Aku lagi cari bodian motor yang saat ini sedang ngetrend.
Danang: Kalau basit tidak usah diurusin. Ambil pelajaran dari dia. Walaupun orang kaya dia mandiri dengan bekerja di service motor. Padahal itu kotor. Tapi itu kesukaan dia.
Rohmat: Kalau begitu bisa diambil inspirasi bahwa setiap pekerjaan akan mendapatkan sisi nyaman sesuai dengan keahlian dan kemampuan. Beigtukah Nang?
Danang: Bisa juga. Seperti aku juga dari keahlian dan kemampuan kemudian aku kembangkan sendiri dengan belajar dan belajar.

Semuanya hanya terdiam memahami percakapan malam ini di warung kopi. Banyak pelajaran yang didapat dari 5 orang berkawan ini.




Contoh Naskah Drama Untuk 6 Orang

6 karakter yang ada di tempat kost puteri “ Elite” :


Santi  : Seorang mahasiswi semester awal yang baru 3 bulan tinggal di kost tersebut
Mira   : mahasiswi yang cantik tingkat akhir fakultas psikologi yang terkenal kalem
Farah  : mahasiswi yang aktif dalam organisasi islam di kampus
Laras   : Mahasiswi asal Bogor, yang merupakan teman satu kamar Santi
Yuli      : Seorang gadis tomboy yang tidak percaya pada takhayul
Rumi    : Mahasiswi semester akhir yang penakut

Kisah drama ini akan menceritakan mengenai kejadian aneh yang sering terjadi di tempat kost mereka dan sebagian percaya bahwa peristiwa tersebut sangat berkaitan dengan hal mistis seputar hantu yang mencoba mengganggu kehidupan para mahasiswi yang kost disana.

Di satu siang yang panas di ruangan tamu rumah kost “ Elite”

Yuli        :” Gerah sekali siang ini aku sampai tak kuat tidur di dalam kamar saking panasnya!”(sambil mengkipasi tubuhnya dengan buku yang sedang dipegang)
Rumi      :” mau hujan mungkin sore nanti, mudah mudahan aja  biar  panasnya tidak  berlanjut, aku juga tadinya mau keluar tapi melihat panas seperti ini mending diam di rumah”
Seseorang yang ternyata laras lari turun dari  tangga sambil memperlihatkan mimik ketakutan
Rumi        :”Ada apa ras,kenapa kamu terlihat takut?”
Laras        :”Ta tadi,,,,emh aku ,,,,melihat seseorang…emh berdiri di ujung kamar “(sambil matanya tertuju ke lantai atas dengan ketakutan)
Rumi         :”Ah jangan bercanda kamu,ini bulu kuduk ku sampai merinding Mana ada hantu siang siang begini”
Laras           :”Beneran kak Rumi aku kira tadi Santi tapi kan Santi udah pergi ke kampus dari tadi”
Yuli              :”Paling Cuma bayangan aja atau halusinasi,sudah tak usah di ributkan “

Ketika mereka sedang berbincang serius berbincang mengenai penampakan yang dilihat Laras datanglah santi,Mira dan Farah yang baru pulang dari kampus.
Santi    :”Ada apa ras koq sepertinya lagi serius amat?”
Yuli       :”Ini San si Laras liat orang yang mirip kamu tadi di atas,aku pikir sih itu Cuma halusinasi dia aja”
Laras     :” Tidak mungkin San,kak Yuli aku beneran liat hantu perempuan itu”
Farah     :”Iya mungkin Laras benar,tapi aku pikir itu adalah bangsa jin yang mencoba mengganggu kita,2 hari yang lalu juga aku pernah mendengar seseorang yang sedang mandi di kamar mandi,eh tak taunya di kamar mandi  kosong”
Laras        :”Kak Farah juga pernah mengalaminya,koq tidak bicara apa apa?”
Farah        :” Ah buat apa bikin orang takut aja”
Santi          :”Terus kalo misalnya hantu itu terus mengganggu kita bagaimana kak Farah?”
Farah         :”Sebaiknya kita mulai memperbanyak dzikir,tilawah Alqur’an biar hati jadi tenang dan setan setan itupun akan merasa enggan mengganggu kita lagi”
Mira            :”Iya betul apa yang dikatakan sama Farah. Sebenarnya setan  itu hadir karena kita sendiri yang mengundang mereka ya salah satunya karena rasa takut dan kegelisahan yang kita rasakan. Mereka akan mudah mendatangi orang yang pikirannya tidak focus dan sering melamun”
Rumi           :”Tapi gimana caranya bisa menghilangkan rasa takut itu,soalnya aku suka ngeri sendiri,suka membayangkan yang tidak tidak kalo sedang sendirian?’
Mira              :”Ya itu tadi seperti yang dikatakan Farah,kita harus banyak berdo’a,banyak berdzikir daripada nanti setannya malah merasuki kita kan lebih serem,,iya kan?
Yuli               :” udah sebaiknya kak Rumi mulai jalani terapi aja sama ka Mira supaya rasa takutnya menghilang!”
Rumi                    :”Susah juga sih jadi orang penakut kemana mana dihantui rasa ketakutan,lihat tempat gelap saja serem,denger suara suara aneh menggigil sendiri”
Farah                    :”Tak apa apa Rumi nanti juga menghilang sendiri kalau kita bisa dan mau berusaha untuk menghilangkan rasa ketakutan itu”

Semua yang ada dalam ruangan mengangguk angguk setuju dengan penjelasan Farah. Seiring waktu berlalu penampakan hantu tersebut perlahan menghilang dan tidak terdengar lagi beritanya.


https://aanngagel.files.wordpress.com/2011/10/pemuda-kost.jpg


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3qqRev1z3vlmYYkkQx5NMfJ86WOjLFeyu39vyPR5CgzrFtI6EfMcP3Ii2imlWhx8GqRIlT-_DhBi5KBJLFByYEPCIEf8SXe-nw6Jk5X-2pePNVk4-J9BO26C5IYWiVhB28aHu9wQbg7E/s1600/Kata+Kata+Bijak+Persahabatan+-+Espilen+Blog.jpg
Tema    : Persahabatan
Judul    : Kata Maaf Sahabat
Tokoh   : 1. Salman       (introvert, sombong); 2. Wildan  (introvert); 3. Bu Erna     (galak dan tegas, bijaksana)

Sinopsis drama:
Salman dan Wildan adalah sahabat yang tidak terpisahkan. Berbeda dengan anak SMA kebanyakan yang lebih memikirkan mencari gebetan, Salman dan Wildan justru serius memikirkan cara meraih mimpi mereka menjadi seorang Park Ji Sung jilid dua. Mereka ingin menjadi pemain Asia selanjutnya yang merajai permainan sepak bola liga Inggris di Eropa. Karena itu mereka selalu giat berlatih mengejar impiannya sampai malapetaka yang mengerikan tersebut terjadi.

Ayah Wildan yang seorang CEO sebuah perusahaan besar membuat fitnah keji pada Ayah Salman yang hanya merupakan seorang karyawan bawahannya. Hingga kehidupan keluarga Salman menjadi hancur setelah Ayahnya masuk penjara. Tidak hanya keluarganya, namun impian Salman menjadi pemain sepakbola dunia hancur seketika saat kakinya terluka parah karena tertabrak mobil sewaktu Salman menjajakan koran untuk membantu menambah uang makan sehari-hari. Bukan hanya pada Ayah Wildan, Salman memendam kemarahan. Dendam terbesarnya tersimpan untuk Wildan yang tiba-tiba saja menghilang sejak kejadian fitnah keji yang disebarkan Ayah Wildan. Dua tahun kemudian mereka kembali bertemu dalam dendam dan kemarahan.

Naskah drama:
Di bawah tiang bendera saat matahari bersinar terang tepat di atas kepala, Salman dan Wildan menunduk dalam tatapan tajam dan penuh kemarahan Bu Erna. Wajah mereka berdua yang bersimbah darah, bukannya menimbulkan belas kasihan Bu Erna melainkan justru semakin meniup bara kemarahan Bu Erna.

Bu Erna (berkacak pinggang, marah)     : “Tentang apa ini?!” (Bu Erna mengangkat dagu Salman dan   Wildan bergantian)
                                                                “Cepat katakan pada Ibu!”
Salman (tersenyum sinis)                       : “Kenapa Ibu bertanya pada saya? Tanyalah siswa kebanggaan Ibu ini.”
Bu Erna (masih marah,                           : “Katakan Wildan, ada apa ini?” (setengah putus asa)
namun kali ini memandangi Wildan)       “Tidak biasanya kamu seperti ini. Berkelahi sampai babak belur seperti ini. Dan ini bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali.  Lagi-lagi dengan Salman. Ada apa sih, sebenarnya dengan kalian?! Ada apa dengan kamu sama Salman, Wildan? Ini seperti bukan kamu, Wil.”
Salman (mendengus, sinis)                    : “Ough, sayang sekali Ibu harus melihat kenyataan ini. Siswa   kebanggaan Ibu
                                                                ternyata tidak seperti yang Ibu pikirkan. Tapi ketahuilah Ibu Erna, bahwa dia memang bermuka dua seperti ini! Seperti yang Ibu lihat hari ini!”

Kekecewaan Bu Erna pada Wildan tidak mendapatkan penjelasan yang masuk akal dari Wildan dan Salman. Beberapa pertanyaan yang seharusnya mudah dijawab Wildan justru sama sekali tidak bisa dijawabnya. Mulut Wildan seperti dikunci dan kuncinya entah dibawa siapa. Hingga terpaksa Bu Erna menghukum Salman dan Wildan berdiri di bawah tiang bendera. Tidak peduli dengan darah yang sedikit mengering dipinggiran bibir kedua anak didiknya, Bu Erna memutuskan menjemur mereka berdua hingga jam pelajaran sekolah usai sampai mereka mengakui apa yang terjadi pada mereka berdua sebenarnya.


Salman (meringis menahan sakit)          : “Sampai kapan kamu akan berdiam diri, ha?! Jangan pernah    berpikir aku hanya
                                                               Akan mengakhirinya disini. Ini baru awal. Akan ada yang lebih berat. Lebih berat dari rasa sakit yang kuderita selama ini!”
Wildan (menghela nafas, mengelap       : “Lakukan saja sesukamu. Kau yang mengawalinya jadi kau juga yang darah kering di sudut bibirnya)                 seharusnya mengakhirinya. Lakukan saja sepuasmu, Sal.”
Salman (marah besar, mencengkeram
Kerah baju Wildan) : “Apa?! Sepuasku? Sialan! (tinju kembali melayang ke wajah Wildan)

 
Salman dan Wildan kembali terlibat perkelahian. Tepat di bawah tiang bendera dihari yang sangat terang benderang dimana matahari memberikan cahaya yang paling menusuk. Tidak hanya menusuk bagi kulit tapi juga menusuk hati Salman dan Wildan. Kawan yang dulunya tak terpisahkan kini menjadi musuh bebuyutan.

Bu Erna (dari kejauhan arah kantor guru): “Salman!” (berlari terburu-buru) “Wildan! Berhenti!”
Perkelahian Salman dan Wildan seperti badai yang datangnya tidak bisa dibendung. Bahkan ancaman hukuman yang diberikan Bu Erna juga tidak sanggup menghentikan mereka. Salman dan Wildan telah diliputi dendam kesumat yang tidak bisa dihentikan siapapun termasuk guru yang seharusnya mereka hormati.

Di depan puskesmas, saat waktu menjelang maghrib. Salman dan Wildan masih berurusan dengan Bu Erna. Mereka harus mendapatkan luka jahitan karena perkelahian hebat yang telah mereka lakukan. Sementara Bu Erna masih di dalam puskesmas mengurus administrasi, Salman dan Wildan kembali terlibat percakapan serius.

Wildan (memandang Salman,     : “Kau baik-baik saja?”
Mengulurkan tangannya memeriksa luka Salman)
Salman                                     : (menepis tangan Wildan) “Cemaskan dirimu sendiri.”
Wildan (tersenyum)                    : “Yah, tinjumu memang cukup keras, tapi aku baik-baik saja. Ini bukan apa-apa,
                                                  dibandingkan dengan....”
Bibir Wildan kelu dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
Salman (marah besar)                : “Dibandingkan apa, ha?!” (mencengkeram kerah baju Wildan) “Katakan!”
Wildan (memandangi Salman     : “Maaf. Maafkan aku, Sal...” (menunduk menangis)
dengan perasaan terluka)
salman (masih marah)                : (masih mencengkeram kerah baju Wildan) “Apa kau bilang?”
Wildan hanya menunduk dan menangis. Bahkan ketika tangan Salman yang mencengkeram kerahnya semakin kuat seperti hendak melemparnya jauh dari bumi, Wildan hanya menangis.
Salman (marah, menangis)         : “Seharusnya sejak dulu kau katakan! Sejak fitnah keji itu datang! Hingga aku tidak                                                  perlu mencarimu karena dendam! Karena kita tetap bisa berkawan.”

Salman dan Wildan sama-sama terduduk menangis menyesali jalan yang harus mereka lalui. Sementara Bu Erna terseyum melihat kedua anak didiknya berdamai dengan masa lalunya.

Gambar terkait
Penokohan
  1. Irma Mutiara : Seorang siswi berprestasi yang tak pernah membuat masalah di sekolah
  2. Lukman Hasibuan : Siswa dari tanah batak yang cukup tegas memegang prinsip
  3. Rudy liok : Dipanggil Koko,seorang siswa etnis China yang cukup santai pembawaannya
  4. Neneng Kartini : Siswi yang berasal dari daerah Sunda
  5. Laode Mahmud : Berasal dari tanah Makasar,berperangai cukup gentlemen dan menjadi ketua OSIS di sekolah.

Contoh teks drama anak sekolah ini bisa dimulai dengan sebuah perbincangan cukup hangat mengenai kenaikan uang SPP yang akan diberlakukan pihak sekolah :

Pagi di ruang kelas yang cukup cerah.

Neneng      : “ Ir,kamu sudah dengar belum mengenai rencana kenaikan SPP di sekolah kita?”
Irma            :” Iya sih dengar dengar dari siswa kelas Sebelas kemarin katanya pihak OSIS sudah diajak
berbicara tapi kurang tau juga karena kepala sekolah kan belum memberi pengumuman secara resmi”.
Neneng          :” kamu setju tidak dengan rencana tersebut?”
Irma                :” Ya,bagaimana baiknya sajalah soalnya kan sekolah juga mungkin sudah
                            Memikirkan  rencana dengan matang”
Neneng          :” kalo aku sih kurang setuju Ir soalnya saat ini kan orang tua kita sedang mumet dengan masalah kenaikan BBM,masa sekarang kita memberatkan mereka dengan masalah kenaikan SPP juga,itumah keterlaluan namanya,bisa bisa aku di cap anak durhaka pada orang tua ha,,ha,,ha.

( Tiba tiba datang Mahmud yang kelihatannya sangat serius,terlihat dari raut mukanya yang sangat datar dengan alis berkerut,ditambah kacamata minusnya yang semakin melorot )

Neneng         : “ Duh pak ketua OSIS kita koq Nampaknya sedang banyak masalah saat ini,ada apa sih
Mud kayak serius banget “
Mahmud      :” Iya nih Neng,anak anak pada ngajak demo ke pihak sekolah untuk tidak jadi menaikkan
SPP,bingung aku jadinya”
Neneng           : “Serius Mud? Kalo mau demo aku juga mau ikut  soalnya ini menjadi masalahku
juga,mudah mudahan aja pihak sekolah mau mendengar aspirasi kita sebagai siswa”
Mahmud       : “Kamu ini Neng malah tambah puyeng kepalaku,aku kemarin dipanggil kepsek untuk
menjembatani siswa dan pihak sekolah tentang rencana ini bukan malah jadi provokator
Irma                  : “Jadi jembatan Mud? He..he sulit dong”( Irma menyela pembicaraan sambil sedikit

                             bercanda )
Mahmud             :” kamu ini Ir gimana nih sekarang menurut  mu,apa yang harus aku lakukan?”
Irma                     :” Lebih baik kamu ajak bicara dulu anak anak,kalau perlu buat forum untuk mediasi
antara pihak sekolah dan anak anak,biar pihak sekolah bisa menjelaskan rencana                                                      mereka dan anak akan bisa memahami semuanya”

Mahmud           :” Bagus juga ide kamu itu Ir,aku mau secepatnya buat rencana mediasi ini agar anak
anak tidak tegang terus.udah ya aku mau cabut dulu”
Irma dan Neneng :” Ya semoga sukses selalu Mud!”
Setelah Mahmud keluar dari kelas datang juga Rudy yang masih sibuk dengan handphone di tangannya.
Neneng              :”kamu tidak ikut demo Ko?”
Rudy                   :” Demo SPP itu ya Neng? Ah males aku. Bagiku kenaikan SPP bukan masalah asal tidak
terlalu besar dan jelas peruntukkannya,iya tidak?”
Neneng                :’’Bingung juga aku, Ko di satu sisi aku tak mau SPP naik tapi di pikir pikir bisa juga
diterima rencana sekolah itu ya?”
Irma                       :”Sudah lah Neng pantau aja terus berita selanjutnya,kalo malah ikutan demo kita jadi
tidak membereskan masalah tapi menambah masalah. Pihak sekolah juga pasti akan menjelaskan pada anak anak mengenai rencana tersebut buat kebaikan kitajuga mungkin”

Ketika mereka masih terlibat pembicaraan serius mengenai rencana kenaikan SPP,datang Lukman dengan memasang muka yang tampak lebih serius dari Mahmud.

Neneng                    :”Ini dia orator sejati kita,gimana Man,jadi demonya?”
Lukman                   :”Belum ada persetujuan juga nih dari OSIS malah barusan si Mahmud ngajak
       konsultasi sama pihak sekolah katanya biar jelas informasinya jadi tidak perlu demo”
Irma                       :”Iya man mending juga kamu turutin kata Mahmud, untuk kebaikan kita juga biar
       tidak mengganggu stabilitas sekolah dan kegiatan belajar tidak terhambat!”
Rudy                        :”Setuju Man lebih baik begitu, kalo demo nanti malah akan ada provokator,bisa
                      runyam”
Lukman yang orang batak ini manggut manggut setuju dengan masukan teman temannya.




Judul: Mempergunakan Waktu Libur Sekolah Secara Bijak
Tema: Sosial & Persahabatan
Durasi: Pendek
Gambar terkait
Pemeran:
  1. Rina
  2. Ahmad
  3. Juli
  4. Aminah
  5. Rahmat
  6. Melly
  7. Dina
  8. Aris
  9. Nadia
  10. Joni
Rina bertanya kepada teman-temannya terkait agenda mereka saat libu sekolah.
Rina:
Liburan sekolah mendatang kalian pada mau kemana?
Ahmad:
Dirumah saja, bantu-bantuin orangtua.
Juli:
Aku mau ke Bali, kan enak berlibur di Bali.
Aminah:
Kayaknya aku juga mau ke Bali deh. Suasana pantainya wooii.. asyik banget!
Rahmat:
Aku dirumah aja, nggak ada agenda keluar. Aku mau fokus belajar dirumah saja.
Melly:
Iya, itu jauh lebih bagus katimbang keluyuran, ngabisin duit ortu saja.
Dina:
Belajar melulu.. kan sekali-sekali kita butuh refereshing.
Aris:
No comment
Nadia:
Nggak tau deh, mau kemana. Pinginnya sih pergi kemana gitu...
Joni:
Dirumah, nonton tv, makan, tidur.
Terlintas dibenak Rina "ternyata jawaban teman-temanku cukup beragam". Rina pun berusaha memberikan sudut pandang positif kepada teman-temannya.
Rina:
Okay.. sebagai manusia, kita memang butuh refreshing. Otak kita juga akan mengalami kejenuhan jika terus dipaksakan untuk beraktivitas. Tapi, yang perlu jadi catatan, semuanya harus ada batasannya.
Aris menanyakan "ada batasannya" yang dimaksud Rina.
Aris:
Ada batsannya gimana, maksud kamu, Rin? nggak boleh ngabisin uang banyak-banyak gitu maksud kamu?
Rina:
Maksud aku, kalain berlibur boleh saja.. nyantai juga boleh saja, tapi tidak boleh berlebihan. Kalian juga tetap harus menyisakan waktu untuk belajar.
Ahmad mengamini perkataan Rina.
Ahmad:
Benar sekali apa yang dikatakan Rina itu. Kalian harus tahu kontrol supaya tidak kebablasan.

Joni yang seorang pemalas menyampaikan pendapatnya.
Joni:
Waktu libur itu kan untuk istirahat total, jadi ngapai kalian mikir ini-itu. Mending nyantai aja dirumah.
Rina menegur ucapan Joni.
Rina:
Apaan sih maksud kamu, Jon? emang kalau waktunya libur sekolah terus kita harus diem aja, nggak ngapa-ngapain gitu? ya nggak boleh gitu dong. itu kan namanya pemalas.
Joni:
Pemalas apanya? orang waktunya libur yang kita buat untuk istirahat dong.
Rina:
Ah kamu ngaco aja.. sekalipun waktunya libur, kita tetap harus bijak dalam menggunakan waktu kita. Bukannya cuman untuk nyantai doang. Bener nggak teman-teman?

Sebagian teman-teman Rina menjawab 'ya' dan sebagian lagi hanya diam.
Rina kemudian bertanya kepada Ahmad.
Rina:
Ahmad, emangnya kamu bantuin apa sama orangtua kamu? orangtua kamu kan kerjanya di kantor?
Ahmad:
Iya, ayah emang kerja dikantor, tapi selain kerja dikantor, ayahku juga berkebun.
Rina:
Kok bisa? bagaimana mengatur waktunya?
Ahmad:
Sepulang dari kantor, ayah menyisakan waktu 2-3 jam untuk berkebun. Makanya, aku harus bantu dia supaya nggak kewalahan.
Rina pun salut dengan ayahnya Ahmad, pun begitu juga dengan si Ahmad.
Rina:
Wah.. ayah kamu hebat, pekerja keras. Kamu juga tipe anak yang sangat mengerti kesibukan orangtua. Nih temen-teman, yang kayak Ahmad dan ayahnya ini yang perlu kita contoh.
Melly kemudian menyatakan kesalutannya dengan Ahma dan Ayahnya.
Melly:
Sunggu hebat ayah kamu, begitu juga kamu.

Ahmad tersipu malu mendapat pujian dari Melly.

Ahmad:
Ah.. kamu bisa aja. sudahlah jangan terlalu memujiku. Aku cuman berusaha membantu ayahku.

Waktu mendekati senja dan mereka pun beranjak pulang. Sebagian dari 10 orang berssahabat tersebut tetap dengan rencana masing-masing. Ada yang merencanakan  berlibur, ada yang ingin membantu orangtuanya, dan Joni tetap berencana menjadi seorang pemalas.

TAMAT



Gambar terkait

Perjuangan seorang anak muda dalam meraih mimpi dan cita-citanya.

Tokoh dan Perwatakan

• Rasta : Pekerja keras dan pantang menyerah
• Ibu : Tegar
• Leoni : Baik hati
• Pa Choki: Ramah

Naskah Drama

Masa SMA akan berakhir dan Rasta tak pernah memupuskan keinginannya untuk menggapai impian masa kecilnya.

Rasta :Bu, doakan aku ya sebentar lagi Ujian Nasional tiba.
Ibu :Tentu nak, Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu supaya apa yang kamu inginkan, niat baik yang ingin kamu amalkan bisa berjalan tanpa hambatan.
Rasta :Iya, terimakasih banyak, Bu. Aku bukan apa-apa tanpa Ibu dan mendiang Ayah. Aku akan selalu belajar dan berdoa agar suatu saat nanti aku bisa membahagiakan Ayah dan Ibu.
Ibu :Nah, itu baru anak Ibu yang cantik dan pintar.
Rasta :Ah Ibu, aku kan jadi malu Bu.

Setelah kejadian yang merenggut nyawa Ayahnya berlalu, Rasta menjadi anak yang penuh obsesi dalam menggapai impian dan tekadnya. Sang Ibu yang setia dan tegar selalu menyemangati agar Rasta bisa berjuang pada semua yang menjadi impian terbesarnya. Dalam hati kecil Ibu, yang diinginkan hanya satu yaitu Rasta menjadi anak yang baik dan bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini.

Suatu ketika setelah Ujian Nasional berakhir…

Pa Choki:Rasta! Tunggu sebentar!
Rasta :Iya ada apa Pa?
Pa Choki:Bisa ke ruangan saya? Ada hal penting yang harus saya tanyakan.
Rasta :Baik, Pa.

Rasta terkejut dipanggil ke ruang guru oleh wali kelasnya, yaitu Pa Choki. Tanpa basa-basi, Pa Chokipun langsung menanyakan hal yang ingin beliau bicarakan.

Pa Choki:Rasta, setelah lulus SMA, apa yang akan kamu lakukan? Pasti melanjutkan kuliah kan?
Rasta :Iya Pa, saya ingin kuliah, tapi…
Pa Choki:Tapi kenapa?
Rasta :Ada banyak hal yang harus saya pertimbangkan.
Pa Choki:Memangnya ada apa? Bukankah kamu ingin menjadi dokter? Kamu mempunyai potensi yang besar, sayang jika disia-siakan begitu saja.
Rasta :Iya Pa, terimakasih.
Pa Choki:Niat saya hanya ingin menyemangatkan kamu agar melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dan menggapai semua yang kamu impikan.
Rasta :Iya Pa, terimakasih atas masukan dan supportnya. Saya permisi dulu.
Pa Choki:Iya, baiklah. Jika butuh bantuan, Bapak siap membantu. Kamu jangan sungkan ya.
Rasta :Baik, Pa.

Setelah percakapan di ruang guru tadi, pikiran Rasta seolah-olah dilanda kebingungan yang amat berat. Sebab, setelah ditinggal Ayahnya, Ibu selalu berjuang memenuhi kebutuhan sekolah Rasta. Iapun langsung berpikiran untuk bercerita pada Leoni, sahabat sejak ia kecil.

Leoni :Kamu kenapa Ta? Ada masalah ya?

Rasta :Iya Le, kok kamu tau?
Leoni :Ya aku kan kenal kamu dari dulu, mana mungkin aku gak bisa baca pikiran kamu.
Rasta :Hehe iya sih.
Leoni :Hayo kamu kenapa?
Rasta :Jadi gini, aku lagi bingung mau kuliah atau enggak. Aku gak tega lihat Ibu kerja banting tulang penuhin kebutuhan aku. Di satu sisi, aku ingin bantu Ibu untuk kerja, tapi di sisi lain aku ingin kuliah supaya cita-citaku tercapai. Menurut kamu gimana?
Leoni :Sebagai sahabat, aku sangat ingin kamu lanjutkan mimpi dan cita-cita kamu. Jadi saran aku, coba kamu diskusi sama Ibu. Aku yakin Ibu kamu akan support impian kamu, Ta. Karena tujuan kamu pengen jadi dokter supaya Ibu dan Almarhum Ayah kamu bangga kan?
Rasta :Iya Le, kamu bener! Makasih banyak ya. Kamu memang sahabat yang paling…
Leoni :Paling apa? Cantik? Pinter? Ya iyalah.
Rasta :Haha iya, iya segala-galanya deh!

Pa Choki:Ta, saya sudah mendaftarkan kamu untuk mendapat beasiswa kedokteran. Siapkan untuk tes minggu depan ya!
Rasta :Sungguh Pa? Terimakasih banyak! Saya akan berusaha sungguh-sungguh dan tidak mengecewakan Bapak.
Pa Choki:Iya sama-sama. Kamu belajar yang tekun ya, supaya kenginan kamu untuk kuliah bisa tercapai.
Rasta :Itu pasti, Pa!

Tak disangka beasiswa kuliah kedokteran diperoleh Rasta dan hasil UNpun menunjukkan bahwa ia mendapat nilai terbaik di sekolahnya. Kabar gembira ini disambut antusias oleh Ibu, Pa Choki dan Leoni.

Rasta :Terimakasih banyak, Bu. Berkat doa Ibu, aku bisa ada di posisi seperti ini dan karena perjuangan Ibu, aku bisa sampai di sini. Terimakasih banyak, Bu.
Ibu :Sama-sama nak. Itu sudah menjadi tugas Ibu untuk selalu mendukung dan mendoakan kamu. Hasil akhir ditentukan oleh Tuhan asalkan kita berusaha.
Rasta :Iya Bu, aku akan berjuang untuk membuat Ibu dan Ayah bangga.
Leoni :Wah selamat ya Ta. Aku salut sama kamu!
Rasta :Makasih ya Le, kamu juga hebat bisa lulus dan masuk di PTN yang kamu mau.
Pa Choki:Selamat ya, Rasta, Leoni. Kalian memang murid cerdas yang layak mendapat kesempatan untuk meraih semua impian kalian masing-masing.
Leoni :Iya terimakasih Pa, berkat bantuan dan pengajaran dari Bapak, kita bisa seperti ini.
Rasta :Terimakasih banyak ya Pa.
Pa Choki:Iya sama-sama. Terus berjuang ya!

Sejak hari kelulusan itu, Rasta tak henti menggali ilmu dan serius menggeluti kuliah kedokteran yang ia jalani. Tak disangka iapun bisa sekaligus menjadi asisten dosen di tempatnya kuliah. Dengan begitu, cita-cita menjadi dokter sambil membantu Ibu menambah penghasilan bisa dilakukan secara sekaligus.

Judul
:
Nasehat Seorang Sahabat

Tema
:
Sosial




Jumlah pemeran
:
5 orang




Penokohan/karakter
:
Irma
;
Baik dan suka menasehati


Sandi
;
Baik dan peduli sama teman


Yoga
;
Kurang grigat dalam belajar


Nirmala
;
Baik (ibu Yoga)



Ilham
;
Suka bermain berlebihan

Siang itu sepulangnya Irma dari sekolah dia kemudian mengajak Sandi untuk berkunjung kerumah Yoga. Yoga tidak masuk sekolah, namun tidak ada surat izin sakit.
Gambar terkait

Dialog Drama
Irma:
Sandi, kita main kerumah Yoga yuuk!
Sandi:
Emang kamu mau ngapai kerumahnya si Yoga?
Irma:
Kan tadi dia tidak masuk sekolah, dan dia juga nggak ada ngasih surat izin sama bu guru. Jadi, aku mau tahu dia tuh kenapa kok nggak masuk sekolah.
Sandi:
Oh gitu.. ya sudah, ayukk.
Irma dan Sandi lantas bergegas kerumahnya Yoga untuk mencari tahu apakah temannya tersebut sakit atau kenapa.

Yoga:
Eh.. kalian.. ada apa? kok tumben kamu kerumahku?
Irma:
Oya Ga, kenapa kamu tadi tidak masuk sekolah? kamu juga nggak buat surat izin, itu kan bolos namanya?!

Sandi:
Iya, Ga.. emang kamu kemana? aku pikir kamu lagi sakit, tapi ini aku lihat kamu juga baik-baik aja.

Yoga:
Oh.. maaf, aku emang nggak sakit kok. Aku tu tadi bangunnya molor, masak aku mau pergi sekolah orang bangunku aja sudah jam 9-an.

Irma:
Emang kamu abis darimana kok sampai molor?
Yoga:
Semalem aku abis main dari tumah temenku. Saking asyiknya sama mereka, aku lupa kalau udah jam 4 pagi. Abis itu aku pulang, dan jam 5 aku langsung tidur.
Sandi:
Kamu main ampe jam segitu?! Gila kamu, Ga. Harusnya kamu tu kan mikir kalau paginya kamu harus masuk sekolah. Gimana kamu nggak molor kalau tidurnya aja jam 5.
Irma:
Yoga, kamu lain kali nggak boleh kayak anak kecil. Ingat, kamu harus fokus sama pelajaran. Main sih boleh aja, tapi kamu kan harus tidur tepat waktu supaya nggak bangun kesiangan.

Tidak lama kemudian, Ilham (teman Yoga) datang. Assalamu'alaikum (suara Ilham tedengar didepan pintu).

Yoga:Eh, kamu Ham,, ada apa?

Ilham:
Eh.. aku mau ngajak kamu main nih. Kamu nggak lagi ada acara kan?

Yoga:
Nggak ada, emang mau kemana sih?

Belum sempat Ilham menjawab, Irma pun lantas menyaut dan menasehati si Ilham supaya tidak suka mengajak Yoga main samapai larut.

Irma:
Ilham, kamu temannya Yoga, kan?
Ilham:
Ya iyalah, emang kenapa?

Irma:
Nah, kalau kamu tuh temannya Yoga yang baik, kamu mestinya punya rasa peduli sama dia. Lain kali kalau main itu jangan sampai pagi. Kalau kalian mainnya sampai pagi, alhasil keesokan harinya nggak masuk sekolah karena bangunya telat.

Ilham:
Bener juga sih kata kamu, tapi masalahnya kalau lagi main gitu kita nggak ingat waktu lagi, udah kebawa suasana.
Sandi:
Kebawa suasana sih boleh, tapi kan harus ada batasannya. Ingat, belajar itu penting untuk masa depan kamu kelak.

Yoga:
Oh.. ini ma, Irma sama Sandi risau soalnya aku tadi nggak masuk kelas.

Irma/Sandi:
Iya tante, aku cuman mau mastiin kalau Yoga nggak kenapa-kenapa.

Nirmala:
Tadi pagi tante itu sudah bangunin dia, tapi dianya kelihatan capek banget. Ya tante jadinya nggak tega. Tapi, lain kali kalau dia main lagi sampai pagi, tante akan kasih dia hukuman, karena kalau dibiarin terus-terusan entar sekolahnya jadi nggak karuan.

Sandi:
Iya, bener itu tante.




Sinopsis naskah drama pendek

1. Tema : Arti Kehidupan
2. Ritme  :
a) Eksposisi
        Brandon
        Tommy
        Elsa
        Anna
        Ivan
        Helen

Gambar terkait
Sabtu adalah hari dimana sekelompok anak muda yang terdiri dari Brandon, Ivan, Tommy, Elsa dan Anna menghabiskan waktu. Sejak siang mereka sudah berkumpul di sebuah cafe elit yang berada di bilangan pusat kota Surabaya. Seperti biasa, hari ini adalah giliran Brandon yang menraktir mereka semua.

Brandon : Pesen yang banyak deh! Nanti aku yang bayar. Pokoknya kalian harus makan sampe kenyang.
Tommy  : Baru gajian ya? Kok royal banget sih?
Brandon : Bawel ah! Mau ditraktir nggak nih?
Anna  : Ya jelas mau lah! Hari ini kan giliran kamu yang keluar duit.
Tidak lama kemudian Elsa datang menghampiri meja dimana mereka duduk. Ia baru pamit dari toilet untuk menerima telepon.
Anna  : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh sabtu-sabtu murung gitu!
Ivan  : Iya kenapa sih, Sa? Dompetmu hilang?
Brandon dan Tommy tertawa menimpali lelucon Ivan tesebut.
Elsa  : Mamaku barusan telepon. Dia bilang papaku bangkrut. Semua rumah, mobil dan tabungan di bank ludes. (Terisak pelan) kami harus pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh.

Parahnya lagi semua kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus korupsi dan sekarang dia menjadi buronan polisi (Menangis)
Brandon : HAH? Yang bener?!
Ivan  : Berarti kamu anak buronan?!
Anna  : Kamu jatuh miskin sekarang, Sa?
Brandon, Ivan, Anna dan Tommy memasang raut muka tegang dan memandang hina kepada Elsa yang sedang menangis.

Elsa  : Aku sudah nggak punya apa-apa sekarang, tapi kalian masih mau kan temenan sama aku? Kita kan bersahabat sejak lima tahun lalu.
Anna menjauhkan kursinya yang tadinya berada di dekat kursi Elsa. Ia merapat kearah Brandon yang berada disebelahnya.
Anna  : Ya, kamu tahu sendiri lah, Sa kita ini sekumpulan pemuda-pemuda kaya. Jadi, mana mungkin kamu bisa menuruti gaya hidup kita?
Tommy  : Mending kamu pulang dan tengok keadaan orang tuamu, Sa.
Ivan dan Brandon hanya memandang dingin kearah Elsa. Elsa pun menatap mereka dengan tatapan yang sangat sedih.
Elsa  : Kupikir persahabatan kita selama lima tahun ini berarti. Tetapi kita aku jatuh miskin, kalian menempakku begitu saja!
Brandon : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul tadi apa kata Tommy. Sudah bagus makananmu kubayari!
Elsa bangkit berdiri dari kursinya kemudian menatap sedih keempat temannya. Kemudian ia meninggalkan mereka dan keluar dari cafe.

Ivan  : Gila si Elsa, masa kita disuruh anggep dia teman sih. Sementara dia udah melarat. Aku jadi nggak nafsu makan.
Brandon : Sama nih, ya udah minta bill aja deh!
Tiba-tiba Anna yang sudah hampir sampai ke mobilnya, berlari menghampiri Brandon dan Ivan.
Anna  : Guys! Barusan aku dapat kabar kalo ada seorang gadis yang ciri-cirinya mirip Elsa hendak lompat dari fly over!
Ivan  : Serius?!
Anna  : Masa kayak gini bohong? Coba cek handphone kalian!
Brandon dan Ivan mengecek handphone masing-masing dan menerima kabar yang sama dari pesan broadcast.
Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over itu! Kamu bareng kita aja, Anna! Hubungi Tommy, suruh dia langsung kesana.
Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam mobil. Brandon mengemudikan mobil kearah fly over tempat dimana Elsa hendak bunuh diri. Tiba-tiba di separuh perjalanan, handphone Ivan berbunyi dan raut muka Ivan berubah menjadi sangat tegang.
Ivan  : Guys.... Kita terlambat. Elsa melompat dari fly over tersebut dan ia tewas.
Brandon langsung menghentikan mobilnya. Anna menangis tersedu-sedu di jok belakang mobil.
Ivan  : Kita langsung ke Rumah Sakit Permata Biru aja, jenazah Elsa dibawa kesana.
Brandon menarik nafas panjang kemudia mengemudikan mobilnya kearah rumah sakit itu.
Sesampainya disana, mereka bertiga berlari dan didepan ruang jenazah sudah ada ibu dan Helen, kakak Elsa yang duduk membisu.
Anna berlari memeluk Helen.
Anna  : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih support ke Elsa, pasti jadinya tidak akan begini. Tetapi kami malah meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.
Helen membalas pelukan Anna dan mengusap punggung Anna dengan lembut. Helen tidak dapat menahan air matanya.
Helen  : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Aku Cuma memohon agar kalian terus mendoakan Elsa agar ia tenang disana.
Brandon dan Ivan terkesiap menatap Helen yang tidak marah kepada mereka dan malah memaafkannya.
Ivan  : Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus mendoakan Elsa.
Helen  : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat menerima kenyataan bahwa kami semua jatuh miskin. Aku sangat mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang harta.

Brandon, Ivan dan Anna takjub akan kebesaran hati Helen dan semenjak itu mereka bertekad untuk lebih menghargai orang lain dan tidak menggunakan uang sebagai tolak ukur.




No comments:

Post a Comment